66
arbitrase. Setiawan juga menyatakan bahwa akta arbitrase adalah alas hak, dasar  hukum  di  atas  para  arbiter  duduk  dan  punya  kewenangan,  maka
dengan  adanya  akta  arbitrase  para  arbiter  memiliki  kewenangan  untuk memeriksa dan mengadili sengketa  yang sebenarnya menjadi kewenangan
pengadilan,  tapi  karena  adanya  akta  arbitrase  lalu  menjadi  kewenangan arbitrase.
Berdasarkan  atas  asas  kebebasan  berkontrak  maka  para  pihak  yang membuat  akta  arbitrase  bebas  untuk  menentukan  apa  yang  mereka
kehendaki  sepanjang  memenuhi  syarat  sah  perjanjian  yang  diatur  dalam Pasal  1320  KUH  Perdata,  termasuk  kebebasan  untuk  menentukan  tempat
pilihan  penyelesaian  sengketa  dengan  akta  arbitrase,  maka  dapat disimpulkan  bahwa  berdasarkan  atas  Pasal  2,  Pasal  3  dan  Pasal  11  UU
Arbitrase,  adanya  akta  arbitrase  menentukan  kompetensi  absolut  arbitrase sehingga  mengikat  para  pihak  dalam  perjanjian  yang  mereka  buat  untuk
menentukan  tempat  pilihan  penyelesaian  sengketa,  yaitu  apabila  terjadi sengketa  pada  pelaksanaan  perjanjian  di  kemudian  hari  maka  yang
berwenang atau yang berkompeten adalah lembaga arbitrase.
6. Akta  Arbitrase  Dalam  Kasus  Sengketa  Kepailitan  PT.  Enindo  Dan
Kawan  Sebagai  Pemohon  Pernyataan  PailitKreditor  Melawan  PT. PPFW Dan Kawan
Dalam  kasus  sengketa  kepailitan  PT.  Enindo  dan  kawan  sebagai pemohon  pernyataan  pailitkreditor  melawan  PT.  PPFW  dan  kawan,  akta
arbitrase  yang  digunakan  dalam  Perjanjian  Manajemen  “Turnkey”  Poin 18.2 dan 18.3, yaitu :
18.2 : “If the parties cannot reselve a disput by amicable settlement, either party may refer the disput for arbitration in Singapore in accordance with
the rules of the Singapore International Arbitration center”.
67
Terjemahan bebas dari peneliti : “Jika  pihak-pihak  yang  bersangkutan  tidak  dapat  menyelesaikan  suatu
perselisihan  dengan  jalancara  damai,  maka  masing-masing  pihak  dapat membawa  perselisihan  itu  ke  hadapan  Mahkamah  Arbitrase  di  Singapura
sesuai dengan aturan-aturan dari pusat Arbitrase Internasional Singapura”. 18.3 : “The Decision of the Arbitration including on who must be on the
Coast  of  the  Arbitration  is  final  and  binding  on  the  parties.  Except  to enforce the Decision of the Arbitration, neither party mey bring any action
in any court relating to a dispute under this agreement”. Terjemahan bebas dari peneliti :
“Keputusan  arbitrase  termasuk  mengenai  siapa  yang  harus  menanggung biaya  arbitrase  itu  akan  bersifat  final  dan  mengikat  terhadap  pihak-pihak
yang  bersangkutan.  Kecuali  untuk  tujuan  memberlakukan  keputusan arbitrase,  maka  pihak-pihak  dalam  perjanjian  ini  tidak  diperbolehkan
mengajukan  tuntutan  ke  Pengadilan  sehubungan  dengan  perselisihan  yang timbul dari perjanjian ini”.
Selain  dalam  perjanjian  manajemen  “Turnkey”  tersebut,  akta arbitrase  juga  terdapat  dalam  Pasal  9  perjanjian  akta  notaris  Ridwan
Nawing, S.H. antara Tuan Haji Andi Badarussamad dengan Ian H. Murray PT. Putra Putri Fortuna Windu tertanggal 6 Desember 1995, yaitu :
9.1. :  Para pihak harus mengupayakan untuk menyelesaikan dengan damai setiap sengketa, perselisihan atau klaim yang timbul dari atau sehubungan
dengan perjanjian ini, atau pelanggaran, pengakhiran atau tidak berlakunya perjanjian ini;
9.2.  :  Jika  para  pihak  gagal  mencapai  penyelesaian  damai,  para  pihak setuju untuk mengalihkan sengketa tersebut kepada arbitrase yang tunduk
pada peraturan Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI;