Cakkha Arti Simbol Dalam Vihara Buddha Metta Arama

49 Rupang biasanya diletakkan di setiap bangunan vihara. Hal ini berguna agar umat dapat mengetahui bahwa rupang merupakan simbol yang sering digunakan dalam agama Buddha.

2. Stupa

Stupa adalah suatu monumen yang didirikan sebagai tempat untuk penempatan abu jenazah atau benda peninggalan dari orang suci atau raja sejagat. Stupa sebagai tempat penyimpanan abu jenazah atau benda peninggalan telah ada sejak pada masa Sang Buddha, dan stupa seperti ini telah dijadikan sebagai obyek penghormatan. 69 Puja bakti maupun penghormatan pada stupa adalah suatu sikap mental dengan tujuan merenungkan dan selalu ingat akan perbuatan atau prilaku baik yang telah dilakukan oleh pemilik peninggalan tersebut yang ada dalam stupa, agar umat Buddha dapat meneladaninya. Inilah makna dari penghormatan pada stupa tersebut. Adapun stupa yang ada di Vihara Buddha Metta Arama adalah stupa dalam bentuk kecil dan diletakkan di altar. Arti simbol dari stupa ini adalah agar umat Buddha dapat menjadi contoh teladan bagi umat Buddha lain khususnya, dan di luar umat Buddha pada umumnya.

