Prosedur Penelitian Analisa Rantai Pasokan Agroindustri Tepung Ubi Jalar

yang relatif lebih cepat dibanding pengupasan ubi dengan bentuk yang tidak seragam besarnya. Bentuk ubi yang seragam tersebut merupakan bentuk yang ideal bagi pengusaha maupun tenaga kerja karena tahapan pengupasan ubi umumnya pekerja dibayar dengan sistem borongan. Seperti pada sifat fisik ubi jalar, sifat kimia ubi jalar bervariasi tergantung dari jenisvarietasnya. Ubi jalar segar mengandung 71 air, 25 karbohidrat, 1 - 2 protein Bradburry Halloway 1988. Ubi jalar mengandung karbohidrat dalam jumlah tinggi seperti pada Tabel 2 dan jika dibandingkan dengan komoditas pertanian sumber karbohidrat lainnya ubi jalar memiliki potensi sebagai komoditas pertanian sumber karbohidrat yang baik jalar Tabel 4. Dari segi kandungan gizinya, ubi jalar dapat memenuhi kebutuhan kalori seseorang per harinya. Selain sebagai sumber karbohidrat, ubi jalar ternyata mengandung vitamin A, C, dan B1 yang tinggi dibandingkan dengan beras, jagung, maupun terigu sebagai sumber pangan. Kandungan protein dalam ubi jalar lebih sedikit dibandingkan dengan beras giling, jagung dan terigu Tabel 4. Jumlah kandungan protein ini akan berpengaruh pada karakteristik tepung yang akan dihasilkan nantinya. Ubi jalar juga mengandung lemak lebih sedikit namun dapat menjadi makanan sumber vitamin yang baik. Tabel 4 Kandungan gizi dalam100 g beras, jagung, terigu dan ubi jalar Zat Makanan Beras Giling Jagung Terigu Ubi Putih Ubi Oranye Ubi kuning Kalori kal 360,00 355,00 365,00 123,00 123,00 136,00 Protein g 6,80 9,2 8,90 1,80 1,80 1,10 Lemak g 0,70 3,90 1,30 0,70 0,70 0,40 Karbohidrat g 78,90 73,70 77,30 27,90 27,90 32,30 Zat Kapur mg 6,00 10,00 16,00 -- -- -- Fosfor mg 140,00 256,00 106,00 49,00 49,00 52,00 Zat besi mg 0,80 2,40 1,20 0,70 0,70 0,70 VitA SI 0,26 -- 0,12 60,00 7.700,00 900,00 Vit C mg 0,12 -- 0,12 22,00 22,00 35,00 Vit B 1 -- -- -- 0,90 0,90 0,10 Kalsium -- -- -- 20,00 30,00 57,00 Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI 1981 Karakteristik ubi jalar yang berhubungan dengan kandungan karbohidrat adalah kecenderungan timbulnya flatulensi perut kembung setelah mengkonsumsi ubi jalar. Flatulensi disebabkan oleh gas flatus, umumnya H 2 dan CO 2 Palmer 1982, yang merupakan hasil samping fermentasi karbohidrat yang tidak dicerna dalam tubuh, yang dilakukan oleh mikroflora usus. Karbohidrat yang tidak tercerna tersebut antara lain pati tidak tercerna resistant starch, oligosakarida tak tercerna non digestibility oligosaccharides, dan polisakarida non pati non starch polysaccharides seperti komponen-komponen serat makanan Damardjati 2003. Ubi jalar juga mengandung zat anti gizi dan penurun cita rasa yang memberikan pengaruh negatif terhadap preferensi ubi jalar. Anti gizi utama dalam ubi jalar adalah trypsin inhibitor yang bersifat menghambat kerja tripsin yang berperan sebagai pemecah protein. Akibat adanya anti tripsin ini, menyebabkan pencernaan protein dalam usus terhambat, sehingga menurunkan tingkat penyerapan protein dalam tubuh yang ditunjukkan dengan timbulnya gejala mencret Bradburry Halloway 1988. Aktivitas anti tripsin dapat berkurang dengan perebusan, pengukusan dan pemasakan Bradburry Halloway 1998, Damardjati Widowati 1994. Pada ubi jalar terdapat beberapa senyawa yang tidak berbahaya bagi kesehatan tapi menimbulkan