10
4. Bagi pihak lain, diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan referensi untuk menilai kinerja intellectual capital perbankan syariah
dan mengenai relevansi pengungkapan intellectual capital dalam laporan keuangan. Karena belom ada standarisasi mengenai penyajian
dan pengungkapan intellectual capital dalam laporan keuangan perusahaan. Serta membantu investor untuk mengetahui competitive
advantage suatu perusahaan perbankan syariah dengan melihat kinerja intellectual capital dan variabel-variabel yang mempengaruhi
profitabilitas bank.
F. Hipotesis
Hipotesis yang akan dijawab pada penelitian ini adalah : H
o
: Intellectual Capital M-VAIC, NPF, dan CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA
H
a
: Intellectual Capital M-VAIC, NPF, dan CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA
G. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis dan
sistematika penulian.
BAB II : KAJIAN TEORITIS
11
Kajian teoritis, pada bab ini akan disajikan teori terkait intellectual capital, Non Performing Financing, Capital adequancy Ratio dan Return On
Assets serta metode penghitungan intellectual capital dengan M-VAIC.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian, terdiri dari ruang lingkup penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis, dan penjelasan mengenai operasional
variabel.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis dan pembahasan, berisi data penelitian mengenai pengaruh Intellectual capital, Non Performing Financing, Capital adequancy Ratio
terhadap Return On Assets Bank Syariah Mandiri periode 2012-2015, hasil analisis regresi dan interpretasi.
BAB V : PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran mengenai
permasalahan yang terkait.
12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Intellectual capital Modal Intelektual
Beberapa tahun terakhir, perhatian terhadap pengelolaan intellectual capital IC telah meningkat. Hal ini disebabkan karena adanya kesadaran
bahwa modal intelektual merupakan sumber daya bagi perusahaan untuk dapat menciptakan nilai. Ketertarikan mengenai intellectual capital IC berawal
ketika Tom Stewart, Juni 1991, menulis sebuah artikel yang berjudul Brain Power-
How Intellectual capital Is Becoming America’s Most Valuabel Asset, yang mengantar IC kepada agenda manajemen.
10
Tabel 2. 1 Kronologi Kontribusi Signifikan terhadap Pengidentifikasian, Pengukuran dan
Pelaporan IC
Period Progress
Awal 1980-an Muncul pemahaman tentang intangibel value biasanya
disebut “goodwill”
Pertengahan1980-an Era informasi information age memegang peranan,
dan selisih gap antara nilai buku dan nilai pasar
semakin tampak jelas dibeberapa perusahaan.
Akhir 1980-an Awal
usaha para
konsultan praktisi
untuk membangun laporanakun yang mengukur intellectual
capital Sveiby 1988.
Awal 1990-an Prakarsa secara sistematis untuk mengukur dan
melaporkan persediaan perusahaan atas intellectual
10
Ihyaul Ulum, Intellectual capital Konsep dan Kajian Empiris, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009, h. 18
13
capital kepada pihak eksternal misalnya: Celemi and
Skandia, SCSI,1995.
Pada tahun 1990, Skandia AFS menugaskan Leif Edvinsson sebagai “Direktur intellectual capital”. Hal
ini adalah untuk kali pertama bahwa tugas pengelolaan intellectual capital diangkat pada posisi formal dan
mendapatkan legitimasi perusahaan.
Kaplan dan Norton memperkenalkan konsep tentang
balance scorecard 1992.
Pertengahan 1990-an Nokana dan Takeuchi 1995 mempresentasikan
karya yang sangat berpengaruh terhadap “penciptaan pengetahuan perusahaan”. Meskipun buku ini
berkosentrasi pada “knowledge‟, pembedaan antara
pengetahuan dan intellectual capital dalam buku ini cukup menunjukan bahwa mereka fokus pada
intellectual capital.
Pada tahun 1994, sumplemen laporan tahunan Skandia dihasilkan. Sumplemen ini fokus pada penyajian dan
penilaian persediaan perusahaan atas intellectual capital. Visualisasi IC menarik minat perusahaan lain
untuk mengikuti petunjuk Skandia.
Sensasi lainnya terjadi pada tahun 1995 ketika Celemi menggunakan knowledge audit untuk menawarkan
suatu taksiran detail atas pernyataan intellectual
capitalnya.
