2.1.2 Morfologi
Secara garis besar elang jawa mempunyai tubuh yang cukup besar untuk ukuran genus Spizaetus tetapi lebih kecil dari kebanyakan elang pada umumnya.
Ciri yang mendasar burung ini diantaranya mempunyai jambul di kepala yang tegak cukup panjang serta warna tubuh coklat yang kontras. Terdapat beberapa
fase warna tubuh sesuai dengan perkembangan usia Setiadi et al. 2000. Pada elang jawa dewasa memiliki warna kepala yang coklat kemerahan
dan bagian tengkuk yang coklat kekuning-kuningan. Bagian tengkuk tersebut terlihat lebih terang dari badannya yang lebih tua warnanya. Bulu-bulu pada
bagian atas kepala berwarna coklat kehitaman, bagian di sekitar mata berwarna coklat tua kelihatan gelap, serta lingkar mata iris yang berwarna kuning terang.
Pada bagian paruh memiliki warna abu-abu tua sampai kehitaman dengan bagian dahinya berwarna abu-abu. Jambul berjumlah dua sampai empat bulu yang
berwarna coklat kehitaman dengan ujung jambul terdapat garis keputihan, panjangnya bisa mencapai 12 cm. Prawiradilaga et al. 2003; Sozer Nijman
1998; Setiadi et al. 2000. Bagian leher yang berwarna putih pucat dengan setrip hitam yang
melintang dari pangkal paruh sampai ujung dada. Pada bagian punggung dan sayap atas berwana coklat gelap. Ujung bulu sayap primer berwarna hitam
sedangkan bagian sisi atas ekor berwarna coklat tua dengan empat garis lebar berwarna coklat.
Jari kaki berwarna kuning dengan kuku cakar yang berwarna hitam Prawiradilaga et al. 2003. Menurut Setiadi et al. 2000 pada burung elang
jawa remaja, bagian dadanya berwarna kuning tua kemerahan. Strip hitam di dada dan kaki belum jelas dan berangsur-angsur akan semakin jelas menjelang dewasa.
Bagian atas kepala coklat kemerahan tanpa garis pinggir pada paruh dan dagu tidak ada. Panjang tubuh elang jawa sekitar 60-70 cm Sozer Nijman 1998.
Menurut Prawiradilaga et al. 2003 ukuran tubuh elang jawa betina lebih besar dibandingkan dengan jantan. Rentang sayap yang dimiliki elang jawa antara 100-
1300 cm.
2.1.3 Ekologi dan penyebaran
Pada umumnya elang jawa dapat ditemukan di daerah hutan primer dan menggunakan hutan sekunder yang berdekatan dengan hutan primer. Elang jawa
sangat bergantung pada hutan primer sebagai tempat untuk bersarang serta hutan sekunder dalam berburu mencari mangsa Prawiradilaga et al 2003. Ukuran
wilayah jelajah yang dimiliki elang jawa antara 230-710 ha Gjershaug et al 2004.
Elang jawa merupakan salah satu jenis burung endemik yang terdapat di Pulau Jawa yang hidup di habitat hutan hujan tropis dari daerah pantai sampai
dengan 3000 mdpl Prawiradilaga et al. 2003. Menurut Sozer Nijman 1995
habitat elang jawa lebih terkonsentrasi pada ketinggian 500 sampai dengan 2000 mdpl.
2.1.4 Populasi elang jawa
Elang jawa memiliki sifat monogami yaitu hanya memiliki satu pasangan sampai mati, hal inilah yang dapat menghambat perkembangbiakan dan
peningkatan jumlah elang jawa tersebut di alam. Elang jawa hanya bertelur satu kali dalam dua tahun. Prawiradilaga 1999. Menurut Sozer Nijman 1995
populasi dari elang jawa berkisar antara 81-108 pasang berdasarakan jumlah burung per bagian hutan per daerah.
2.1.5 Perilaku
Satwaliar mempunyai fisiologi dan berbagai perilaku untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya. Umumnya elang jawa bertengger pada dahan
pohon yang tinggi atau mempertahankan teritori dari burung-burung pemangsa lainnya di udara MacKinnon 1995. Untuk mempertahankan kehidupannya,
mereka melakukan aktivitas yang agresif, melakukan persaingan dan kerjasama untuk mendapatkan pakan, pelindung, pasangan untuk kawin, reproduksi dan
sebagainya Alikodra 2002. Pada umumya elang jawa melakukan aktivitas normal pada saat cuaca sedang cerah yaitu pada pukul 07.00-16.30 Afianto
1999. Aktivitas bertengger dan beristirahat pada elang jawa dilakukan pada pukul 12.00-13.00 Adiputra 2000 dalam Utami 2002. Elang jawa akan memulai
kembali aktivitasnya pada pukul 13.00-16.00 ketika cuaca masih cerah, jika cuaca