rasa pahit, seperti ipomoeamarone, furanoterpen, kouramin dan polifenol yang dibentuk dalam jaringan pada saat ubi jalar luka akibat serangan serangga Damardjati Widowati 1994. Penggunaan ubi jalar bermutu baik akan berpengaruh nyata terhadap mutu tepung ubi. Ubi jalar sesuai diproses menjadi tepung apabila mempunyai kadar bahan kering dan pati tinggi, serta kadar air rendah. Kadar bahan kering tinggi menghasilkan rendemen tepung yang tinggi pula. Besarnya kadar bahan kering tergantung pada jenisklon, lingkungan dan umur tanaman Bradburry dan Halloway 1988. Antarlina 2003 melakukan pengkarakterisasian terhadap tiga belas jenisklonvarietas ubi jalar Tabel 5. Kadar air dalam ubi jalar berbanding terbalik dengan kadar bahan kering ubi dan kadar pati ubi. Semakin tinggi kadar air ubi jalar, semakin rendah pula kadar bahan kering dan kadar pati ubi. Pada ubi jalar varietas kawi dengan daging ubi berwarna ungu memiliki kadar bahan kering paling tinggi 35.07 serta kadar pati yang tinggi 58.6 7 bk dan memiliki kadar air rendah 64.93 bb. Tabel 5 Warna ubi dan komposisi kimia beberapa klon ubi jalar Sumber: Antarlina 2003 Kadar air dalam ubi jalar berbanding terbalik dengan kadar bahan kering ubi dan kadar pati ubi. Semakin tinggi kadar air ubi jalar, semakin rendah pula kadar bahan kering dan kadar pati ubi. Pada ubi jalar varietas kawi dengan daging ubi berwarna ungu memiliki kadar bahan kering paling tinggi 35.07 serta kadar pati yang tinggi 58.67 bk dan memiliki kadar air rendah 64.93 bb. Kadar karbohidrat dan pati yang tinggi menyebabkan ubi jalar dapat diolah menjadi tepung-tepungan.

4.1.2 Pengolahan Ubi Jalar Menjadi Tepung Ubi Jalar, Panen dan Pascapanen Ubi Jalar

Penentuan waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur tanaman. Jenis atau varietas ubi jalar berumur pendek genjah dipanen pada umur 3 - 3.5 bulan, sedangkan varietas berumur panjang dipanen sewaktu berumur 4.5 – 5 bulan. Penanganan ubi jalar yang ideal dimulai pada umur tiga bulan, dengan penundaan paling lambat sampai umur empat bulan. Panen pada umur lebih dari empat bulan, selain beresiko tinggi terkena serangan hama boleng juga tidak akan memberikan kenaikan hasil ubi Rukmana 1997. Pemanenan yang dilakukan terlalu awal menyebabkan ubi cepat keriput dan rendemen yang rendah. Sebaliknya, bila terlambat panen, ubi menjadi berserat, mudah rusak dan kurang menarik. Cara panen yang dilakukan kurang hati-hati menyebabkan ubi banyak yang rusak Klon Warna Air Bahan Pati Gula Rdks Abu Serat Varietas Ubi bb Kering bk bk bk bk Taiwan396-6 Kuning 71.89 28.11 55.84 5.56 3.81 3.42 Taiwan395-23 Putih 71.96 28.04 57.27 7.08 3.28 3.23 Taiwan396-24 Kuning 73.65 26.35 52.57 7.15 4.04 3.711 Tis 5125-42 Putih 71.96 28.04 53.2 5.32 3.51 3.83 Tis 5125-82 Kuning 65.19 34.81 55.53 4.17 3.39 3.53 Ciceh 27 Putih 66.43 33.57 52.19 4.47 3.19 3.38 Ciceh 29 Krem 72.27 27.73 55.76 5.76 3.4 3.67 Ciceh 35 Krem 69.92 30.08 53.52 6.31 3.34 3.94 Ciceh 39 Krem 77.72 22.28 48.14 7.89 4.23 4.65 Lapis 30 Krem 63.36 36.64 57.49 2.75 2.56 3.18 Lapis 34 Krem 67.51 32.49 60.34 4.49 2.95 3.03 Genjah Rante Kuning 67.09 32.91 56.29 5.57 2.93 3.18 Kawi Ungu 64.93 35.07 58.67 3.33 -- 2.6 Gula Reduksi bk sehingga cepat busuk. Tercampurnya ubi yang rusak ke dalam ubi sehat menyebabkan investasi hama dan penyakit. Proses pra-panen, panen, pasca