Pengertian Perjanjian Arbitrase Tinjauan tentang Arbitrase

39 a. Pemohon memberitahukan kepada termohon untuk menyelesaikan sengketa mereka melalui arbitrase dengan surat tercatat, telegram, teleks, facsimile, e-mail, atau dengan buku ekspedisi. Surat pemberitahuan tersebut harus memuat : nama dan alamat para pihak; penunjukan kepada klausul atau perjanjian arbitrase yang berlaku; perjanjian atau masalah yang menjadi sengketa; dasar tuntutan dan jumlah yang dituntut, jika ada; cara penyelesaian yang dikehendaki; dan perjanjian yang diadakan kedua pihak tentang jumlah arbiter atau jika tidak pernah diadakan perjanjian semacam itu, pemohon dapat mengajukan usul tentang jumlah arbiter yang dikehendaki dalam jumlah ganjil Pasal 8 UU Arbitrase; b. Penunjukan arbiter oleh masing-masing pihak, dan jika para pihak tidak mencapai kesepakatan mengenai pemilihan arbiter atau tidak ada ketentuan yang dibuat mengenai pengangkatan arbiter, Ketua PN menunjuk arbiter atau majelis arbitrase Pasal 13 jo. Pasal 15 UU Arbitrase; c. Penunjukan arbiter ketiga oleh arbiter yang ditunjuk oleh para pihak yang sekaligus sebagai ketua majelis arbitrase. Dalam hal para arbiter gagal menunjuk arbiter ketiga dalam tenggang waktu 14 hari sejak arbiter yang terakhir ditunjuk, atas permohonan salah satu pihak, Ketua PN dapat mengangkat arbiter ketiga, dan pengangkatan tersebut tidak dapat diajukan upaya pembatalannya Pasal 15 UU Arbitrase; d. Penerimaan sebagai arbiter oleh arbiter yang ditunjuk Pasal 16 UU Arbitrase; e. Penyampaian surat tuntutan oleh pemohon kepada arbiter atau majelis arbiter dalam jangka waktu yang ditentukan oleh arbiter atau majelis arbiter. Surat tuntutan harus memuat : nama lengkap dan tempat tinggal atau tempat kedudukan para pihak pemohon dan termohon; uraian singkat tentang sengketa disertai dengan lampiran bukti-bukti; 40 dan isi tuntutan yang jelas. Penyampaian salinan tuntutan oleh ketua majelis arbitrase kepada termohon disertai perintah bahwa termohon harus menanggapi dan menjawab secara tertulis dalam tenggang waktu 14 hari sejak diterimanya salinan tuntutan Pasal 38-39 UU Arbitrase; f. Ketua majelis arbitrase menyampaikan jawaban termohon kepada pemohon sekaligus memerintahkan kepada para pihak untuk menghadap di muka sidang arbitrase, dalam tenggang waktu 14 hari sejak dikeluarkannya perintah tersebut Pasal 40 UU Arbitrase; g. Persidangan yang dilakukan secara tertutup, dengan menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa lain yang dipilih oleh para pihak, dengan cara arbitrase, tempat dan jangka waktu arbitrase yang ditentukan oleh para pihak atau majelis arbitrase. Dalam persidangan pertama, termohon dapat mengajukan tuntutan balasan yang akan diperiksa dan diputus oleh majelis arbitrase bersamaan dengan pokok sengketa Pasal 27, 28, dan 31 UU Arbitrase; h. Upaya perdamaian oleh majelis arbitrase. Jika perdamaian tercapai, maka majelis arbitrase membuat suatu akta perdamaian yang final dan mengikat para pihak dan memerintahkan para pihak untuk memenuhi ketentuan perdamaian tersebut Pasal 45 UU Arbitrase; i. Apabila upaya perdamaian gagal, maka akan dilanjutkan dengan pemeriksaan terhadap pokok sengketa. Pada tahap pemeriksaan ini para pihak diberi kesempatan terakhir untuk menjelaskan secara tertulis pendirian masing-masing serta mengajukan bukti yang dianggap perlu untuk menguatkan pendiriannya, dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh majelis arbitrase. Pemeriksaan atas sengketa ini harus diselesaikan dalam waktu paling lama 180 hari sejak majelis arbitrase terbentuk. Jangka waktu ini dapat diperpanjang dengan persetujuan dari para pihak Pasal 46 dan Pasal 48 UU Arbitrase;