Sejarah Timbulnya Kathina RUANG LINGKUP PERAYAAN KATHINA

21 umat Buddha dengan cara memberikan dana kepada Sangha dan dilaksanakan pada setiap bulan purnama yang jatuh pada bulan Oktober.

B. Sejarah Timbulnya Kathina

Hari raya kathina juga bisa disebut hari raya persembahan dana kepada Arya Sangha, yang terdiri dari para bhikksu dan bhiksuni. Hari raya yang diperingati dan dirayakan setelah para bhiksu dan bhiksuni berada pada masa vassa atau istirahat pada musim hujan selama tiga bulan ini memiliki makna yang dalam, yang wajib direnungkan oleh umat Buddha. Dalam masa vassa tersebut para bhiksu tidak berkelana, tetapi berdiam di satu tempat untuk membina diri guna meningkatkan kemajuan batin. Masa vassa ditetapkan Sang Buddha setelah mendengar masukan, yang mempertanyakan mengapa para siswa Sang Buddha pergi berkelana pada musim hujan di mana saat itu banyak tunas baru yang tumbuh, sehingga tunas-tunas tersebut banyak yang terinjak dan mati. Dari laporan ini, akhirnya ditetapkanlah masa vassa. 19 Alasan lain adalah karena ketika para bhiksu ingin menyampaikan hormat kepada Sang Buddha, beliau melihat pakaian yang mereka kenakan telah rusak. Oleh karena itu, beliau menganjurkan kepada umat Buddha yang mampu untuk memberikan persembahan jubah kepada Sangha sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun, dan waktu yang paling tepat untuk memberikan persembahan 19 Warta WALUBI , Edisi November 2003, h. 16 22 tersebut adalah setelah masa vassa, 20 karena setelah melatih diri, para bhiksu memiliki batin yang lebih tinggi kualitasnya, sehingga dapat diharapkan menjadi ladang yang subur untuk menanam jasa. Selain merupakan saat yang sangat tepat dan amat baik untuk berdana, bulan kathina juga merupakan saat yang indah bagi semua umat Buddha untuk mendengarkan khotbah dharma dari Sangha yang membina secara intensif, sehingga merupakan berkat rohani yang menyegarkan batin. 21 Umat Buddha biasa memberikan persembahan kepada para bhiksu dan bhiksuni, baik berupa bahan untuk jubah, obat-obatan, barang-barang keperluan sehari-hari maupun uang dengan tujuan agar mereka dapat memenuhi kebutuhan- kebutuhannya. Pemberian semacam ini biasanya mereka lakukan pada hari raya kathina. Adapun sejarah timbulnya kathina ini mengacu kepada peraturan kebhikkhuan yang mengharuskan para bhikkhu untuk menetap di suatu tempat selama musim hujan atau masa vassa. Selama masa itu, mereka tidak berkelana seperti biasanya. Hal ini dapat dilihat pada masa sejarah timbulnya kathina di India misalnya. 22 Pada masa kehidupan Sang Buddha masyarakat mulai menanam sayur mayur dan tanaman lainnya, di ladang mereka pada awal musim hujan. Karena itu, mereka merasa khawatir kalau tanaman mereka yang mulai tumbuh subur itu akan terinjak-injak oleh kaki para bhikkhu yang berkelana. Mereka lalu meminta kepada Sang Buddha agar para bhikkhu tidak berkelana selama musim hujan. 20 Masa vassa adalah masa istirahat bagi para bhikkhu untuk tidak melakukan perjalanan. Lihat Warta Walubi, Edisi November 2003 21 Warta WALUBI , November 2003, h. 17 22 Buddha Cakkha , 1990, h. 32 23 Permohonan mereka pun dikabulkan oleh Sang Buddha dengan menetapkan aturan bahwa setiap bhikkhu harus menetap di satu tempat selama musim hujan atau yang lebih dikenal dengan istilah masa vassa. 23 Masa vassa berlangsung selama tiga bulan terhitung sejak hari pertama setelah purnama Sidhi bulan Asadha. 24 Dalam masa vassa ini para bhikkhu berusaha mendalami ajaran sang Buddha yang lebih sungguh-sungguh, melatih diri dengan sila dan Samadhi, serta meminta bimbingan dari bhikkhu-bhikkhu yang lebih senior. 25 Akhir dari masa vassa ini ditandai dengan hari pavarana. Hari pavarana adalah hari uposatha istimewa, karena pada hari uposatha ini para bhikkhu tidak membacakan peraturan kebhikkhuan sebagaimana biasanya. Pada hari ini, para bhikkhu saling introspeksi, yang telah melakukan kesalahan, mengakui kekeliruannya kepada bhikkhu yang lebih senior dan saling maaf memaafkan, serta saling memberikan nasehat agar kelak menjadi lebih baik lagi. 26 Setelah hari pavarana, tibalah masa kathina. Masa kathina ini berlangsung selama satu bulan. Para bhikkhu boleh mencari kain-kain untuk bahan jubah, karena pada masa silam para bhikkhu membuat jubahnya dari kain- kain bekas jika tidak menerima pemberian dari umat. Untuk itulah, pada masa kathina ini umat Buddha mempersembahkan kain-kain untuk jubah serta berbagai keperluan pokok lainnya sebelum para bhikkhu mulai berkelana kembali. 