sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan fetus prepartum dan pertumbuhan postpartum Adriani et al. 2004 terutama pada litter size kurang dari tiga.
2.2. Temulawak Curcuma xanthorrhiza Roxb.
Temulawak Curcuma xanthorhiza Roxb. merupakan tanaman obat asli Indonesia, disebut juga Curcuma javanica Rahardjo 2010. Temulawak telah
dimanfaatkan industri obat sebagai jamu, herbal terstandar, dan obat fitofarmaka, di Indonesia maupun di mancanegara Rahardjo 2010. Temulawak juga dapat
berfungsi sebagai hepatoprotektor Anonimous 2010 dan dapat meningkatkan bobot badan dan bobot karkas ayam broiler Adriani et al. 2009.
Klasifikasi temulawak ialah divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledonae, ordo Zingiberales, famili Zingiberaceae, genus Curcuma,
dan spesies Curcuma xanthorrhiza roxb Purseglove et al. 1981. Secara alami, temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari
teriknya sinar matahari. Rumpun tanaman ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun, temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan
di tempat yang terik, seperti tanah tegalan. Secara umum, tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis. Suhu
udara yang baik untuk budi daya tanaman ini antara 19-30
o
C. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000 mmtahun.
Rimpang temulawak tersusun atas komponen utama berupa pati, abu, serat kasar, zat kuning atau kurkumin, serta minyak atsiri yang terdiri atas phelandren,
kamfer, turmerol, borneol, sineal, dan xanthorrizol. Metabolit sekunder yang terkandung dalam temulawak ialah alkaloid, flavonoid, dan quinon Candra
2008. Rimpang temulawak mengandung zat kurkumin antara 1,4-4 yang merupakan senyawa aktif tanaman Curcuma. Zat kurkumin terdiri atas dua
bagian, yaitu desmitoksikurkumin dan kurkumin. Kadar minyak atsiri rimpang temulawak mencapai 7,3-29,5 dan kandungan pati berkisar 37,2-61.
Temulawak mempunyai bau aromatik dan rasanya pahit. Daging rimpang temulawak mempunyai beberapa kandungan senyawa kimia, antara lain berupa
fellandrean dan turmerol atau yang sering disebut minyak menguap Nugroho et al. 2008.
Rimpang temulawak juga mengandung enzim L-asparaginase yang
merupakan enzim pengkatalis reaksi penguraian L-asparagin menjadi asam L- aspartat dan amonia Haninda 2007.
Kurkumin adalah zat yang melindungi eritrosit dan hemoglobin dari oksidasi oleh senyawa nitrit. Kurkumin dapat meningkatkan hepatoglobin dan
sintesis protein haemopeksin dalam hati. Kolagoga adalah zat yang dapat meningkatkan fungsi empedu dan menurunkan lemak tubuh, sehingga kita
mendapatkan daging rendah lemak dan daging dengan komposisi protein yang tinggi.
Minyak volatil atau disebut juga minyak atsiri, dibentuk pada retikulum endoplasma dalam sel-sel tumbuhan, dan dapat diperoleh dengan cara
penyulingan. Minyak volatil tidak berpengaruh pada populasi mikroorganisme, tetapi berpengaruh positif pada enzim pencernaan. Sekarang, minyak atsiri
semakin populer di bidang pertanian dan sektor peternakan karena minyak ini digunakan sebagai promotor pencernaan dan metabolisme, dan tidak
menimbulkan resistensi pada hewan Adriani et al. 2009. Ekstrak temulawak plus merupakan sediaan ekstrak temulawak yang
ditambahkan vitamin. Vitamin-vitamin yang ditambahkan ialah vitamin A, B1, B2, B6, B12, B5, dan vitamin D. Vitamin A berperan dalam memelihara
kesehatan gigi, tulang, jaringan lunak, membran mukosa, dan kulit. Vitamin B1 membantu sel-sel tubuh mengubah karbohidrat menjadi energi. Vitamin B6 dan
B12 membantu pembentukan sel darah merah dan pemeliharaan fungsi otak. Vitamin D membantu tubuh dalam mengabsorbsi kalsium Evert 2011.
2.3. Leukosit Sel Darah Putih