Kandungan Makna Dalam Upacara Kathina

64 bhiksu dan bhiksuni, sehingga di antara para bhikkhu dan umat terjalin hubungan timbal balik yang baik dan selaras dengan dharma. 98 Dengan demikian tujuan upacara kathina adalah terjalinnya hubungan timbal balik antara bhikkhu dan umat dengan cara melepaskan diri dari sifat kemelekatan. Adapun salah satu cara yang baik untuk mengikis kemelekatan ini ialah dengan membiasakan diri berdana kathina.

D. Kandungan Makna Dalam Upacara Kathina

Kandungan makna dalam upacara kathina secara simbolik yang dilakukan oleh umat Buddha biasanya dilambangkan dengan banyaknya berdan kepada Sangha. Berdana ini jelas memiliki moral yang baik dan dapat menahan nafsu inderanya serta mempunyai pengendalian diri adalah adalah timbunan harta yang baik. Harta tersebut dapat diperoleh dengan cara berbuat kebajikan kepada Cetiya-Cetiya atau kepada Sangha, kepada orang lain atau para tamu, kepada kedua orang tua atau kepada orang yang lebih tua. Inilah harta yang disimpan paling sempurna, tidak mungkin hilang, tidak mungkin ditinggalkan walaupun suatu saat akan meninggal, namun ia tetap akan membawanya. Upacara kathina selalu identik dengan dana yang berbentuk materi. Dibalik pemberian dana materil itu ada satu makna hakiki yang perlu dipahami, yaitu pelepasan diri dari sifat kemelekatan. Sang Buddha mengajarkan bahwa kemelekatan dalam segala bentuknya terutama kepada hal-hal yang bersifat duniawi mendatangkan penderitaan. 98 Wawancara Pribadi dengan Suddhi Citto. 65 Penderitaan yang timbul sebagai akibat dari kemelekatan itu seringkali sangat menyakitkan. Oleh sebab itu sebagai makhluk yang mendambakan kebahagiaan, maka seseorang harus belajar untuk membebaskan diri dari kemelekatan. Memang harus diakui hal ini sangat sukar untuk dilakukan, apalagi bagi orang yang hidup pada zaman di mana godaan kesukaran dunia begitu gila dan bertubi-tubi. Betapa sukarnya orang membebaskan diri dari kemelekatan. Namun, kenyataan tersebut tidak dapat dijadikan alasan untuk bersikap pesimistis. Asal orang itu memiliki tekad yang kuat, maka ia bisa memperlemah dan mengikis sifat kemelekatan yang ada dalam dirinya, tentu saja secara bertahap. Adapun salah satu metode yang dianggap paling baik untuk mengikis kemelakatan ini adalah dengan cara membiasakan diri untuk berdana. Sang Buddha mengajarkan umat untuk berdana, termasuk pula berdana materi. 99 Menurut Ir. Fudi Kumaroputra, berdana adalah belajar melepas. Dengan belajar melepas, kemelekatan terhadap materi menjadi berkurang, sehingga bila seseorang kehilangan materi, ia tidak menjadi gelisah dan merasa sangat kehilangan. 100 Berdana juga dapat menimbun perbuatan baik, karena menimbun perbuatan baik dengan berdana merupakan cara yang paling mudah. Perbuatan baik yang dilakukan dengan berdana pasti membuahkan hasil. 101 Dengan demikian bentuk pelepasan dana dari sifat kemelekatan materi merupakan kandungan makna dalam upacara kathina. 99 Kathina Hari Bakti Umat Buddha Kepada Sangha, WARTA WALUBI, h. 17 100 Fuad Kumaroputra, “Jangan Berdana Untuk Mencari Nama”, Buddha Cakkhu, No. 3, Vol. XVII, 1995, h. 23 101 Kumaroputra, “Jangan Berdana Untuk Mencari Nama”, Buddha Cakkhu, h. 24 66 Pada saat menjelang upacara kathina dana, umat akan mencari dan mengumpulkan dana berupa kain putih, uang atau kebutuhan pokok para bhikkhu yang lain. Setelah itu umat akan datang ke salah satu vihara untuk menyampaikan maksud mereka, yaitu mengadakan kathina dana di vihara tersebut. Pihak vihara akan menentukan apakah akan menerima upacara tersebut atau tidak. Khusus vihara yang dilindungi pemerintah tidak menerima dana kathina dari pihak luar, bila menerima maka tidak disebut kathina, melainkan pamsukula dana. 102 Apabila suatu permohonan telah diterima maka akan ditentukan tanggal dan harinya dan kemudian disiapkan segala sesuatunya. Tepat pada hari yang telah ditentukan umat bersama-sama mengadakan pawai kathina. Mereka membawa barang-barang yang ada di daerah tersebut. 