27 23 “Tahukkah Anda Apakah Kathina itu?”, Buddha Cakkha, 1990, h. 31 24 Asadha menurut umat Buddha adalah bulan November dan pada bulan ini biasanya turun hujan. Lihat Herman S. Endro, Hari Raya umat Buddha dan Kalender Buddhis, h. 20 25 Herman, Endro, Hari Raya umat Buddha dan Kalender Buddhis, h. 21 26 Herman, Endro, Hari Raya umat Buddha dan Kalender Buddhis, h. 22 27 Herman, Endro, Hari Raya umat Buddha dan Kalender Buddhis, h. 20 24 Ada satu hal yang penting dalam masa kathina ini, yaitu persembahan jubah kathina. Meskipun jubah atau kain bisa dipersembahkan hampir setiap saat kepada para bhikkhu atau Sangha, namun jubah yang dipersembahkan itu hanyalah jubah biasa, bukan jubah kathina. Agar bisa disebut sebagai jubah kathina, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 28 Jubah itu dipersembahkan pada masa kathina. Jubah itu diterima oleh minimal 5 orang bhikkhu yang menetap bersama-sama di suatu tempat yang sama. Para bhikkhu tersebut semuanya menjalani masa vassa dengan baik dan lengkap. Jubah atau kain jubah itu diperoleh dengan cara yang sah, bukan dengan jalan meminta, meminjam, mengambil milik orang lain, dan lain sebagainya. Kain jubah tersebut dicuci, dipotong, dijahit dan dicelup selama tidak lebih dari satu hari. Sebelum matahari terbit kembali, jubah tersebut harus sudah siap pakai, dan Sangha yang menerima persembahan kathina akan melakukan Sangha Kamma, bermusyawarah untuk menentukan siapa di antara mereka yang berhak untuk mengenakan jubah kathina tersebut. Semua bhikkhu yang mengikuti upacara persembahan jubah kathina ini akan memperoleh lima hak istimewa sampai selesai musim dingin atau sampai empat bulan setelah masa kathina, yaitu : 1. Para bhikkhu boleh meninggalkan vihara tanpa pamit. 2. Para bhikkhu boleh pergi tanpa harus membawa tiga perangkat jubah secara lengkap. 28 Herman, Hari Raya umat Buddha dan Kalender Buddhis, h. 32 25 3. Para bhikkhu boleh makan secara berkelompok tanpa melakukan pelanggaran vinaya. 4. Para bhikkhu boleh menyimpan jubah ekstra atau jubah tambahan tanpa batas waktu. 5. Para bhikkhu bisa memperpanjang masa kathina sampai akhir musim dingin. 29 Dengan demikian proses lahirnya kathina ini sangat berkaitan dengan erat kondisi musim pada suatu negara misalnya India. Selama musim hujan, biasanya berbagai jenis tanaman akan tumbuh subur. Oleh karena itu masyarakat mulai menanam beberapa jenis tanaman yang biasa dikonsumsi oleh mereka setiap hari pada awal musim hujan. Namun terdapat kekhawatiran yang sangat berlebihan pada diri masyarakat bahwa tanamannya itu akan terinjak-injak oleh kaki para bhikkhu yang berkelana. Mereka lalu memohon kepada Sang Buddha agar para bhikkhu tidak berkelana selama musim hujan. Akhirnya permintaan mereka dikabulkan oleh Sang Buddha dengan cara menetapkan aturan bahwa setiap bhikkhu harus menetap di satu tempat selama musim hujan yang kemudian istilah Buddha dikenal sebagai masa vassa. 30 Pendapat lain mengatakan bahwa selesai masa vassa yang lamanya tiga bulan, rombongan para bhikkhu akhirnya meneruskan perjalanan ke Savathi walaupun hujan terus turun, jalan tergenang air dan para bhikkhu akhirnya tiba di vihara Jetavana. Kemudian Sang Buddha melihat dan memperhatikan para bhikkhu jubahnya sudah mulai rusak, lalu Sang Buddha mengizinkan untuk membuat jubah baru sebagai pengganti jubah lama. Setelah Sang Buddha 29 Buddha Cakkha,, 1990, h. 31 30 Oka Diputra, Pedoman Penerangan Agama Buddha, Jakarta: Dharma Nusantara Bahagia, 1986, h. 20 26 mengizinkan pembuatan jubah berarti membuat kesempatan bagi umat untuk berdana kain jubah dan barang kebutuhan sehari-hari para bhikkhu. Sejak peristiwa itu dimulailah kathina dana. Demikian proses sejarah timbulnya kathina yang menurut kepercayaan umat Buddha merupakan bulan dan kesempatan yang amat baik untuk memberikan dana kepada para bhikkhu. 31

C. Manfaat Perayaan Kathina