Non Performing Financing Capital Adequancy Ratio

26

E. Non Performing Financing

Non Performing Financing NPF pada Bank Syariah selalu digunakan oleh bank pada saat mempublikasikan kondisi kinerja bank. NPF adalah mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank syariah. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk. Bank dengan NPF yang tinggi akan memperbesar biaya baik pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank 26 . Rumus menghitung NPF sebagai berikut : NPF = Pembiayaan KL, D, M Pembiayaan Kriteria Penilaian peringkat : Tabel 2. 3 Kriteria Penilaian Peringkat NPF Kriteria Penilaian NPF Keterangan Peringkat 1 NPF 2 Sangat Baik Peringkat 2 2 ≤ NPF 5 Baik Peringkat 3 5 ≤ NPF 8 Cukup Baik Peringkat 4 8 ≤ NPF 12 Kurang Baik Peringkat 5 NPF ≥ 12 Tidak Baik Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.924DPbS Tahun 2007

F. Capital Adequancy Ratio

CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana- dana dari sumber luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman utang, dan lain- lain. Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk 26 Dwi Nuraini Ihsan, Manajemen Treasury Bank Syariah, Jakarta: UIN PRESS, 2015, h. 368. 27 mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-keruagian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko 27 . Berdasarkan ketentuan bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk bank yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit 8 dari ATMR. Hal ini didasarkan pada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS Bank for International Settlements. Semakin besar Capital Adquacy Ratio CAR maka keuntungan bank juga semakin besar. Dengan kata lain semakin kecil risiko suatu bank maka semakin besar keuntungan yang diperoleh bank. Rumus menghitung CARKPMM adalah sebagai berikut 28 : CAR = Mtier1 + Mtier2 + Mtier3 – Penyertaan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko Dimana: M tier1 : Modal inti M tier2 : Modal pelengkap M tier3 : Modal pelengkap tambahan Penyertaan : Penanaman dana bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah atau jenis transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah yang berakibat Bank memiliki atau 27 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009, h. 121. 28 Dwi Nuraini Ihsan, Manajemen Treasury Bank Syariah, Jakarta: UIN PRESS, 2015, h. 362. 28 akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah. ATMR : Aktiva Tertimbang menurut risiko. Aktiva Tertimbang menurut Risiko ATMR adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva tersebut. Kriteria Penilaian peringkat : Tabel 2. 4 Kriteria Penilaian Peringkat CAR Kriteria Penilaian KPMM Keterangan Peringkat 1 KPMM ≥ 12 Signifikan lebih tinggi dari ketentuan Peringkat 2 9 ≤ KPMM 12 Lebih tinggi dari ketentuan Peringkat 3 8 ≤ KPMM 9 Sedikit diatas dari ketentuan Peringkat 4 6 ≤ KPMM 8 Sedikit dibawah dari ketentuan Peringkat 5 KPMM ≤ 6 Lebih rendah dari ketentuan Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.924DPbS Tahun 2007

G. Profitabilitas