Netrofil Diferensiasi Sel Darah Putih Domba Bunting Hasil Superovulasi dan Dicekok Ekstrak Temulawak Plus

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum dilakukan superovulasi, domba diukur diferensial sel darah putihnya. Pengukuran dilakukan secara acak pada lima ekor domba yang akan digunakan. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui diferensiasi sel darah putih pada domba yang tidak bunting. Dari pengukuran diferensiasi sel darah putih tersebut, didapat nilai rasio NL netrofillimfosit pada domba tidak bunting sebesar 0,93±0,18. Selanjutnya, gambaran sel darah putih disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah sel darah putih sampel domba sebelum disuperovulasi untuk netrofil, basofil, eosinofil, limfosit, dan monosit ×50mm 3 No Sel Darah Putih Jumlah n=5 1 Netrofil 37,40±3,36 2 Basofil 0,00±0,00 3 Eosinofil 1,20±1,64 4 Limfosit 40,80±5,63 5 Monosit 3,80±1,64

4.1. Netrofil

Domba yang disuperovulasi saja SO dan domba yang disuperovulasi dan diberi ekstrak temulawak plus SO+TM memiliki jumlah rata-rata netrofil yang lebih tinggi setiap bulannya dibandingkan dengan domba nonsuperovulasi yang diberi ekstrak temulawak plus TM maupun kontrol KO. Jumlah netrofil pada kedua kelompok tersebut mengalami kenaikan hingga bulan ke-3 dengan jumlah masing-masing 51,25±6,29×50mm 3 dan 53,75±2,50×50mm 3 . Jumlah tersebut kemudian menurun pada bulan ke-4 dan ke-5 hingga mencapai 48,25±2,50×50mm 3 dan 50,00±5,77×50mm 3 . Domba yang diberi ekstrak temulawak plus saja mempunyai jumlah netrofil yang meningkat setiap bulannya dari 32,25±6,08×50mm 3 pada awal kebuntingan hingga 46,25±2,50×50mm 3 pada akhir kebuntingan. Sementara itu, domba kontrol yang tidak disuperovulasi dan tidak diberi ekstrak temulawak plus mengalami fluktuasi netrofil setiap bulannya dengan jumlah yang lebih kecil dari kelompok SO maupun TM Gambar 6. Fluktuasi jumlah leukosit bergantung pada kondisi hewan-hewan tersebut pada saat dilakukan pemeriksaan Maheshwari et al. 2001. Jumlah netrofil pada domba yang bunting lebih tinggi dibanding domba yang tidak bunting seiring meningkatnya usia kebuntingan. Domba yang tidak bunting memiliki jumlah netrofil sebanyak 37,40±3,36×50mm 3 . Al-Saad et al.2010 mendapatkan jumlah netrofil yang lebih besar pada domba yang tidak bunting, yaitu sebanyak 69,95±8,70×50mm 3 pada penelitian yang dilakukannya. Selanjutnya jumlah rataan netrofil disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan jumlah netrofil lima bulan kebuntingan pada kelompok domba kontrol dan yang diberi ekstrak temulawak plus baik yang tidak maupun yang disuperovulasi × 50mm 3 Bulan ke- KO TM SO TM SOTM KO n=4 SO n=4 KO n=4 SO n=4 1 35,50 ± 1,29 40,75 ±2,22 32,25 ± 6,08 40,00 ± 7,07 - - 2 41,25 ± 0,50 47,50 ± 6,45 39,25 ± 2,22 50,00 ± 8,16 - - 3 37,50 ± 9,57 51,25 ± 6,29 42,50 ± 5,00 53,75 ± 2,50 - - 4 40,00 ± 7,07 50,00 ± 4,08 46,25 ± 6,29 50,00 ± 4,08 - - 5 43,75 ± 4,79 48,25 ± 2,50 46,25 ± 2,50 50,00 ± 5,77 - - - Ket: KO = Kontrol; SO = Superovulasi; TM = Ekstrak temulawak plus; = berpengaruh signifikan P0,05 Superovulasi berpengaruh menaikkan jumlah netrofil pada bulan ke-1 sampai dengan bulan ke-4 kebuntingan dibandingkan kontrol. Jumlah netrofil yang lebih tinggi dapat diakibatkan oleh tingginya sekresi hormon kebuntingan, yaitu estrogen dan progesteron. Kedua hormon tersebut merupakan hormon steroid yang dapat meningkatkan jumlah netrofil Tornquist dan Rigas 2010. Pada bulan ke-5, induk domba yang disuperovulasi tidak mengalami peningkatan jumlah netrofil. Hal ini berlawanan dengan hasil penelitian Maheswari et al.2001 yang menunjukkan peningkatan jumlah netrofil pada akhir kebuntingan secara signifikan dibanding pertengahan kebuntingan. Induk domba yang disuperovulasi sebelum perkawinan mengalami cekaman yang lebih tinggi. Cekaman ini diduga akibat tingginya litter size Andriyanto dan Manalu 2011. Ternak yang mengalami cekaman akan membangun pertahanan diri dengan berbagai bentuk pertahanan Isroli et al. 2002. Meningkatnya netrofil merupakan salah satu respons imun yang terjadi jika terjadi cekaman Zahorec 2001; Tornquist dan Rigas 2010. Sejumlah besar netrofil terdapat di sepanjang permukaan endotel pembuluh darah dan dapat dengan cepat dimobilisasi saat terjadi cekaman akut atau infeksi Kern 2002. Fungsi utama netrofil ialah fagositosis terutama untuk infeksi bakteri Kern 2002. Gambar 7 Rataan jumlah netrofil pada 5 bulan kebuntingan dan domba tidak bunting, dengan kontrol ♦ , pemberian ekstrak temulawak ▲, superovulasi ■,superovulasi + ekstrak temulawak ×, dan tidak bunting ● . Domba yang tidak disuperovulasi, yaitu kelompok KO dan TM memiliki jumlah netrofil tertinggi pada akhir kebuntingan. Jumlah ini sejalan dengan penelitian Maheswari et al.2001 yang memiliki jumlah netrofil tertinggi pada akhir kebuntingan. Menjelang kelahiran, induk domba mengalami cekaman yang tinggi akibat dari sekresi kortisol yang dihasilkan oleh fetus yang mengalami cekaman. Kortisol yang tinggi dapat menginduksi tingginya jumlah netrofil yang dikeluarkan dari sumsum tulang ke aliran darah dan menurunnya diapedesis ke jaringan. Domba yang hanya diberikan ekstrak temulawak plus pada awal kebuntingan mempunyai jumlah netrofil yang kecil, akan tetapi terus meningkat hingga bulan ke-5 kebuntingan. Pemberian ekstrak temulawak plus tidak berpengaruh signifikan dalam menaikkan jumlah netrofil dan tidak ada interaksi dengan superovulasi. Pemberian ekstrak temulawak plus juga tidak mengurangi cekaman metabolisme yang diduga sebagai akibat dari litter size yang besar pada domba yang disuperovulasi. 10 20 30 40 50 60 1 2 3 4 5 Ju m lah n etr o fil × 50 Bulan ke-

4.2. Basofil