38
beberapa definisi mengenai apa yang dimaksud dengan perjanjian arbitrase :
1 Berdasarkan Pasal 1 Angka 3 UU Arbitrase : “Perjanjian arbitrase
adalah suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase yang tercantum di dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat oleh para pihak sebelum
timbul sengketa atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa”.
2 Menurut Setiawan 2001: 77 : “Klausula arbitrase atau arbitration
clause adalah alas hak, dasar hukum di atas mana para arbiter duduk dan punya kewenangan”.
3 Menurut Yahya harahap 2003: 61 : “Perjanjian arbitrase merupakan
ikatan dan kesepakatan di antara para pihak, bahwa mereka akan menyelesaiakan perselisihan yang timbul dari perjanjian oleh badan
arbitrase. Para pihak sepakat untuk tidak mengajukan persengketaan yang terjadi ke badan peradilan”.
4 Menurut UNCITRAL United Nations Commission on International
Trade Law Article 7 : “Arbitration agreement is an agreement by the parties to submit to arbitration all or certain diputes which have
arisen or which may arise between them in respect or a defined legal relationship, wether contractual or not. An arbitration agreement may
be in a form of arbitrarion clause in a contract or in the form in a separate agreement”.
c. Prosedur Arbitrase
Setelah berlakunya UU Arbitrase, maka tata cara atau prosedur arbitrase dalam Bab IV dan juga pasal-pasal lainnya, secara ringkas dapat
diuraikan sebagai berikut :
39
a. Pemohon memberitahukan kepada termohon untuk menyelesaikan
sengketa mereka melalui arbitrase dengan surat tercatat, telegram, teleks, facsimile, e-mail, atau dengan buku ekspedisi. Surat
pemberitahuan tersebut harus memuat : nama dan alamat para pihak; penunjukan kepada klausul atau perjanjian arbitrase yang berlaku;
perjanjian atau masalah yang menjadi sengketa; dasar tuntutan dan jumlah yang dituntut, jika ada; cara penyelesaian yang dikehendaki;
dan perjanjian yang diadakan kedua pihak tentang jumlah arbiter atau jika tidak pernah diadakan perjanjian semacam itu, pemohon dapat
mengajukan usul tentang jumlah arbiter yang dikehendaki dalam jumlah ganjil Pasal 8 UU Arbitrase;
b. Penunjukan arbiter oleh masing-masing pihak, dan jika para pihak
tidak mencapai kesepakatan mengenai pemilihan arbiter atau tidak ada ketentuan yang dibuat mengenai pengangkatan arbiter, Ketua PN
menunjuk arbiter atau majelis arbitrase Pasal 13 jo. Pasal 15 UU Arbitrase;
c. Penunjukan arbiter ketiga oleh arbiter yang ditunjuk oleh para pihak
yang sekaligus sebagai ketua majelis arbitrase. Dalam hal para arbiter gagal menunjuk arbiter ketiga dalam tenggang waktu 14 hari sejak
arbiter yang terakhir ditunjuk, atas permohonan salah satu pihak, Ketua PN dapat mengangkat arbiter ketiga, dan pengangkatan tersebut
tidak dapat diajukan upaya pembatalannya Pasal 15 UU Arbitrase; d.
Penerimaan sebagai arbiter oleh arbiter yang ditunjuk Pasal 16 UU Arbitrase;
e. Penyampaian surat tuntutan oleh pemohon kepada arbiter atau majelis
arbiter dalam jangka waktu yang ditentukan oleh arbiter atau majelis arbiter. Surat tuntutan harus memuat : nama lengkap dan tempat
tinggal atau tempat kedudukan para pihak pemohon dan termohon; uraian singkat tentang sengketa disertai dengan lampiran bukti-bukti;