Faktor-fakor yang mempengaruhi masyarakat Pesanggrahan terhadap

Dengan demikian, bila terjadi sengketa konsumen maka konsumen dapat memilih untuk mengajukan gugatan melalui pengadilan atau diluar pengadilan. Apabila para pihak yang bersengketa konsumen dan pelaku usaha sepakat untuk menyelesaikan sengketa gugatan dapat diajukan, maka gugatan dapat diajukan ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK sesuai ketentuan Pasal 47. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini dapat dilakukan dengan cara mediasi, konsiliasi atau arbitrase sesuai ketentuan Pasal 52 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999. Namun, apabila gugatan sengketa konsumen tersebut diajukan melalui pengadilan maka didasarkan pada ketentuan Pasal 48 jo, 45 jo, 64 Undang- undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Pasal menyebutkan bahwa penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan umum yang berlaku. Ketentuan Pasal 48 ini juga harus memperhatikan ketentuan dalam Pasal 45 dimana setiap konsumen yang dirugikan dapat mengajukan gugatan di luar pengadilan maupun melalui pengadilan berdasarkan pilihan penyelesaian sukarela para pihak yang bersengketa. Jadi, pilihan penyelesaian segketa didasarkan pada kesepakatan para pihak secara sukarela. Apabila penyelesaian sengketa konsumen dilakukan melalui pengadilan, maka tata caranya berdasarkan hukum acara perdata. Namun demikian dalam penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan, berlaku asas lex spesialis derogat lex generalist, yaitu berdasarkan ketentuan Pasal 64 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Konsumen dimana hukum yang dipakai adalah hukum secara perdata sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang Perlindungan Konsumen. Dengan demikian, maka Undang-undang Perlindungan konsumen telah memberikan jaminan kepastian hukum bagi konsumen agar dapat menuntut hak-haknya apabila merasa dirugikan oleh pelaku usaha Depot air minum isi ulang. Dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau Burgelijk Wetboek “BW”, dalam buku III BW, pada bagian “Tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan demi Undang- undang”, yang berbunyi: “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.” Terkait air minum sebagai sumber kehidupan sehari-hari maka tidak sedikit kemungkinan terjadinya pelanggaran terkait air minum depot isi ulang yang tidak sesuai dengan peraturan yang sudah ada terutama bagi konsumennya, pelanggaran seperti dampak bagi kesehatan konsumen sampai mengakibatkan kematian bisa saja terjadi, karena air minum dikonsumsi setiap hari, zat yang terkandung dalam air minum depot isi ulang tanpa pengawasan yang jelas dari pemerintah bisa saja memakan korban. Jika hal tersebut terjadi maka konsumen selaku korban selain dapat menuntut pihak pelaku usaha yang bersangkutan mendapatkan hukuman yang semestinya, konsumen juga dapat menuntut kerugian materiil sesuai dengan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

E. Analisis Penulis

Air minum yang dijual oleh pengusaha DAM isi ulang seharusnya ditujukan hanya untuk konsumen lokal. Maksudnya adalah produk DAM isi ulang yang diproduksi secara Home Industry tersebut, peredarannya terbatas hanya untuk dijual didaerah atau wilayahnya saja dan tidak dapat dipasarkan secara nasional. Ada dua standar nasional yang mengatur tentang kualitas air minum, yaitu Standar Nasional Indonesia SNI dan Departemen perindustrian dan perdagangan, serta Keputusan Menteri Kesehatan. Intinya, air yang layak di minum harus melewati tiga persyaratan kelayakan, yaitu dari segi fisik, kimia, dan mikrobiologi. Dari segit fisik, air minum tidak boleh memiliki bau, rasa, dan warna harus jernih. Dari segi kimia, air minum harus bebas dari kandungan zat kimia berbahaya, seperti logam berat, air raksa atau merkuri Hg, timbal Pb dan alumunium Au, besi serta klorida. Sedangkan dari segi mikrobiologi, air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri patogen atau bakteri berbahaya karena bersifat racun sehingga dapat menimbulkan penyakit.