Eosinofil Diferensiasi Sel Darah Putih Domba Bunting Hasil Superovulasi dan Dicekok Ekstrak Temulawak Plus

mencegah koagulasi. Basofilia pada mamalia domestik biasanya dikaitkan dengan gangguan hipersensitif berperantara IgE dan biasanya disertai dengan eosinofilia Pohlman 2010. Potensi fagositik basofil rendah, salah satu fungsi protektifnya melibatkan pertahanan melawan cacing. Hal ini disebabkan pengaruh stimulasi sel T untuk memproduksi limfosit T helper tipe 2 Th2. Saat tidak ada basofil, Th2 sitokin yang diproduksi oleh sel T sangat sedikit atau bahkan tidak ada Pohlman 2010.

4.3. Eosinofil

Jumlah rata-rata eosinofil lebih tinggi pada domba kontrol KO, yang tidak disuperovulasi dan tidak diberi ekstrak temulawak plus. Jumlahnya sebanyak 3,50±1,29×50mm 3 pada bulan pertama kebuntingan dan mencapai puncaknya pada kebuntingan bulan ke-4 sebanyak 4,00±0,82×50mm 3 . Domba yang disuperovulasi saja SO memiliki jumlah eosinofil yang lebih kecil dari kontrol KO. Jumlah terkecil pada bulan ke-2 kebuntingan sebanyak 0,75±0,50×50mm 3 dan tertinggi pada bulan ke-3 dan ke-4 kebuntingan dengan masing-masing berjumlah 2,00±0,82 dan 2,00±1,15 dikali 50mm 3 . Pemberian ekstrak temulawak plus menurunkan eosinofil pada bulan ke-3 dan ke-4. Jumlahnya terus meningkat dari awal hingga akhir kebuntingan. Pada bulan ke-4 terjadi interaksi antara superovulasi dan pemberian ekstrak temulawak plus dalam menurunkan jumlah eosinofil. Interaksi tersebut menandakan adanya senyawa dalam ekstrak temulawak plus yang dapat menurunkan eosinofil baik secara langsung maupun tidak langsung. Domba yang tidak bunting memiliki jumlah eosinofil yang lebih rendah dari domba kontrol, yaitu sebesar 1,20±1,64×50mm 3 . Domba yang disuperovulasi dan yang diberi ekstrak temulawak plus SO+TM mempunyai jumlah eosinofil yang relatif rendah dibandingkan dengan domba kontrol yang tidak diberi superovulasi maupun ekstrak temulawak plus KO. Konsentrasi eosinofil yang tinggi dapat mengindikasikan adanya infeksi parasit Maheshwari et al. 2001. Dengan rendahnya kadar eosinofil tersebut maka kedua perlakuan dapat mengurangi infeksi parasit. Ekstrak rimpang temulawak sendiri mempunyai efek antimikroba terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus Mashita 2008. Sari air bebas minyak atsiri dan minyak atsiri yang terkandung dalam temulawak mempunyai aktivitas antihelmentik terhadap cacing askaris baik pada tahap perkembangan telur menjadi telur berembrio, perkembangan telur berembrio menjadi larva, dan melumpuhkan cacing dewasa Sukandar et al. 1997. Selanjutnya, jumlah rataan eosinofil disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan jumlah eosinofil lima bulan kebuntingan pada kelompok domba kontrol dan yang diberi ekstrak temulawak plus baik yang tidak maupun yang disuperovulasi ×50mm 3 Bulan ke- KO TM SO TM SOTM KO n=4 SO n=4 KO n=4 SO n=4 1 3,50 ±1,29 1,50 ± 0,58 0,75 ±0,50 0,25 ± 0,50 - - 2 3,25 ± 2,22 0,75 ± 0,50 1,00 ± 0,82 0,50 ± 0,58 - - 3 3,00 ± 0,82 1,50 ± 1,29 1,25 ± 0,96 1,00 ± 0,82 - - 4 4,00 ± 0,82 2,00 ± 0,82 1,75 ± 0,50 1,75 ± 0,50 5 3,50 ± 1,00 2,00 ± 1,15 2,50 ± 1,29 2,75 ± 1,71 - - - Ket: KO = Kontrol; SO = Superovulasi; TM = Ekstrak temulawak plus; = berpengaruh signifikan P0,05 Penyebab paling umum dari eosinofilia adalah infeksi parasit, reaksi alergi, dan penyakit kulit atopik Kern 2002; Theml 2004. Eosinofilia juga dapat dilihat pada infeksi lain, neoplasma, penyakit autoimun kolagen vaskular, dan dalam berbagai kondisi lain . Peranan eosinofil dalam melawan cacing sangat spesifik. Eosinofil bekerja dengan sel T, kemudian menempel pada larva cacing dengan opsonisasi oleh IgG, IgE, atau komplemen. Eosinofil menyerang integumen cacing dan mengeluarkan secara terus menerus toksin dan enzim hidrolitik Young dan Meadows 2010. Gambar 8 Rataan jumlah eosinofil pada 5 bulan kebuntingan dan domba tidak bunting, dengan kontrol ♦ , pemberian ekstrak temulawak ▲, superovulasi ■ ,superovulasi + ekstrak temulawak ×, dan tidak bunting ● . 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Ju m lah eo sin o fil × 50 Bulan ke- Jumlah eosinofil cenderung lebih besar pada akhir kebuntingan dibandingkan dengan awal dan pertengahan kebuntingan pada kelompok domba perlakuan, yaitu superovulasi dan pemberian ekstrak temulawak plus. Sementara itu, kelompok domba kontrol mempunyai jumlah eosinofil yang tinggi pada pertengahan kebuntingan dibanding awal dan akhir kebuntingan Gambar 8. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ullrey et al. 1965 yang menunjukkan tingginya jumlah eosinofil pada pertengahan kebuntingan. Pada ruminansia, jumlah eosinofil meningkat karena adanya infeksi parasit dan dapat menurun jika terjadi cekaman atau pemberian kortikosteroid Tornquist dan Rigas 2010.

4.4. Limfosit