Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

33 UUD 1945 karena pada kenyataannya sekarang sistem ekonomi yang diterapkan bersikap mendua. Karena ternyata hak menguasai oleh Negara itu dapat dijadikan ke sektor-sektor swasta besar atau Badan Usaha Milik Negara buatan pemerintah sendiri. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. usaha air minum dalam kemasan dan usaha air minum depot isi ulang terkait dengan pasal 33 UUD 1945 karena menjual sumber daya alam yang seharusnya digunakan masyarakat untuk kemakmurannya. Sementara PT. PAM sebagai perusahaan air minum belum menyediakan air bersih bagi masyarakat karena masih banyak mengalami kendala-kendala. Dengan keadaan itu, masuknya produk AMDK merupakan sebuah alternatif bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih yang layak dan aman untuk dikonsumsi setiap hari. Kini hampir sebagian besar masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan AMDK dan telah mengkonsumsinya untuk kebutuhan sehari-hari sebagai air minum. Dari mulai kemasan 240ml, botol 600ml, dan 1,5 liter hingga galonan dikonsumsi masyarakat luas, khususnya di kota-kota besar. Walaupun harga AMDK cukup mahal namun masyarakat rela untuk mengeluarkan uangnya demi memenuhi kebutuhannya akan air minum. Hal ini sangat wajar karena selain praktis dan efisien, produk AMDK terjaga kebersihan dan keamanannya dengan memiliki kualitas Standard Nasional Indonesia SNI. Dengan tercantumnya label SNI, maka AMDK merupakan produk yang aman untuk dikonsumsi dan telah sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK. Namun setelah terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, maka harga AMDK pun semakin mahal dan tidak terjangkau bagi sebagian konsumen. Hal ini memberikan peluag baru bagi pelaku usaha untuk membangun bisnis baru yaitu air minum depot isi ulang. Pertumbuhan Depot Air Minum DAM isi ulang selama masa krisis ekonomi ini semakin menjamur dan menjadi alternatif lain bagi konsumen yang selama ini semakin mengkonsumsi AMDK. Dengan harga yang jauh lebih murah bila dibandingkan dengan AMDK, maka air minum depot isi ulang berkembang dengan pesat. Seiring dengan semakin menjamurnya usaha DAM isi ulang, maka timbul beberapa permasalahan mengenai DAM isi ulang. Banyak media cetak yang mengangkat masalah mengenai kualitas air minum depot isi ulang yang dianggap tidak layak untuk dikonsumsi. Permasalahan mengenai DAM isi ulang ini terkait erat dengan perlindungan konsumen karena masyarakat sebagai kosnumen merupakan pihak yang harus diperhatikan oleh pelaku usaha. Keselamatan dan keamanan dalam mengkonsumsi air minum depot isi ulang adalah permasalahan yang harus diperhatikan dalam upaya perlindungan konsumen. Dilihat dari Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 maka terdapat beberapa pasal yang mengatur mengenai perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, kewajiban pelaku usaha, serta hak-hak yang dimiliki oleh konsumen. Peraturan Menteri Nomor 43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum juga terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan tentang kualitas Air minum dan higiene sanitasi depot air minum bagi kesehatan Konsumen. Keterbukaan dan kemudahan untuk mendapatkan akses informasi produk, masalah label dan pencantuman komposisi serta tanggal kadaluarsa merupakan hal penting untuk diperhatikan oleh pelaku usaha DAM isi ulang. Permasalahan yang telah diketahui adalah masih rendahnya pengetahuan konsumen tentang hak-haknya untuk mendapatkan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai barang danatau jasa yang dikonsumsinya. Selain itu terjadi kesalahan presepsi oleh konsumen mengenai pengertian “isi ulang” dalam AMDK dan air minum depot isi ulang. Namun belum diketahui mengapa hak-hak konsumen masih diabaikan oleh pelaku usaha setelah lahirnya Undang- Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan Menteri Nomor 43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum, lalu apakah usaha AMD isi ulang telah sesuai atau melanggar ketentuan Undang- Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan Menteri Nomor 43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum, serta peranan pemerintah dalam rangka pengawasan. Berdasarkan latar belakang diatas itulah sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam skripsi dengan judul: “Perlindungan Hukum terhadap Konsumen Air Min um Depot Isi Ulang “TOCA” di Wilayah Pesanggarahan ”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam hal permasalahan, Bambang Sunggono menyebutkan bahwa : “Permasalahan merupakan kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa yang sebenarnya, antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia, antara harapan dengan capaian atau singkatnya antara das sollen dengan das sein .” 3 Berkenaan dengan definisi tersebut, dan mengingat luasnya cakupan masalah maka penelitian dibatasi pada bentuk Perlindungan Hukum terhadap Konsumen dalam Mengkonsumsi Air Minum Depot Isi Ulang.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen air minum depot isi ulang “TOCA” di wilayah Pesanggrahan? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi masyarakat terhadap pemilihan air minum depot isi ulang “TOCA” di wilayah Pesanggrahan? 3. Bagaimana cara penyelesaian sengketa dalam usaha air minum depot isi ulang? 3 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005, h. 103

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap konsumen air minum isi depot isi ulang “TOCA” di wilayah Pesanggrahan di tinjau dari Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan kriteria air isi ulang yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri Nomor 43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum kaitannya dengan Usaha Air minum depot isi ulang. b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi alasan masyarakat lebih memilih air minum isi depot isi ulang “TOCA” di wilayah Pesanggrahan dibandingkan air minum dalam kemasan. c. Untuk mengetahui cara penyelesaian sengketa dalam usaha depot air minum isi ulang.

2. Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada seluruh kalangan akademisi bagi perkembangan ilmu hukum terutama perlindungan konsumen. b. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan menjadi proses dan hasil pengetahuan hukum perlindungan konsumen yang berguna dan menjadi aset pustaka untuk dilanjutkan pada penelitian yang sejenis khususnya mahasiswa hukum.

D. Tinjauan Review Kajian Terdahulu

Dalam menjaga keaslian judul penulis ajukan, dalam skripsi ini perlu kiranya penulis lampirkan beberapa rujukan yang menjadi bahan pertimbangan, beberapa diantaranya: Skripsi Theo Kharismajaya mahasiswa Universitas Jendral Soedirman pada tahun 2013 dengan judul “ Pengawasan Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Banyumas Terhadap Kualitas Air Minum Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Tinjauan Yuridis Pasal 10 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736MENKESVI2010 Yang mengambil titik fokus terhadap Pengawasan Kualitas air minum Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Penelitian selanjutnya yang dijadikan tinjauan review studi terdahulu adalah skripsi dengan judul “Penerapan Standard Mutu Air Minum Isi Ulang Dalam Kaitannya dengan Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Kota Padang” yang disusun oleh Fatimah Indra, Fakultas Hukum Universitas Andalas Padang, yang mengambil titik fokus tentang penerapan standar mutu pada air isi ulang serta upaya dinas kesehatan di kota Padang.

E. Kerangka Konseptual

Dalam pembahasan kerangka konseptual, akan diuraikan beberapa konsep-konsep terkait terhadap beberapa istilah yang akan sering digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Perlindungan Konsumen Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen UUPK merumuskan bahwa konsumen adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. 4 1 angka 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen UUPK merumuskan Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. 5 2. Konsumen Konsumen adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. 6 Hal ini sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalamPasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999. 3. Air 4 Yusuf shofie, Pelaku Usaha, konsumen dan Tindak pidana Korporasi Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002 h. 14 5 Ahmadi Miru, dan Sutarman Yodo, HukumPerlindungan konsumen,Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004 h. 1 6 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta:PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006h. 2