Statistik Deskriptif Uji Asumsi Klasik

64 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai CAR Bank Syariah Mandiri adalah 13,09. Rata-rata nilai CAR Bank Syariah Mandiri berada di peringkat 1 yang artinya tingkat modal secara signifikan berada lebih tinggi dari ketentuan KPMM yang berlaku yaitu 8.

C. Statistik Deskriptif

Tabel 4. 5 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ROA 32 .0017 .0256 .017269 .0066538 CAR 32 .1060 .1553 .130947 .0138942 NPF 32 .0242 .0689 .046303 .0144512 MVAIC 32 2.6393 5.8247 4.010321 .8175436 Valid N listwise 32 Sumber : Data diolah Tabel diatas menunjukkan statistik deskriptif masing-masing penelitian. Total modal intelektual secara keseluruhan MVAIC yang merupakan gabungan dari intellectual capital efficiency ICE dan Capital Employed Efficiency CEE, dimana ICE adalah HCE human capital efficiency, SCE structural capital efficiency, dan RCE relational capital efficiency yang menunjukkan nilai rata- rata MVAIC sebesar 4,0103. Nilai MVAIC terkecil sebesar 2,6393 dan nilai MVAIC tertinggi adalah 5,8247. Ukuran profitabilitas diukur dengan menggunakan proksi Return on Assets ROA. Untuk variabel ROA, hasil penelitian pada Bank Syariah Mandiri dari 65 kuartal I tahun 2008 sampai kuartal IV tahun 2015 diperoleh nilai rata-rata ROA sebesar 0,01726. Nilai ROA terkecil sebesar 0,0017 dari total aset perusahaan dan nilai ROA terbesar adalah 0,0256 atau memperoleh laba sebesar 2,56 dari total aset perusahaan. Sementara itu tingkat pembiayaan bermasalah NPF tertinggi adalah 6,89 dari total pembiayaan yang diberikan, dan pembiayaan bermasalah terendah NPF adalah 2,42 dari total pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah Mandiri. Sedangkan Jumlah Permodalan CAR tertinggi Bank Syariah Mandiri adalah 15,53 dan yang terendah adalah 10,60.

D. Uji Asumsi Klasik

6. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, baik variabel independen maupun dependen, telah terdistribusi secara normal. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk melihat normalitas data maka dilakukan Uji Kolomogorov Smirnov. Test ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen bila datanya berbentuk ordinal yang tersusun pada tabel distribusi frekuensi kumultif dengan menggunakan kelas-kelas interval. Hipotesis: H o : sampel data berdistribusi normal H 1 : sampel data tidak berdistribusi normal Pedoman pengambilan keputusan pada uji ini adalah: 66 Jika SigProbabilitas 0,05, Distribusi adalah normal Jika SigProbabilitas 0,05, Distribusi adalah tidak normal Berikut ini adalah hasil pengujian normalitas : Tabel 4. 6 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 32 Normal Parameters a,b Mean .0000000 Std. Deviation .00297226 Most Extreme Differences Absolute .086 Positive .086 Negative -.075 Test Statistic .086 Asymp. Sig. 2-tailed .200 c,d a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance. Dari hasil pengujian normalitas diatas maka dapat dilihat bahwa variabel- variabel yang digunakan semuanya berdistribusi normal dikarenakan nilai Sig. dari masing – masing variabel tersebut lebih besar dari 0,05 p0,05.

7. Uji Autokorelasi

Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi. Salah satunya Uji Durbin- Watson DW Test, dengan ketentuan: a. Terjadi autokorelasi positif, jika nila DW di bawah -2 DW -2 67 b. Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada di antara -2 dan +2 atau -2 DW 2 c. Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW di atas 2 DW 2 Berikut ini adalah hasil pengujian menggunakan Uji Durbin-Watson : Tabel 4. 7 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .895 a .800 .779 .0031274 1.042 a. Predictors: Constant, MVAIC, CAR, NPF b. Dependent Variable: ROA Dari hasil pengujian autokorelasi diatas maka dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson senilai 1,042 maka DW berada diantara -2 dan +2 yang artinya tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif.

3. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas dapat dibuktikan dengan Uji VIF Variance Inflation Factor. Jika VIF 5 dan Tolerance mendekati 1, maka tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas. Berikut ini merupakan hasil uji Multikolonieritas sebagai berikut : Tabel 4. 8 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant .022 .006 3.420 .002 CAR -.050 .040 -.104 -1.231 .228 .998 1.002 NPF -.309 .039 -.671 -7.864 .000 .980 1.021 MVAIC .004 .001 .489 5.732 .000 .978 1.022 68 a. Dependent Variable: ROA Berdasarkan nilai diatas dapat dilihat bahwa nilai VIF tidak ada yang melebihi 10 dan nilai tolerance mendekati angka 1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah multikolonieritas dalam persamaan regresi ini.

4. Uji Heteroskedastisitas

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dengan ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Dengan dasar analisis Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit maka mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi, jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik melebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 69 Grafik 4. 1 Scatterplot Bank Syariah Mandiri Dari grafik scatterlplots diatas, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

E. Uji Hipotesis