31
sehingga pernah terjadi pengurus sebuah vihara terpaksa memesan nasi catering untuk para bhikkhu karena tidak setiap hari ada umat yang berdana makanan,
padahal cukup banyak umat Buddha yang tinggal di sekitar tempat tersebut. Dengan demikian, perayaan kathina seharusnya dijadikan momen yang paling
untuk mengintrospeksi diri, jangan sampai kejadian seperti ini terulang kembali. Kenyataan yang ionis ini seharusnya tidak sampai terjadi jika para umat
yang ada dapat menyadari dan mau memperhatikan hal-hal yang tampak kecil namun cukup penting ini. Untuk mengatasi hal tersebut perlu ditingkatkan
pengarahan dan penerangan yang cukup intensif oleh para tokoh dan Pandita Buddhis, agar dapat menggerakkan hati dan kesadaran para umat untuk lebih
sering berdana makanan dan mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan para bhikkhu, demi untuk kelestarian Buddha Sasana di dunia ini.
36
D. Persembahan Dana Dalam Kathina
Berdana adalah hal yang banyak dilakukan oleh masyarakat beragama. Semua agama mengajarkan pada ummatnya untuk berdana. Dalam agama Buddha
pun diajarkan tentang berdana. Sang Buddha sering menjelaskan dana dalam berbagai kesempatan kepada siswa-siswa dan para bhikkhu serta kepada umat
awam sebagai salah satu dari perbuatan baik. Beliau menjelaskan bahwa dana adalah suatu pemberian yang ikhlas tanpa mengharapkan imbalan. Dana juga
merupakan pelepasan sebagian miliki umat kepada makhluk lain tanpa ada pamrih
36
Adi Suhardi, “Hari Kathina dan Manfaatnya”, Buddha Cakkha, November 1988, h. 11
32
apapun. Hal ini dijelaskan oleh Sang Buddha guna menangkal berbagai anggapan dari kelompok lain bahwa ajaran Sang Buddha sama dengan ajaran mereka.
37
Kelompok-kelompok lain pada zaman Sang Buddha dahulu juga mengajarkan tentang dana, tetapi disertai dengan persembahan kepada dewa-
dewa agar mereka memberikan keselamatan dan kesejahteraan kepada ummatnya. Inilah contoh dana yang disertai dengan harapan-harapan.
Sedangkan dalam ajaran Buddha dana adalah salah satu dari sepuluh perbuatan baik yang merupakan suatu pemberian, derma, atau pelepasan
sebagian milik umat itu sendiri kepada makhluk lain tanpa menginginkan imbalan. Bila umat berdana pasti ada pahalanya, karena hal ini sesuai dengan
kerja hukum kamma bahwa segala perbuatan pasti ada akibatnya. Sang Buddha juga menjelaskan bahwa jika dana yang diberikan disertai dengan
suatu harapan-harapan akan mengurangi buah atau pahala berdana itu
sendiri.
38
Dari gambaran di atas tampak bahwa umat Buddha meyakini bahwa perbuatan baik itu adalah usaha untuk kemandirian manusia itu sendiri, dalam arti
bahwa manusia tidak bergantung kepada dewa-dewa atau Tuhan menurut keyakinan para umat Buddha.
Sang Buddha sebagai guru para dewa dan manusia mengajarkan kepada para siswa-Nya untuk selalu gemar berdana. Sang Buddha menerangkan bahwa
ketika beliau menjadi bodhisatta, beliau selalu berusaha menyempurnakan dasa paramita
yang salah satunya adalah berdana. Dalam sepuluh paramita, dana merupakan urutan yang pertama dan sering dilakukan oleh bodhisatta.
39
Dalam kesempurnaan paramita, seorang bodhisatta menyempurnakan dana paramita dalam tiga tingkatan. Pertama dana paramita yaitu kesempurnaan
dari dana biasa materi, kedua upadana paramita yaitu kesempurnaan-
37
“Berdana, Menyempurnakan Paramita”, Buddha Cakkha, No. 03. Vol. XVII, 1995, h. 12
38
Adi Suhardi, “Hari Kathina dan Manfaatnya”, Buddha Cakkha, November 1988, h.13
39
Adi Suhardi, “Hari Kathina dan Manfaatnya”, Buddha Cakkha, November 1988, h.13
33
kesempurnaan dekat memberikan anggota badan, dan ketiga adalah paramatha dana paramita
yaitu kesempurnaan mutlak memberikan kehidupannya untuk makhluk lain. Dengan usaha yang gigih dalam menyempurnakan dana
paramatha dan juga paramita yang lain akhirnya beliau mencapai penerangan
kesempurnaan.
40
Untuk mencapai tujuan akhir, beliau tidak hanya memberikan materi atau barang tetapi juga anggota tubuhnya, bahkan mengorbankan kehidupannya
sendiri. Hal ini beliau lakukan untuk mengikis nafsu keserakahan yang bersemayam dalam batinnya. Sebagai manusia biasa yang diliputi dosa dan
keserakahan, gemar berdana adalah salah satu cara mengikis nafsu di atas. Walaupun dana yang diberikan sebatas materi dan bentuk dana lainnya.
41
Selain dana tersebut, masih ada lagi dana mulia lainnya yaitu kathina dana. Kathina dana berbeda dengan lainnya. Berdana pada bhikkhu tidak berarti
melakukan kathina dana, tetapi berdana kepada bhikkhu Sangha yang telah menjalankan vassa merupakan kathina dana.
