Pakan Bio-ekologi Elang Brontok

2.3.1 Trematoda

Kelas Trematoda termasuk dalam filum Platyhelminthes yang terdiri dari dua sub kelas yaitu Aspidogastrea dan Digenea. Semua trematoda unggas termasuk dalam sub kelas digenea. Ciri-ciri morfologi digenea memiliki satu batil hisap oral sucker dan satu batil hisap perut ventral sucker. Saluran pencernaan digenea merupakan saluran yang diawali mulut, farings, dan dilanjutkan saluran usus yang buntu. Sistim reproduksi digenea bersifat hermaprodit yang terdiri dari organ reproduksi jantan sirus, yang dilanjutkan dengan saluran vas defferens dan vas efferens dan diakhiri dengan butir-butir testis dan organ reproduksi betina saluran vagina, vesica seminalis, ootype, kelenjar mehlis, ovarium, dan uterus Permin Hansen 1998; Soulsby 1982; Kusumamihardja 1995. Digenea memiliki siklus hidup tidak langsung yang memerlukan berbagai jenis inang antara dengan tahapan pra dewasa yang bervariasi. Secara umum siklus hidup trematoda diawali dengan keluarnya telur bersama dengan feses inang definitif. Telur yang mengandung embrio bersilia mirasidium memiliki ukuran relatif besar yang dilengkapi dengan operkulum yang segera menetas di lingkungan akuatik dengan cahaya yang cukup. Mirasidium berenang aktif hingga menemukan satu jenis atau lebih inang antara yang cocok. Di dalam tubuh inang antara mirasidum berkembang menjadi tahapan-tahapan sporokysta, redia induk, redia anak, dan serkaria. Tahapan-tahapan tersebut bersifat spesifik pada jenis trematoda tertentu. Cercaria yang memiliki ekor akan keluar secara aktif dari tubuh inang antara hingga menemukan tempat yang cocok untuk mempertahankan diri yang kemudian berubah menjadi metasercaria atau menemukan inang antara kedua apabila diperlukan. Inang definitif terinfeksi cacing trematoda karena memakan jenis vegetasi tertentu yang mengandung metaserkaria atau makan hewan yang berperan sebagai inang antara Permin Hansen 1998; Soulsby 1982; Kusumamihardja 1995. Distribusi geografis trematoda sangat luas dan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang mempengaruhi distribusi inang antaranya. Kondisi ini meliputi faktor-faktor biotik misalnya jenis vegetasi dan faktor-faktor abiotik seperti ukuran, kedalaman rata-rata, salinitas, dan karakteristik sedimen. Misalnya jenis