Nematoda Cacing Parasit Saluran Pencernaan

Nematoda adalah jenis cacing parasitik paling beragam menginfeksi burung pemangsa yaitu capillarids, ascarids, spirurids, dan strongyloid. Capillaria spp. Threadworms merupakan jenis nematoda yang paling umum menginfeksi burung pemangsa yang berada dikandang mapun yang hidup bebas. Infeksi oleh jenis ini biasanya tidak menunjukkan gejala klinis yang nyata, namun pada infeksi berat menyebabkan kerusakan jaringan mukosa saluran pencernaan yang mengakibatkan berbagai tingkat peradangan serta edema Smith 1993. Oleh karena itu muncul gejala diare, anoreksia, kekurusan, dan kelemahan umum. Zoogeografik nematoda parasitik pada burung pemangsa tersebar secara kosmopolitan diseluruh dunia Smith 1993 . 2.3.4 Acanthocephala Filum Acanthocephala atau cacing kepala berduri termasuk cacing parasitik saluran pencernaan yang hanya memiliki dua ordo yang terdiri dari beberapa spesies. Ciri morfologi Acanthocephala bertubuh silindrik dengan lapisan tegumen diseluruh permukaan tubuhnya yang memiliki fungsi mirip dengan trematoda dan cestoda. Acanthocephala memiliki ciri khas pada bagian anterior tubuhnya terdapat proboscis yang berbentuk silindrik dilengkapi dengan duri-duri yang tersusun secara transfersal atau longitudinal. Probocis tersebut dilengkapi dengan kantong proboscis, kadang-kadang dalam posisi evaginasi yaitu menonjol keluar dari kantongnya Soulsby 1982. Semua spesies acanthocephala memiliki siklus hidup tidak langsung yang membutuhkan sekurang-kurangnya satu inang antara. Biasanya jenis-jenis inang antarnya cenderung merupakan organisme sebagai pakan yang disukai dari inang definitif. Artropoda telah dikenal sebagai inang antara Acantocephala diantaranya serangga, crustacea, kelabang, dan kaki seribu. Beberapa jenis dari kelas Crustacea yaitu Amphipoda, Isopoda, dan Decapoda telah diidentifikasi sebagai inang antara Acanthocephala yang menginfeksi unggas air. Selain inang antara inang paratenik juga berperan dalam siklus hidup Acantocephala pada unggas. Ikan, ular dan katak telah diidentifikasi sebagai inang paratenik karena memakan belalang sebagai inang antara Acantocepahala yang menginfeksi burung Cole 1999, Krone Cooper 2002. Zoogeografik Acantocephala pada burung pemangsa tersebar secara kosmopolitan diseluruh dunia Cole 1999, Krone Cooper 2002.

BAB III KONDISI UMUM LOKASI

3.1 Suaka Elang

Suaka Elang atau “Raptor Sanctuary” merupakan suatu lokasi pelestarian raptor burung elang dan kerabatnya melalui kegiatan penyelamatan satwa raptor , rehabilitasi dan upaya pengembalian raptor ke habitat alaminya. Suaka Elang dibangun dari hasil kesepakatan pembentukan jaringan Suaka Elang pada tanggal 21 November 2007 yang tertuang dalam kesepakatan jaringan Suaka Elang yang ditandatangani oleh berbagai lembaga meliputi institusi pemerintah seperti Taman Nasional, Balai Konservasi Sumber Daya Alam BKSDA, Pusat Penelitian Pengembangan Kehutanan Puslitbanghut, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, serta Lembaga Swadaya Masyarakat LSM seperti Pusat Informasi Lingkungan Indonesia PILI, Yayasan Cikananga, International Animal Rescue IAR Indonesia, Raptor Conservation Society RCS, dan Mata Elang serta perusahaan Chevron Geothermal Salak sebagai pendiri founding member .

3.1.1 Kondisi iklim

Menurut peta hujan Schmidt dan Ferguson curah hujan pada kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak TNGHS termasuk dalam wilayah Tipe A. Curah hujan rata-rata di sekitar Gunung Halimun-Salak per tahun berkisar antara 4.000-6.000 mmtahun. Kelembaban udara di kawasan TNGHS sekitar 5-6, sedangkan temperatur di kawasan TNGHS berkisar antara 20° C sampai 30° C Ditjen PHKA 2004. 3.1.2 Lokasi Lokasi Suaka Elang berada dalam wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak TNGHS, resort pengelolaan Taman Nasional Wilayah Gunung Salak I. Tepatnya di kampung Loji, Desa Pasir Jaya Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 19 Gambar 4 Peta lokasi Suaka Elang