Pactum De Compromittendo Sebagai Akta Arbitrase Yang Dibuat
61
Singapore in accordance with the Arbitration Rules of Singapore International Arbitration Centre SIAC Rules for the time being in
force wich rules are deemed to be incorporated by reference into this clause”.
Terjemahan bebas dari peneliti : “Semua persengketaan yang muncul atau berhubungan dengan kontrak
ini termasuk semua pertanyaan yang menyangkut eksistensinya, validitas atau terminasi, harus diselesaikan dengan arbitrase di
Singapura menurut aturan arbitrase Singapura “Arbitration Rules of Singapore International Arbitration Center SIAC Rules yang saat ini
sedang berlaku.” c.
Netherlands : “All disputes arising in connection with the present contract or further contracts resulting thereof, shall be finally settled by
arbitration in accordance with the Rules of the Netherlands Arbitration Institute Netherlands Arbitrage Institute”.
Terjemahan bebas dari peneliti : “Semua persengketaan yang muncul sehubungan dengan kontrak saat
ini atau kontrak berikutnya yang dibuat harus ditetapkan dengan arbitrase dengan mengikuti ketentuan-ketentuan arbitrase Netherlands
Netherlands Arbitrage Institute”. d.
ICC : “All disputes arising in connection with the present contract or further contracts resulting thereof, shall be finally settled under the
Rules of Conciliation and Arbitration of the International Chamber of Commerce by one or more arbitrators appointed in accordance with
the said Rules”.
62
Terjemahan bebas dari peneliti : “Semua persengketaan yang timbul dari hubungan dengan kontrak saat
ini pada akhirnya harus diselesaikan menurut aturan rekonsiliasi dan arbitrase International Chamber of Commerce oleh satu atau lebih
arbitrator yang ditunjuk berdasarkan peraturan yang telah disebutkan.” e.
UNCITRAL : “Any disputes, controversy or claim arising out of or relation to this contract, or the breach, termination or invalidity
thereof, shall be settled by arbitration in accordance with the UNCITRAL Arbitration Rules as at present in force. The appointing
authority shall be the ICC acting in accordance with the rules addopted by the ICC for this purpose”.
Terjemahan bebas dari peneliti : “Semua persengketaan, kontroversi, atau klaim yang timbul dari atau
berhubungan dengan kontrak ini, atau pelanggaran, terminasi penundaan atau invaliditas yang ada, harus diputuskan dengan
arbitrase sesuai dengan peraturan arbitrase UNCITRAL yang berlaku saat ini. Pihak yang berwenang yang ditunjuk harus ICC yang bertindak
menurut aturan yang dipakai oleh ICC untuk tujuan ini”. f.
BANI : “Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini, akan diselesaikan dan diputus oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia
BANI menurut peraturan-peraturan prosedur arbitrase BANI, yang keputusannya mengikat kedua belah pihak yang bersengketa, sebagai
keputusan dalam tingkat pertama dan terakhir”. Cara pembentukan akta arbitrase sebagai pactum de compromittendo
secara umum dapat dibedakan menjadi: a.
Pactum de compromittendo dibuat sebagai salah satu klausula dalam suatu perjanjian pokok. Cara ini umum terjadi mengingat pada saat ini
63
dalam suatu perjanjian para pihak biasanya sudah langsung menentukan pilihan penyelesaian sengketa yang mereka pilih apabila terjadi
sengketa dikemudian hari, dimana dalam hal pilihan penyelesaian sengketa yang dipilih adalah arbitrase.
b. Pactum de compromittendo dibuat dalam suatu perjanjian tersendiri
yang dibuat sebelum terjadinya sengketa danatau bersamaan dengan pembuatan perjanjian pokoknya serta tidak menjadi satudigabungkan
dalam perjanjian pokoknya sebagai akta tambahan. Dalam UU Arbitrase tidak diatur mengenai akta arbitrase yang
dibuat dalam suatu perjanjian tersendiri sebagai akta tambahan, karena sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Angka 3 UU Arbitrase yang
menyatakan bahwa “Perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase yang tercantum di dalam suatu perjanjian
tertulis…”. Hal tersebut dikarenakan akta arbitrase merupakan perjanjian assesoir yang berarti akta arbitrase yang dibuat dalam suatu
perjanjian tersendiri sebagai akta tambahan adalah perjanjian yang mengikuti perjanjian pokoknya, dan tidak boleh melampaui perjanjian
pokoknya. Tanpa adanya akta arbitrase, pelaksanan perjanjian pokok tidak akan terhalang. Demikian pula batal atau cacatnya akta arbitrase
juga tidak akan mengakibatkan batal atau cacatnya perjanjian pokok. Akan tetapi, jika perjanjian pokoknya yang cacat atau batal maka akta
arbitrase menjadi gugur dan tidak mengikat. Akta arbitrase secara umum dapat juga dikatakan sebagai perjanjian
bersyarat dalam arti akta arbitrase mengikat kedua belah pihak dengan ketentuan telah terjadi perselisihan yang bersangkutan dengan perjanjian
pokoknya. Namun demikian, akta arbitrase bukanlah perjanjian “bersyarat” sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1253 sampai dengan Pasal 1267
KUH Perdata, karena akta arbitrase tidak menyangkut pelaksanaan perjanjian prestasi di masa yang akan datang, tetapi lebih menyangkut
atau mempermasalahkan bagaimana cara menyelesaikan perselisihan yang
64
terjadi antara para pihak yang mengadakan perjanjian termasuk siapa yang akan menyelesaikannya.