a. Investor, yaitu pelaku usaha penyedia dana untuk membiayai
berbagai kepentingan usaha. Seperti perbankan, penyediaan dana dan lain sebagainya.
b. Produsen, yaitu pelaku usaha yang membuat, memproduksi barang
danatau jasa dari barang danatau jasa-jasa lain bahan baku, bahan tambahan atau bahan-bahan lainnya. Seperti badan
usahaperorangan yang berkaitan dengan pangan, sandang, obat- obatan dan lain sebagainya.
c. Distributor, yaitu pelaku usaha yang mendistribusikan atau
memperdagangkan barang danatau jasa tersebut kepada masyarakat, seperti pedagang retail, toko, supermarket, pedagang
kaki lima dan lain sebagainya. Pelaku usaha dan konsumen merupakan para pihak yang saling
membutuhkan satu dengan yang lainnya. Pelaku usaha menyadari bahwa kelangsungan hidup usahanya tergantung pada konsumen.
Demikian juga halnya konsumen yang tergantung pada pelaku usaha dalam pemenuhan kebutuhannya. Oleh karena itu,
keseimbangan dalam berbagai segi menyangkut kepentingan kedua belah pihak merupakan hal yang ideal.
1. Hak-hak pelaku usaha
Dalam menjalankan usahanya, pelaku usaha memiliki hak untuk memproduksi suatu arang danatau jasa sesuai dengan keahlian dan
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selaku konsumen.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999, dalam Pasal 6 diatur mengenai hak-hakk pelaku usaha, antara lain hak untuk
menerima pembayaran sesuai dengan kesepakatan, mendapatkan perlindungan hukum, melakukan pembelaan diri dan rehabilitasi
nama baik serta hak-hak lainnya yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan lainnya. 2.
Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Dalam memproduksi barang danatau jasa, pelaku usaha tidak hanya semata-mata mencari keuntungan yang sebesar-besarnya
tapi juga harus memperhatikan kepentingan konsumen. Oleh karena itu, selain memiliki hak, pelaku usaha juga dituntut akan
tanggung jawabnya. Pelaku usaha bertanggung jawab atas hasil produksinya baik berupa barang maupun jasa.
Dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 pasal 7 menjelaskan mengenai kewajiban pelaku usaha. Antara lain adalah beritikad
baik dalam menjalankan usahanya, memberi informasi yang benar, jelas dan jujur kepada konsumen, melayani konsumen tanpa
diskriminasi, menjamin mutu barang danatau jasa produksinya, memberi jaminan garansi serta memberi kompensasi atau ganti
rugi kepada konsumen yang dirugikan. 3.
Pemerintah
Pemerintah memiliki peranan penting dalam upaya melindungi konsumen. Dalam hal ini, peranan pemerintah dapat berupa pembentukan
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan usaha untuk melindungi kepentingan konsumen dan juga melakukan fungsi pembinaan
dan pengawasan. Kepastian hukum itu meliputi segala upaya berdasarkan hukum untuk
memberdayakan konsumen memperoleh atau menentukan pilihannya atas barang danatau jasa kebutuhannya serta mempertahankan atau membela
hak-haknya apabila dirugikan oleh perilaku pelaku usaha penyedia kebutuhan konsumen tersebut. sedangkan pemberdayaan konsumen itu
adalah dengan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandiriannya melindungi diri sendiri sehingga mampu mengangkat harkat dan martabat
konsumen dengan menghindari berbagai ekses negatif pemakaian, penggunaan dan pemanfaatan barang danatau jasa kebutuhannya.
17
4. Barang danatau Jasa
Istilah barang danatau jasa merupakan pengganti dari kata produk. Sedangkan kata produk itu sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu
17
Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar... ... ...h.4
“product” Menurut Philip Kotler, yang dimaksud dengan produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan,
dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan suatu keinginan atau suatu kebutuhan.
18
Menurut Pasal 1 angka 4 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang dimaksud dengan barang adalah:
Setiap benda baik berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen.
Sedangkan menurut Pasal 1 angka 5 yang dimaksud dengan jasa adalah:
Setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.
Dalam penulisan ini, istilah yang akan digunakan adalah barang danatau jasa sebagai pengganti kata produk, yaitu seperti yang digunakan
dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
18
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan Implementasi, dan Pengendalian Marketing Management, Analysis, Planning, Implementation, and Control,
diterjemahkan oleh Adi Zakaria, vol. II Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 1993, h. 194
F. Kondisi Perlindungan Hukum Konsumen di Indonesia
Sebelum lahirnya Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, kepentingan konsumen seringkali terabaikan
karena posisinya yang lemah bila dibandingkan dengan pelaku usaha. Setelah lahirnya Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, maka kepentingan konsumen mulai dapat terlindungi dengan
jaminan kepastian hukum.
Posisi konsumen di Indonesia masih sangat lemah apabilaq dibandingkan dengan pelaku usaha. Alasan utamanya adalah karena belum
adanya hukum yang memadai untuk melindungi konsumen. Walaupun pemerintah telah mengeluarkan Undang-undang Nomor 8 tahun 1999
tentang perlindungan konsumen, namun didalam pasal tersebut masih memiliki beberapa kelemahan sehingga kepentingan konsumen belum dapat
terlindungi sepenuhnya. G.
Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen
Asas mengandung arti dasar, dasar cita-cita atau hukum dasar. Sedangkan tujuan berarti arah, haluan atau maksud.
19
Lima asas yang
terkandung dalam perlindungan konsumen, yaitu:
19
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan bahasa, kamus besar bahasa indonesia, cet IV, Jakarta:Balai pustaka, 1990h. 52 dan 965.