Ciri - Ciri Kelembagaan Adat

kesempatan bagi individu dalam membuat keputusan dan melaksanakan aktivitasnya.

2.1.1. Ciri - Ciri Kelembagaan Adat

Suatu kelembagaan dicirikan oleh tiga komponen utama yaitu: 1 hak – hak kepemilikan property rights berupa hak atas benda, materi maupun non materi. 2 batas yurisdiksi jurisdictional boundary, dan 3 aturan representasi rules of representation Shaffer Schmid 1987 dalam Pakpahan 1989. Dengan demikian perubahan kelembagaan dicirikan oleh perubahan satu atau lebih unsur- unsur kelembagaan. Hak-hak kepemilikan property rights mengandung pengertian tentang hak dan kewajiban yang didefinisikan dan diatur oleh hukum adat dan tradisi atau konsensus yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat dalam hal kepentingannya terhadap sumberdaya, situasi atau kondisi. Pernyataan terhadap hak milik memerlukan pengesahan dari masyarakat dimana ia berada. Implikasi dari hal tersebut adalah: 1 hak seseorang adalah kewajiban orang lain; 2 hak yang dicerminkan oleh kepemilikan owner ship adalah sumber kekuatan untuk akses dan kontrol terhadap sumberdaya. Property rights individu atas suatu asset terdiri atas hak atau kekuasaan untuk mengkonsumsi, mendapatkan dan melakukan hak-haknya atas asset Basuni 2003. Batas yurisdiksi jurisdictional boundary menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam suatu masyarakat. Konsep batas yurisdiksi berarti batas wilayah kekuasaan atau batas otoritas yang dimiliki oleh suatu lembaga, atau mengandung makna kedua-duanya sehingga mengandung makna bagaimana batas yurisdiksi berperan dalam mengatur lokasi sumberdaya. Perubahan batas yurisdiksi dipengaruhi oleh empat faktor antara lain: 1 Perasaan sebagai suatu masyarakat sense of community. Perasaan sebagai suatu masyarakat menentukan siapa yang termasuk dalam masyarakat dan yang tidak. Hal ini berkaitan dengan konsep jarak sosial yang menentukan komitmen yang dimiliki oleh suatu masyarakat terhadap suatu kebijaksanaan. 2 Eksternalitas, merupakan dampak yang diterima pihak tertentu akibat tindakan pihak lain. Perubahan atas batas yurisdiksi akan merubah struktur eksternalitas yang akhirnya merubah siapa menanggung apa. 3 Homogenitas, berkaitan dengan preferensi masyarakat yang merefleksikan permintaan terhadap barang dan jasa. 4 Skala ekonomi, menunjukan situasi dimana biaya per satuan terus menurun apabila output ditingkatkan. Batas yurisdiksi yang sesuai akan menghasilkan ongkos per satuan yang lebih rendah dibandingkan dengan alternatif batas yurisdiksi lainnya. Aturan representasi rules of representation merupakan perangkat aturan yang menentukan mekanisme pengambilan keputusan organisasi. Proses pengambilan keputasan dalam organisasi, terdapat dua jenis ongkos yang mendasari keputusan, yaitu 1 ongkos membuat keputusan sebagai produk dari partisipasi dalam membuat keputusan, dan 2 ongkos eksternal yang ditanggung oleh seseorang atau sebuah organisasi sebagai akibat keputusan organisasi tersebut. Aturan representasi mengatur siapa yang berhak berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Konsep ini menentukan jenis keputusan yang dibuat, sehingga aturan representasi menentukan alokasi dan distribusi sumberdaya yang langkah. Oleh karena itu perlu dicari suatu mekanisme representasi yang efisien dalam arti menurunkan ongkos transaksi. Menurut Gillin dan Gilin 1954 dalam Sugianto 2002, ciri-ciri umum suatu lembaga sosial yaitu: 1 Lembaga sosial merupakan tradisi tertulis dan tidak tertulis yang merumuskan tujuan, tata tertib dan lain-lain. 2 Lembaga sosial merupakan suatu pola pemikiran dan perilaku yang terwujud melaui aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya. 3 Lembaga sosial merupakan suatu tingkatan kekekalan tertentu, umumnya lama dan melalui proses yang panjang. 4 Setiap lembaga sosial memiliki satu atau beberapa tujuan. 5 Setiapa lembaga sosial mempunyai alat atau perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. 6 Setiap lembaga sosial mempunyai lambang, simbol yang khas yang menggambarkan fungsi dan tujuan. Secara empiris lembaga sosial local yang berkembang di masyarakat dapat bersifat formal dan informal. Ciri-ciri lembaga sosial formal yang bersifat formal yaitu terbentuk atas campur tangan pihak luar pemerintah, ada dasar hukum untuk membentuk lembaga secara legal, pengurus dipilih atas pertimbangan kebutuhan dan masa kepengurusannya jelas, struktur bersifat formal dan mudah dipengaruhi oleh pihak luar. Sedangkan ciri-ciri lembaga yang bersifat informal adalah terbentuk atas kehendak masyarakat yang bersangkutan, manajemennya lemah, dinamika aktifitas tidak teratur, terbentuk atas norma dan nilai yang dikembangkan atas dasar trust, pengurus dipilih lembaga bersifat monoton, dan menolak campur tangan pihak luar Sugianto 2002.

2.1.2. Tugas dan Wewenang Lembaga Adat

Dokumen yang terkait

Perencanaan Pengelolaan Sumberdaya Mangrove di Wilayah Pesisir, Kecamatan Seram Barat, Kabupaten Maluku Tengah

0 6 126

Pran Tokoh Adat dalam Perubahan Struktur Pemerintahan Desa (Studi Kasus di Desa Allang Pulau Ambon, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku)

0 5 133

Keragaan Kelembagaan adat agroforestri Dusun: studi kasus Negeri Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah dan Negeri Werinama, Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram Bagian Timur

0 18 182

Perencanaan Pengelolaan Sumberdaya Mangrove di Wilayah Pesisir, Kecamatan Seram Barat, Kabupaten Maluku Tengah

0 5 116

Keragaan Kelembagaan adat agroforestri Dusun studi kasus Negeri Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah dan Negeri Werinama, Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram Bagian Timur

0 8 97

Bentuk Penggunaan dan Produktifitas Lahan Sistem Dusung (Studi Kasus di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah)

0 2 76

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial pada Ibu Bersalin (Primipara) di Desa Lilibooi Kecamatan Leihitu Barat Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial pada Ibu Bersalin (Primipara) di Desa Lilibooi Kecamatan Leihitu Barat Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku

0 0 52

T2 Lampiran Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Modal Sosial dalam Kearifan Lokal Sasi: Studi Kasus terhadap Pelaksanaan Sasi Gereja di Negeri Administratif Hatuhenuecamatan Amahaiabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku

0 0 6

ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN MALUKU TENGAH

0 0 7