103 Uniknya, sepanjang perjalanan diiringi suasana kendang, ketipung dan alat musik lainnya, mereka menari-nari dan menyanyi. Mereka merasa bahagia atas perbuatan baik yang mereka lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka berdana secara sukarela, dengan melepaskan harta bendanya untuk keperluan orang lain. Hal ini membuat suasana pawai menjadi semarak dan sangat menarik. Sepanjang perjalanan orang-orang yang menyaksikan pun turut merasakan kebahagiaan mereka, sehingga terkadang mereka ikut serta bergabung untuk berdana. Dengan demikian acara pawai ini sangat bermanfaat untuk menggugah hati orang-orang yang menyaksikan agar sadar dan mau berdana. Jadi tidak 102 Berdana di Thailand, Buddha Cakkhu, No. 3, Vol. XVII, 1995, h. 15 103 Berdana di Thailand, Buddha Cakkhu, h. 16 67 sekedar hura-hura. 104 Dengan demikian melepaskan harta benda untuk kepentingan orang lain merupakan kandungan makna dari upacara kathina. Pada akhir kathina umat akan mengadakan siripada puja secara besar- besaran. Siripada puja adalah upacara untuk menghormati tapak kaki suci Sang Buddha. Upacara ini disertai dengan pembacaan Siripada Gatha sambil memegang bunga teratai dari kertas, lilin dan dupa. Kemudian dilanjutkan dengan menebarkan teratai berisikan lilin dan dupa tersebut di sungai atau danau. 105 Jadi apapun nama dan bentuk upacara dalam agama Buddha pada akhirnya akan bermuara pada kekayaan materi, terutama pada upacara kathina yang memang memiliki kandungan makna agar ummatnya rela melepaskan sebagian kekayaannya untuk kepentingan orang lain. Kekayaan yang dimiliki tidak dapat dinikmati untuk selama-lamanya, karena pada suatu saat akan berakhir pula. Hal ini bukan pandangan yang pesimis atau sumpahan, tetapi suatu kenyataan dari ketidakkekalan. 106 Berakhirnya sesuatu hal bukan sepenuhnya disalahkan pada faktor nasib buruk atau kegagalan manajemen perusahaan misalnya, menurut hukum sebab dan akibat sebagian besar disebabkan oleh keborosan, tidak menghargai dan tidak menyayangi serta terlalu menghambur-hamburkan harta. Sang Buddha pernah bersabda : “kekayaan tidak sepenuhnya dikuasai oleh satu orang, tetapi dimiliki 104 Berdana di Thailand, Buddha Cakkhu, h. 17 105 Berdana di Thailand, Buddha Cakkhu, h. 19 106 Beribu-ribu Orang Memberi, Beribu-ribu Orang Memperoleh Kebajikan, Majalah Buddhis Indonesia Edisi ke-29 , Desember 1994, h. 36 68 oleh lima faktor keadaan antara lain api , air, perampok, disita pemerintah dan anak yang tidak berbakti ”. 107 Walaupun orang itu memiliki kekayaan yang berlimpah ruah apabila malapetaka melanda kebakaran misalnya, dengan sekejap mata rumah yang indah dan bagus berubah menjadi puing-puing debu dan bila angin topan datang melanda barang-barang rusak diterpa angin, begitu pula bila bencana banjir, harta benda dan rumah-rumah hanyut terbawa bahkan mungkin nyawa pemiliknya juga bisa terancam dan tidak bisa diselamatkan. 