pengering khusus D, E, dengan kapasitas alat 10 kg per satu kali pengeringan. Bila cuaca mendukung, proses pengeringan ini memakan waktu sekitar 2 hari.
Setelah didapatkan sawut kering F, selanjutnya dilakukan proses penepungan G. Tepung yang dihasilkan H kemudian diayak untuk mendapatkan tepung
dengan tingkat kehalusan yang diinginkan I. Tepung hasil ayakan kemudian dikemas J dan siap untuk dipasarkan.
Gambar 15 Proses pengolahan ubi jalar menjadi tepung ubi jalar
4.2.3 Agroindustri Tepung Ubi Jalar di Kabupaten Kuningan
Kabupaten Kuningan saat ini lebih mengembangkan tanaman ubi jalar sebagai program prioritas mengingat lahannya sangat sesuai untuk tanaman
tersebut dibanding dengan tanaman singkong. Mengingat ubi jalar menjadi prioritas, saat ini penggunaannya sudah dalam bentuk tepung.
B A
C
D E
F G
H
I J
Agribisnis ubi jalar di kabupaten Kuningan sudah berjalan sejak lama namun belum tertata dengan baik. Pada tahun 2007 - 2008 melalui program
Pendanaan Kompetisi-Indeks Pembangunan Manusia PPK-IPM Pemprov Jawa Barat, dilakukan program pengembangan agribisnis ubi jalar yang melibatkan
seluruh pemangku kepentingan stake holder yaitu mulai dari pemerintah, pihak swasta, petanikelompok tani, kelompok usaha industri pengolah ubi jalar, Bank
Perkreditan Rakyat, koperasi dan pihak lainnya. Tabel 11 menyajikan gambaran keunggulan komparatif ubi jalar dengan komoditas unggulan lain di Kabupaten
Kuningan, yang menunjukkan bahwa tanaman ubi jalar merupakan komoditas pangan yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Dengan luas tanam setara
dengan luas tanam komoditas jagung, namun ubi jalar memiliki produktivitas paling tinggi 20 tonha dibandingkan dengan produktivitas berbagai komoditas
pertanian lainnya yang ditanam di Kabupaten Kuningan.
Tabel 11 Data luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas berbagai komoditas pertanian di Kabupaten Kuningan
No. Komoditas
Ha Luas Tanam
Ha Luas Panen
Ha Produksi
Ton Produktivitas
TonHa 1
Padi sawah 59.641
60.017 355.902
5.90 2
Padi Gogo 3.875
4778 14.261
3.00 3
Jagung 6.065
8.841 20.223
3.50 4
Kedelai 1.324
1.281 1.217
1.00 5
Kacang tanah 3.177
3.333 5.459
1.60 6
Kacang hijau 948
515 575
1.10 7
Ubi kayu 3.078
3.517 42.529
12.10 8
Ubi jalar 6.130
6.130 122.600
20.00 Sumber: Disperindag Kab. Kuningan 2009
Pemerintah Daerah Kab. Kuningan menetapkan kebijakan agribisnis ubi jalar sebagai produk kompetensi inti daerah dengan berbagai pertimbangan.
Permintaan ubi jalar dinilai akan terus meningkat karena merupakan bahan baku tepung bagi berbagai makanan olahan yang memiliki kelebihan dalam nilai
nutrisinya. Produksi ubi jalar di Kabupaten Kuningan paling tinggi dibandingkan
dengan komoditas palawija lainnya, memberikan kontribusi 26 produksi ubi jalar Jawa Barat. Ubi jalar dapat tumbuh di lahan yang tidak terlalu subur dan
penanamannya sudah banyak dikenal masyarakat terutama varietas lokal AC merah dan AC putih.
Pembudidayaan ubi jalar di Kabupaten Kuningan dilakukan secara kontinyu dengan melibatkan 10 460 petani, 78 kelompok tani di 78 desa pada sebelas
kecamatan penghasil ubi jalar utama yaitu Kecamatan Cilimus, Cigandamekar, Kramatmulya, Jalaksana, Pancalang, Cipicung, Japara, Sindang Agung,
Paswahan, Mandiracan dan Kuningan dengan potensi areal ubi jalar seluas 6 130 ha dengan hasil produksi per tahun rata-rata 111 602 ton Disperindag Kab
Kuningan 2009. Peta wilayah Kabupaten Kuningan disajikan pada Gambar 16.
Gambar 16 Peta lokasi Kabupaten Kuningan Disperindag Kab Kuningan 2009
Melalui PPK-IPM Pemprov Jawa Barat diharapkan pendapatan petani dapat meningkat, kelompok-kelompok usaha industri yang mengolah chip ubi jalar
menjadi tepung ubi jalar dan produk-produk makanan olahan dari ubi