panen, penyimpanan dan distribusi dapat menjadi hambatan dalam pemasaran ubi jalar bila tidak dilakukan dengan baik, karena dapat menyebabkan penurunan mutu ubi jalar. Cara-cara penanganan ubi pada saat pemanenan serta cara pengangkutan perlu mendapat perhatian yang baik agar mengurangi kerusakan yang terjadi. Umbi ubi jalar memiliki kulit yang lunak dan kadar air yang tinggi sehingga mudah rusak oleh pengaruh mekanis. Kerusakan mekanis ini akan memberi peluang bagi berlangsungnya kerusakan mikrobiologis yang akan mengakibatkan rusaknya umbi secara keseluruhan Muryanto et al. 1978. Penanganan pasca panen ubi jalar biasanya ditujukan untuk mempertahankan daya simpan, dan menjaga agar ubi yang disimpan tidak turun mutunyarusak. Penyimpanan ubi yang paling baik dilakukan dalam pasir atau abu. Cara penyimpanan dengan ditutup pasir atau abu dapat mempertahankan daya simpan ubi sampai lima bulan. Ubi jalar yang mengalami proses penyimpanan yang baik akan menghasilkan rasa ubi yang manis dan enak bila dibandingkan dengan ubi yang baru dipanen Pramuji 2007. Ubi jalar bila disimpan pada tempat yang cukup kering dan aerasi yang baik dapat disimpan relatif cukup lama bila dibandingkan dengan ubi kayu Damardjati Widowati 1994. Hal yang penting diperhatikan dalam penyimpanan ubi jalar adalah melakukan pemilihan ubi yang baik, tidak ada yang rusak atau terluka dan tempat penyimpanan bersuhu rendah antara 27 – 30 o C dengan kelembaban udara antara 85-90 Pramuji 2007. Untuk meningkatkan masa simpan di beberapa daerah, penyimpanan dengan menggunakan rak agar tidak langsung di atas tanah, atau di dalam keranjang bambu, atau di atas lantai semen. Cara-cara tersebut memberikan masa simpan yang lebih lama dibandingkan dengan disimpan di atas tanah tanpa rak Widowati et al. 1991. Untuk meningkatkan masa simpan ubi jalar, diberikan perlakuan awal kondisi optimum untuk proses curing. Ubi jalar hasil panen, dibersihkan, disusun dalam tempat penyimpanan keranjang kemudian disimpan dalam suhu hangat 30 o C dan kelembaban yang tinggi RH 90 - 95 selama 10 - 15 hari. Selama curing terjadi penggabusan dan penebalan pada lapisan kulit ubi. Ubi jalar yang mengalami proses curing dapat disimpan hingga enam bulan tanpa kerusakan Damardjati Widowati 1994. Tepung ubi merupakan tepung yang dibuat dari ubi yang dikeringkan, sehingga tepung mengandung seluruh komponen yang ada dalam ubi itu sendiri. Tepung ubi berbeda dengan pati; pati adalah hasil ekstraksi bahan dalam air dan dikeringkan. Dengan demikian, tepung ubi jalar berbeda dengan pati ubi jalar. Bentuk tepung mempunyai beberapa keunggulan, antara lain praktis, mudah diformulasi menjadi berbagai produk makanan, hemat ruang penyimpanan dan mudah didistribusikan serta mempunyai nilai gizi yang baik. Bentuk tepung juga mempermudah dan memperlama penyimpanan sampai beberapa bulan atau tahunan. Pembuatan tepung umbi umumnya sangat sederhana, hanya menggunakan proses ”pengupasan, pencucian, pengecilan ukuran pengirisan atau pemarutansawut, pengeringan, dan penepungan”. