Aktifitas Depot Air Minum Isi Ulang “TOCA”

Permasalahan lain yang dihadapi konsumen berkaitan dengan produk DAM isi ulang yaitu mengenai informasi yang menyesatkan pada iklan produk sehingga konsumen menjadi korban penipuan atas informasi yang tidak benar pada iklan produk DAM isi ulang. Penggunaan tanda SNI Standar Nasional Indonesia, ozon, UV, halal, standar Departemen kesehatan dan air baku yang tidak bertanggung jawab telah menyesatkan dan mengelabui konsumen. Sebagai pelaku usaha, seharusnya produsen DAM isi ulang memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur kepada konsumen mengenai produknya seperti yang dijelaskan oleh Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, sehingga tidak ada kesalahpaham yang dapat merugikan msyarakat sebagai konsumen. Berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka terrdapat beberapa pelanggaran yang telah dilakukan oleh pelaku usaha DAM isi ulang terhadap pemakaian botol galon AMDK, yang masih berlabel, juga mengenai hiegene sanitasi depot air minum.

B. Perlindungan Hukum terhadap Konsumen Air Minum Depot Air Isi

Ulang “TOCA” di Wilayah Pesanggrahan Dari segi tujuannya, kaidah hukum atau norma hukum itu tertuju kepada cita kedamaian hidup antar pribadi het recht wil de vrede. Tujuan kedamaian hidup bersama tersebut dikaitkan pula dengan perumusan kaidah hukum, yaitu mewujudkan kepastian, keadilan dan kebergunaan. 2 Konsumen merupakan pihak yang lemah kedudukannya bila dibandingkan dengan pelaku usaha. Oleh karena itu diperlukan suatu aturan yang dapat melindungi kepentingan konsumen agar tidak dirugikan atau disalah gunakan oleh para pelaku usaha. Perlindungan konsumen dibutuhkan untuk menyelamatkan daya tawar konsumen terhadap pelaku usaha dan mendorong kegiatannya. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen menjamin adanya kepastian hukum terhadap segala kebutuhan konsumen seperti yang tercantum pada Pasal 1 butir 1. Undang-undang Perlindungan Konsumen memberikan perlindungan kepada setiap konsumen yang merasa dirugikan hak-haknya oleh pelaku usaha. Pada dasarnya pelaku usaha bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen atas produk yang dihasilkan atau diperdagangkan 3 . 2 Jimly Asshiddqie, Perihal Undang-undang, h. 3 3 Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010h. 80