Morfologi Bio-ekologi Elang Brontok

2.2.3 Ekologi dan penyebaran

Gambar 3 Lokasi penyebaran jenis Spizaetus cirrhatus Ferguson David 2005 Spizaetus cirrhatus memiliki enam taksa yang diakui. Taksa berjambul terdiri dari dua jenis cirrhatus Selatan India pada dataran Rajasthan dan Gangga serta ceylanensis Sri Lanka. Taksa tidak berjambul terdiri dari empat jenis yaitu andamanensis pulau Andaman, limnaeetus utara India dan Nepal melalui Myanmar, selatan Indocina, Semenanjung Malaya untuk Sunda Besar dan Filipina selatan, vanheurni pulau Simeulue barat Sumatera dan floris Lombok, Sumbawa dan Flores Gjershaug et al. 2004. Menurut Ferguson David 2001 dalam Prawiradilaga et al. 2003, penyebaran elang brontok di dunia umumnya ditemukan pada ketinggian di bawah 1500 mdpl, namun sebagian bisa juga ditemukan pada ketinggian 2200 mdpl. Habitat yang disukai dan digunakan oleh elang brontok untuk beraktivitas yaitu berupa padang rumput, daerah berhutan yang berpohon, sumber-sumber air yang ditumbuhi pohon, perkebunan teh, hutan di perkampungan, bahkan dipinggiran perkotaan.

2.2.4 Perilaku

Elang brontok memiliki berbagai macam perilaku untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Menurut Alikodra 2002 dalam mempertahankan hidupnya satwaliar dapat melakukan kegiatan yang agresif, kerjasama, dan persaingan untuk mendapatkan pakan, perlindungan, pasangan untuk kawin, reproduksi dan sebagainya. Perilaku elang brontok memiliki kesamaan dengan perilaku yang dimiliki elang jawa serta dengan beberapa jenis burung elang pada umumnya yaitu soaring, gliding, undulating, perching, hunting dan perilaku kawin. Aktivitas soaring pada elang brontok biasanya dilakukan antara pukul 09.00 pagi sampai 11.30 siang. Soaring dilakukan pada saat udara cerah dengan sinar matahari yang cukup terik Harianto et al. 2009. Disaat soaring elang brontok melakukan aktifitas berburunya yang dilakukan pada pukul 09.00-16.00 Wijayanti 2007. Perilaku kawin pada pasangan elang brontok ditunjukan dengan perilaku betina yang bersuara memanggil-manggil individu jantan di luar lokasi sarang 300-500 meter dari pohon sarang yang bertengger di pohon kering. Ketika individu jantan mendengar individu betina, dan akan langsung mendekati dan menghampiri individu betina. Perilaku kopulasi atau kawin ini terjadi selama 10- 15 menit. Setiap selesai kopulasi induk betina dan jantan langsung mengunjungi sarang sambil membawa ranting kering atau daun muda Suparman et al. 2005 dalam Wijayanti 2007. Musim berbiak untuk elang brontok pada umumnya pada bulan Februari hingga Agustus. Jumlah telur yang dihasilkan yaitu satu butir per satu kali musim berbiak. Sarang yang dibuat cukup besar dengan lebar 95-105 cm yang dapat digunkan sampai beberapa tahun, kedalaman sarang 35-105 cm yang menyatu dengan hijaunya dedaunan. Sarang biasanya berada pada ketinggian 6-50 m diatas pohon, lokasi sarang yang biasa ditemukan pada tepi perbukitan, kadang di pedalaman hutan bahkan terkadang ditemukan di tepian kampung Prawidilaga et al. 2003.