3. Cakkha

Kata cakkha berasal dari baha Pali yang berarti roda. Setelah Sang Buddha mencapai penerangan sempurna, beliau menerangkan dhamma kepada lima orang pertapa. Penerangan dhamma yang pertama kali ini disebut 69 Coeneles Wowor, Pedoman Agama Buddha, Jakarta : CV. Pelita Nursatama Lestari, 2003, h. 4 - 5 50 dhammacakkha pavattana sutta atau pemutaran roda dhamma. Sang Buddha mengumpamakan dhamma yang telah beliau terangkan sebagai roda. Dengan berputarnya roda dhamma dimaksudkan agar semua makhluk yang hendak berbuat dengan dhamma akan bebas dari penderitaan. Dari pemutaran roda dhamma tersebut, maka cakkha menjadi salah satu dari simbol yang ada dalam agama Buddha. Ada bermacam-macam cakkha yang digunakan dalam delapan jalan utama adalah dengan delapan jari-jari. Bagaikan sebuah roda dengan porosnya di tengahnya dari jari-jari saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Demikian juga, jalan mulia berunsur delapan merupakan salah satu jalan yang tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan. Selain cakkha dengan delapan jari-jari yang digunakan dalam agama Buddha juga ada cakkha dengan dua belas jari-jari. Kebua belas jari- jari ini menunjukkan ciri pengetahuan yang terdapat dalam empat kenyataan mulia. 70 Simbol-simbol lainnya yang berhubungan dengan ajaran Buddha biasanya diletakkan di altar. Ada lima persembahkan di altar sebagai simbol- simbol seperti lampu penerangan, dupa, bunga dan air. Pada altar terdapat beberapa simbol yang dapat dijadikan sarana penghubung bagi ajaran Buddha. Salah satu simbol tersebut adalah lampu penerangan. 71 Dalam melaksanakan puja di depan altar, Sang Buddha sering menggunakan lampu penerangan. Lampu ini melambangkan cahaya yang 70 Dwiyanti, Fungsi Vihara Bagi Umat Buddha, h. 24 -25 71 Dwiyanti, Fungsi Vihara Bagi Umat Buddha, h. 25 51 memerangi kegelapan. Ruang yang semula gelap gulita, dapat menjadi terang dengan cahaya lampu. Demikian juga dhamma dapat memerangi batin yang gelap menuju penerangan sempurna. Pada saat ini lampu sering digunakan untuk penerangan. Demi menerangi kegelapan, lilin rela mengorbankan dirinya habis terbakar. Demikian juga dengan manusia, hendaknya ia berbuat baik membantu sesamanya tanpa mengharapkan imbalan. Kemudian simbol lainnya yang ada di altar adalah dupa. Jika memaki ruangan yang ada dupanya, maka akan mencium bau harum semberbak yang membuat terpukau untuk tinggal pada ruangan tersebut. Di dalam vihara biasanya ada bau harum dari dupa yang ditancapkan di tempat khusus di altar. Demikian dengan Vihara Buddha Metta Arama Menteng Jakarta. Dupa dalam hal ini, melambangkan harumnya kebajikan yang dilakukan oleh siapa saja. Namun bau harumnya dupa tidak dapat melawan arah angin, dan bau harumnya kebajikan atau nama baik dapat melawan arah angin. Demikian seperti disebutkan dalam kitab dhammapada. 72 Dengan adanya dupa ini melambangkan bahwa harum juga nama Sang Buddha, karena beliau penemu jalan kebenaran. Hal inilah yang patut direnungkan dengan obyek dupa yang ada. Selanjutnya simbol lain yang tidak kalah pentingnya yang ada di altar adalah bunga. Bunga adalah lambang kelemahan dan bunga biasanya cepat layu. Pada saat dipetik dan dipersembahkan di altar Sang Buddha, bunga 72 Dhammadipa, Kitab Suci Dhammapada, Jakarta : Yayasan Dhammadipa, h. 29 52 tampak segar dan baunya harum membuat altar kelihatan indah dan agung. Setelah beberapa hari bunga tersebut akan menjadi layu dan berguguran. Seperti halnya bunga, manusia juga mengalami proses kehidupan yang terus berubah tanpa henti yaitu lahir, anak, remaja, tua, sakit dan mati. Setelah manusia dilahirkan, ia akan tumbuh menjadi dewasa, kelihatan cantik atau tampan, namun lama kelamaan ia menjadi tua dan sakit-sakitan lalu akhirnya mati. Untuk itu, setiap manusia hendaknya berusaha menyadari bahwa semua yang ada pada dirinya selalu mengalami perubahan. Manusia selalu cengkram oleh proses yang terus menerus dalam kehidupan ini selama manusia tersebut masih memiliki kegelapan batin. Demikian seperti disebutkan dalam kitab Paritta Suci Agama Buddha. 73 Proses perubahan seperti inilah yang perlu direnungkan dengan mengambil obyek bunga sebagai simbolnya. Seperti halnya bunga, demikianlah perubahan hidup yang terjadi pada manusia tidak akan kekal selamanya. Simbol selanjutnya yang terdapat di altar adalah air. Air dalam agama Buddha melambangkan kerendahan hati, karena air memiliki sifat-sifat seperti dapat membersihkan noda-noda, dapat memberikan tenaga hidup kepada makhluk-makhluk, dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan, selalu mencari tempat yang rendah dan air kelihatannya lemah, akan tetapi suatu saat air akan menjadi tenaga yang sangat besar. 74 73 Paritta Suci , Jakarta : Dhammadipa Arama, 1983, h. 37 74 Dhammadipa, Kitab Suci Dhammapada, h. 30 53 Selain itu, air juga melambangkan kesucian. Oleh karena itu, manusia hendaknya memiliki sifat seperti air. Sifat air yang dapat membersihkan kotoran dan dapat memberikan arti tersendiri dalam kehidupan manusia. Bagaikan air, manusia juga dapat membersihkan dirinya sendiri dari segala kotoran batin dengan cara melaksanakan meditasi menurut ajaran Buddha. Demikian makna dan arti simbol-simbol yang terdapat baik pada bangunan maupun altar Vihara Buddha Metta Arama Menteng Jakarta. Dengan simbol-simbol tersebut, umat Buddha diharapkan dapat menjadikan simbol- simbol tersebut sebagai bahan pemikiran bagi mereka yang hendak mencapai derajat kesucian melalui ajaran Sang Buddha yang dikenal dengan istilah meditasi. 54

BAB IV PELAKSANAAN UPACARA KATHINA DI VIHARA