42
Para bhikkhu selama musim vassa sepanjang tiga bulan menetap di suatu tempat untuk belajar dan praktek dhamma. Mereka mengembangkan
perbuatan baik, melatih sila dan bermeditasi. Ibarat sepetak sawah yang sedang diolah agar menjadi subur, demikianlah para bhikkhu bervassa. Sangha akhirnya
pun dikenal sebagai ladang subur untuk menanam jasa. Maka ketika tiba hari
40
Buddha Cakkha, No. 3, Vol. XVII, 1995, h. 11
41
Buddha Cakkha, No. 03. Vol. XVII, 1995, h. 12
42
Buddha Cakkha, No. 03. Vol. XVII, 1995, h. 14
34
kathina, umat Buddha dapat menabur benih di ladang yang subur sehingga dapat memetik hasil yang melimpah ruah.
43
Kathina merupakan kesempatan yang paling baik bagi umat untuk berdana. Berdana pada Sangha di bulan kathina berarti memberikan sumber
kebahagiaan bagi umat, karena mendapat kesempatan berdana pada Sangha dan sumber kebahagiaan para bhikkhu, karena mereka dapat memberikan kesempatan
bagi umat untuk berbuat baik. Kedua kamma pahala inilah yang dapat melestarikan dhamma baik oleh para bhikkhu maupun oleh umat.
44
Bertambahnya pengertian umat akan arti pentingnya berdana terutama kathina dana, telah mendorong mereka untuk melaksanakan perayaan kathina,
sehingga perayaan kathina dilakukan di vihara-vihara atau di cetiya-cetiya di berbagai daerah. Tidak jarang satu kota yang memiliki beberapa vihara
mengadakan perayaan kathina beberapa kali.
45
Adapun dana yang dapat umat berikan berupa empat kebutuhan pokok yaitu jubah, atau bahan jubah, makanan, tempat tinggal dan obat-obatan. Empat
kebutuhan pokok tersebut merupakan kebutuhan bagi semua orang. Memberikan kebutuhan berupa tempat tinggal bukan berarti membawa rumah BTN atau rumah
dengan sistem knok down yang kini sedang populer itu. Tempat tinggal yang di
43
“Kemanakah Dana Kathina Anda?”, Buddha Cakkha, No. 3, Vol. XVII, 1995, h. 11
44
“Kemanakah Dana Kathina Anda?”, Buddha Cakkha, No. 3, Vol. XVII, 1995, h. 11
45
Buddha Cakkha, No. 03. Vol. XVII, 1995, h. 12
35
sini berarti kuti
46
yang ada di vihara, yang merupakan sumbangan umat ketika dalam pembangunannya.
47
Di samping itu, umat juga memberikan keperluan yang lainnya seperti sabun, sikat gigi, handuk, pasta gigi dan benda-benda lainnya. Banyaknya dana
yang diberikan kepada para bhikkhu tergantung kepada pribadi masing-masing, tergantung kepada kerelaan, dan faktor-faktor lainnya yang ada dalam benak umat
masing-masing.
48
Akibat banyaknya umat Buddha yang merayakan kathina, vihara-vihara yang cukup besar dan terkenal menjadi supermarket. Sabun, pasta gigi, sikat gigi,
handuk, kain putih, dan lain sebagainya sangat banyak. Tentu saja tidak semuanya digunakan oleh para bhikkhu. Akhirnya dana tersebut disalurkan kembali kepada
umat yang memerlukan di daerah atau diserahkan ke panti asuhan dan dalam beberapa tahun terakhir ini, umat Buddha lebih senang memberikan uang. Hal ini
disebabkan karena umat tidak tahu apa yang dibutuhkan oleh para bhikkhu dan dengan uang itu tentu bisa dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Dana
yang akan dipersembahkan pada saat kathina bukan hanya untuk bhikkhu tertentu saja atau kepada bhikkhu yang disenangi atau kepada bhikkhu yang sering
memberikan khotbah dhamma di vihara. Dana tersebut dipersembahkan kepada Sangha,
49
bukan kepada pribadi bhikkhu yang hadir dalam perayaan tersebut.
50
46
Kuti adalah tempat tinggal para bhikkhu dan samanera yang berada di sekitar vihara
47
Dhana Putra, “Bulan Dana, Bulan Kathina”,Warta Visudhi, Oktober 1990, h. 4
48
Dhana Putra, “Bulan Dana, Bulan Kathina”, Warta Visudhi, Oktober 1990, h. 6
49
Sangha adalah pemimpin tertinggi yang ada dalam agama Buddha
50
Dhana Putra, “Bulan Dana, Bulan Kathina”, Warta Visudhi, Oktober 1990, h. 8
36
Berdasarkan keterangan diperoleh keterangan bahwa tampak dengan jelas adanya perubahan pemikiran dalam Budhisme, bukan nilai pahala atau
balasan dari Tuhan, namun kepentingan dan kebutuhan manusia dalam hal ini para penganut agama Buddha dan para bhikkhunya.
Dari perayaan kathina yang dilakukan di berbagai daerah, khususnya di Indonesia para bhikkhu menerima dana kathina. Persembahan dana itu dapat
berupa empat kebutuhan pokok yaitu sandang, pangan, papan dan obat-obatan. Selain itu seorang bhikkhu dapat menerima dana materi berupa uang. Dengan
demikian persembahan dana dalam kathina merupakan persembahan umat berupa bahan jubah atau jubah, di samping dana-dana lainnya yang merupakan empat
kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan dan obat-obatan.
37
BAB III VIHARA BUDDHA METTA ARAMA MENTENG JAKARTA