Ekologi dan penyebaran Bio-ekologi Elang Brontok

2.2.4 Perilaku

Elang brontok memiliki berbagai macam perilaku untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Menurut Alikodra 2002 dalam mempertahankan hidupnya satwaliar dapat melakukan kegiatan yang agresif, kerjasama, dan persaingan untuk mendapatkan pakan, perlindungan, pasangan untuk kawin, reproduksi dan sebagainya. Perilaku elang brontok memiliki kesamaan dengan perilaku yang dimiliki elang jawa serta dengan beberapa jenis burung elang pada umumnya yaitu soaring, gliding, undulating, perching, hunting dan perilaku kawin. Aktivitas soaring pada elang brontok biasanya dilakukan antara pukul 09.00 pagi sampai 11.30 siang. Soaring dilakukan pada saat udara cerah dengan sinar matahari yang cukup terik Harianto et al. 2009. Disaat soaring elang brontok melakukan aktifitas berburunya yang dilakukan pada pukul 09.00-16.00 Wijayanti 2007. Perilaku kawin pada pasangan elang brontok ditunjukan dengan perilaku betina yang bersuara memanggil-manggil individu jantan di luar lokasi sarang 300-500 meter dari pohon sarang yang bertengger di pohon kering. Ketika individu jantan mendengar individu betina, dan akan langsung mendekati dan menghampiri individu betina. Perilaku kopulasi atau kawin ini terjadi selama 10- 15 menit. Setiap selesai kopulasi induk betina dan jantan langsung mengunjungi sarang sambil membawa ranting kering atau daun muda Suparman et al. 2005 dalam Wijayanti 2007. Musim berbiak untuk elang brontok pada umumnya pada bulan Februari hingga Agustus. Jumlah telur yang dihasilkan yaitu satu butir per satu kali musim berbiak. Sarang yang dibuat cukup besar dengan lebar 95-105 cm yang dapat digunkan sampai beberapa tahun, kedalaman sarang 35-105 cm yang menyatu dengan hijaunya dedaunan. Sarang biasanya berada pada ketinggian 6-50 m diatas pohon, lokasi sarang yang biasa ditemukan pada tepi perbukitan, kadang di pedalaman hutan bahkan terkadang ditemukan di tepian kampung Prawidilaga et al. 2003.

2.2.5 Pakan

Elang brontok sering kali memangsa burung yang berukuran sedang sampai besar dan juga mamalia kecil sampai besar Winkler et al. 2001. Menurut Hoogerwerf 1949 dan Prawiradilaga et al. 1998 dalam Wijayanti 2002 Pakan elang brontok hampir sama dengan pakan elang jawa, namun pakan elang jawa lebih sedikit memangsa burung. Menurut Prawiradilaga et al. 2003 pakan elang brontok pada umumya hewan-hewan di darat seperti mamalia, burung, tupai pohon, bajing, bunglon, reptilia lainnya dan katak.

2.3 Cacing Parasit Saluran Pencernaan

Menurut Kusumamihardja 1995 parasit adalah organisme yang hidup pada atau dalam organisme lain dan atas beban organisme yang ditumpanginya inanghost. Parasit dalam arti luas mencakup kuman, virus, kapang, protozoa, helminth dan arthropoda serta semua organisme yang merugikan bagi inangnya, sedangkan dalam pengertian sehari-hari parasit hanya mencakup protozoa, helminth, dan arthropoda. Helminth adalah kelompok cacing parasitik dan non parasitik yang terdiri dari filum Platyhelminthes cacing pipih dan Nemathelminthes cacing gelang. Cacing selalu dapat ditemukan pada burung pemangsa, baik hidup bebas atau berada di penangkaran Krone Cooper 2002. Burung pemangsa biasanya terinfeksi oleh berbagai spesies cacing parasitik dari kelas nematoda, trematoda, cestoda, dan acanthocephala. Cacing dapat menyebabkan masalah yang serius pada individu burung elang dalam kandang rehabilitasi, serta pada burung yang baru datang ditempat penangkaran dengan kondisi yang terkadang dalam keadaan stres oleh penyakit, cedera, dan atau aklimatisasi dengan lingkungan baru Smith 1993. Kerugian yang di akibatkan oleh kecacingan helminthosis adalah kelemahan umum akibat infeksi cacing yang berdampak sangat buruk terhadap kinerja burung pemangsa dalam aktivitas berburu Krone Cooper 2002; Kusumamiharja 1995.