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ningrum 1999, jenis ubi jalar, jenis pengering, dan interaksi antara kedua faktor tersebut berpengaruh nyata terhadap kadar beta karoten, rendemen, kadar abu, kadar serat, kadar karbohidrat, kadar lemak, derajat putih pada tepung ubi jalar yang dihasilkan. Hasil penelitian Ningrum menunjukkan bahwa tepung ubi jalar yang dikeringkan dengan pengering drum merupakan tepung yang baik untuk dikonsumsi dan berpotensi untuk dikembangkan. Proses Pembuatan Tepung Ubi Jalar Terdapat beberapa cara pengolahan ubi jalar menjadi tepung ubi jalar. Secara umum, produksi tepung ubi jalar dapat dilakukan secara sederhana oleh industri rumah tangga. Pada umumnya, proses pengolahan ubi jalar menjadi tepung ubi jalar meliputi tahapan pencucian ubi jalar, pengupasan, pemotongan ubi jalarpengirisan hingga berbentuk chips penyawutan, perendaman ubi jalar dalam larutan natrium metabisulfit, pengeringan, dan penepungan. Proses pengolahan tepung ubi jalar disajikan pada Gambar 10 berikut ini: Gambar 10 Proses pembuatan tepung ubi jalar BB Pasca Panen Bogor 2000 Pencucian, pengupasan dan penyawutan ubi jalar Pencucian ubi jalar dilakukan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat pada ubi jalar. Perendaman dalam larutan natrium metabisulfit 0.3 berfungsi untuk mencegah kontak langsgung dengan udara dan untuk m enghambat reaksi Maillard, karena pada metabisulfit akan berikatan dengan gugus aldehid dari gula sehingga gugus aldehid tersebut tidak dapat bereaksi dengan Ubi jalar segar Pencucian, pengupasan dan penyawutan Perendaman dalam larutan sodium bisulfit Pengepresan Pengeringan hingga kadar air 12 – 14 Sinar matahari Alat pengering Sawut kering Penepungan Diayak 80 mesh Tepung ubi jalar Pengemasan senyawa-senyawa yang memiliki gugus NH, yaitu protein, akibatnya, kadar protein dapat dipertahankan. Metabisulfit digunakan juga untuk mempertahankan warna dan citarasa. Pemakaiannya dalam pengolahan bahan pangan bertujuan untuk mencegah proses pencoklatan pada buah sebelum diolah, menghilangkan bau dan rasa getir terutama pada ubi kayu serta untuk mempertahankan warna agar tetap menarik. Natrium metabisulfit dapat dilarutkan bersama-sama bahan atau diasapkan. Prinsip pengasapan tersebut adalah mengalirkan gas SO 2 ke dalam bahan sebelum pengeringan. Pengasapan dilakukan selama + 15 menit. Maksimum penggunaannya sebanyak 2 gkg bahan. Natrium metabisulfit yang berlebihan akan hilang sewaktu pengeringan Warintek 2010. Pemotongan ubi jalar menjadi sawut dapat dilakukan dengan menggunakan slicer dengan ketebalan potongan kurang lebih 1.5 mm sehingga berbentuk chips tipis agar mempermudah dan mempercepat pengeringan. Blansir Proses blansir dapat dilakukan pada proses produksi tepung dari ubi jalar. Blansir merupakan proses pemanasan dengan menggunakan suhu tinggi dalam waktu yang singkat. Pemanasan dapat dilakukan dengan menggunakan uap air panas atau air mendidih Muryanto et al. 1978. Tujuan dari proses blansir adalah untuk menginaktifkan enzim-enzim yang terdapat pada sayuran dan buah-buahan, yang dapat menyebabkan perubahan warna yang tidak dikehendaki pada hasil olahan. Perlakuaan blansir pada saat proses pengolahan ubi jalar menjadi tepung dapat mempertahankan kandungan karoten pada saat pengeringan dibandingkan dengan bahan yang tidak diblansir. Namun, untuk memperoleh kadar pati tepung yang lebih tinggi, dianjurkan untuk tidak menggunakan proses blansir Muryanto et al. 1978. Proses blansir dapat mengakibatkan pati tergelatinkan. Pati yang telah mengalami gelatinisasi selanjutnya lebih mudah diuraikan menjadi gula sehingga kadar pati menurun.