108 Demikianlah yang disebut dengan kekayaan yang tidak luput dari jangkauan lima faktor keadaan. Suatu contoh keadaan di mana seseorang yang kikir di dalam kehidupannya, ia sangat irit dan sederhana, semua kekayaan yang terkumpul dari hasil keringat, sedikit demi sedikit kemudian dibelikan emas dan disimpan di bawah tanah, ketika ketidakkekalan datang melanda ia tidak sempat menolong hartanya. 109 Bagi mereka yang memahami arti kekayaan yang diberikan kepada keturunannya bukan berupa warisan harta benda, tambang emas, kebun yang luas, dan lain sebagainya. Tetapi yang diwariskan adalah budi luhur, etika dan moral, keterampilan serta kepribadian yang baik. Memberikan kesempatan kepada anak- anaknya untuk memperoleh pendidikan yang baik. Mendidik anaknya menjadi manusia yang memiliki pandangan serta pendapat yang benar. Cara yang praktis 107 Beribu-ribu Orang Memberi, Beribu-ribu Orang Memperoleh Kebajikan, Majalah Buddhis Indonesia, Desember 1994, h. 37 108 Beribu-ribu Orang Memberi, Beribu-ribu Orang Memperoleh Kebajikan, Majalah Buddhis Indonesia, h. 39 109 Beribu-ribu Orang Memberi, Beribu-ribu Orang Memperoleh Kebajikan, Majalah Buddhis Indonesia, h. 40 69 mempergunakan keuangan yaitu sewaktu irit harus irit dan pada waktu perlu digunakan haruslah dipergunakan. Kekayaan tidak dimiliki selama-lamanya. 110 Di dalam sutra tercatat, kekayaan yang berlimpah ruah tidak dapat dibawa mati, hanya karma yang ikut serta. Kebajikan selalu dibalas dengan kebajikan dan keburukan akan memperoleh buah yang buruk. Oleh sebab itu, pergunakanlah kekayaan pada hal yang pantas dan benar, berdana pada hal yang benar, diperoleh dan dikembalikan pula pada masyarakat, misalnya dipergunakan untuk keperluan bakti sosial. 111 Hal ini disebabkan karena salah satu kandung makna dalam upacara kathina adalah memiliki kepedulian sosial, yaitu dengan cara meringankan beban penderitaan orang lain, terutama pada saat krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Pada masa krisis ekonomi dan moneter yang sangat menyakitkan seperti yang terjadi saat ini, banyak umat Buddha yang dililit kemiskinan yang sangat menyesakkan dada. Sekitar 20 dari saudara-saudara umat Buddha sangat kekurangan pangan dan sandang, bahkan telah ada beberapa orang dari mereka yang mati kelaparan. Sebagai umat Buddha yang baik, tentu saja tidak boleh berdiam saja dan bersikap masa bodoh. Umat Buddha harus memperhatikan nasib mereka dan memperdulikannya. Jika umat Buddha mampu, maka umat tersebut wajib memberikan bantuan kepada mereka. Walaupun tidak dapat mengentaskan mereka dari kemiskinannya, tetapi dengan memberikan bantuan kepada mereka, 110 Beribu-ribu Orang Memberi, Beribu-ribu Orang Memperoleh Kebajikan, Majalah Buddhis Indonesia, h. 37 111 Beribu-ribu Orang Memberi, Beribu-ribu Orang Memperoleh Kebajikan, Majalah Buddhis Indonesia, h. 38 70 umat Buddha dapat meringankan mereka dari penderitaan yang sedang dialaminya. Aksi-aksi sosial umat Buddha di berbagai tempat dalam wujud pemberian sembako dan pakaian layak pakai sungguh patut dihargai dan dilestarikan, karena dengan pemberian dana tersebut, umat Buddha telah berpartisipasi dalam rangka meringankan penderitaan saudara-saudaranya. Dengan melakukan hal itu, mereka telah mempraktekkan ajaran cinta kasih. Meskipun demikian, janganlah umat Buddha merasa puas dan bangga, karena mereka harus terus berusaha untuk meningkatkan kualitas metta atau cinta kasih yang tanpa batas dan karuna atau belas kasihan yang terdapat dapat dalam diri umat Buddha. Inilah sesungguhnya makna yang terkandung dalam upacara kathina.

E. Analisa Kritis