Para pioner intellectual capital mempublikasikan buku-buku laris dengan topik IC Kaplan dan Norton,
1996; Edvison and Malone, 1997; Sveiby, 1997. Karya Edvison and Malone lebih banyak mengupas
tentang proses dan „bagaimana‟ pengukuran IC.
14
Akhir 1990-an Intellectual capital menjadi topik popular dengan
koferensi para peneliti dan akademisi, working paper
dan publikasi lainnya menemukan audien.
Peningkatan jumlah proyek –proyek besar misalnya
the MERITUM project; Danish; Stockholm yang diselenggarakan dengan tujuan antara lain, untuk
memperkenalkan beberapa
penelitian tentang
intellectual capital.
Pada tahun
1999, OECD
menyelenggarakan simposium internasional tentang intellectual capital di
Amsterdam. Sumber : Petty and Guthrie 2000 dalam Ulum 2009
Ada banyak definisi berbeda mengenai modal intelektual intellectual capital diantaranya:
1. Stewart, seperti dikutip oleh Ulum, mendefinisikan Intellectual capital sebagai berikut:
11
” The sum of everything in your company knows that gives you a competitive edge in the market place, it is intellectual material
– knowledge, information, intellectual property, experience
–that can be put to use to create wealth
”. Modal Intelektual yaitu jumlah dari semua orang di perusahaan yang
memberikan keunggulan kompetitif di pasar, yaitu materi intelektual - pengetahuan, informasi, kekayaan intelektual, pengalaman - yang
dapat dimanfaatkan untuk menciptakan kekayaan,
11
Ibid, h. 19
15
2. Bontis, Mendifinisikan Intellectual capital sebagai
12
: “Intellectual capital is elusive, but once it is discovered and exploited,
it may provide an organisation with a new resource-base from which to compete and win”.
Modal Intelektual sulit dipahami, tetapi setelah modal intelektual ditemukan dan dieksploitasi, akan memberikan sumber daya yang baru
untuk bersaing dan menang. 3. Sawarjuwono dan Kadir, mendefinisikan Intellectual capital:
13
“Jumlah dari apa yang dihasilkan oleh tiga elemen utama organisasi Human Capital, Structural Capital, Customer Capital yang berkaitan
dengan pengetahuan dan teknologi yang dapat memberikan nilai lebih begi perusahaan berupa keunggulan bersaing organisasi.”
4. Michael Heng, seperti dikutip oleh Sangkala, mengartikan IC sebagai
14
: “Aset berbasis pengetahuan dalam perusahaan yang menjadi basis
kompetensi inti perusahaan yang dapat mempengaruhi perkembangan daya tahan dan keunggulan
perusahaan” 5. Organization for Economic Co-operation and Development OECD
seperti dikutip oleh Ulum menjelaskan Intellectual Capital IC sebagai:
12
Nick Bontis, Intellectual Capital: an Exploratory study that Develop Measure and Models, Manajemen Decision, Vol.36, No.2, 1998, h.63
13
Sawarjuwono Tjiptohadi dan Agustine Prihatin Kadir, Intellectual capital: Perlakuan, Pengukuran, dan Pelaporan Sebuah Library Research, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.5,
No. I 2003, h. 38
14
Sangkala, ”Intellectual capital Management Strategi Baru Membangun Daya Saing Perusahaan
”, Jakarta: Yapensi, 2006, h.7
16
Nilai ekonomi dari dua kategori asset tak berwujud: 1 organizational structural capital; dan 2 human capital. Organizational structural
capital meliputi didalamnya system software, jaringan distribusi, dan rantai pasokan. Sedangkan Human capital meliputi sumber daya
manusia yang ada di dalam organisasi tersebut seperti karyawan dan sumber daya eksternal yang berkaitan dengan organisasi, seperti
konsumen dan supplier
15
. Dengan demikian, intellectual capital merupakan aset tidak
berwujud perusahaan atau sumber daya berupa pengetahuan yang tersedia pada perusahaan yang dapat menciptakan nilai bagi
perusahaan dan akan mendatangkan keuantungan dimasa depan. Aset berbasis pengetahuan tersebut beerada di dalam diri anggota
perusahaan yang disebut dengan modal manusia human capital dan di dalam organisasi yang disebut dengan modal struktural structural
capital.dimana pengetahuan tersebut akan menjadi modal intelektual bila diciptakan, dipelihara dan ditransformasi menjadi inovasi atau
strategi baru serta diatur dengan sebaik mungkin.
B. Komponen Intellectual capital