18
BAB II RUANG LINGKUP PERAYAAN KATHINA
A. Pengertian Kathina
Kathina berasal dari bahasa PaliSansekerta. Menurut S. Wojowasito, kathina merupakan kata sifat yang berarti keras, kuat dan kokoh.
9
Sementara itu Suddhi Citto mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kathina adalah kain katun
untuk bahan jubah, karena pada masa silam, para bhikkhu membuat jubahnya dari kain-kain bekas jika tidak menerima pemberian dari umat.
10
Dengan demikian kathina adalah upacara keagamaan di lingkungan umat Buddha, merupakan hari
dana yang biasanya dilangsungkan setiap bulan purnama pada bulan Oktober.
11
Masa kathina dimulai satu hari setelah hari purnama pada bulan Oktober sampai dengan hari purnama bulan November. Salah satu hari dalam batas waktu satu
bulan tersebut dapat dipilih untuk penyelenggaraan upacara. Dibalik persembahan jubah, upacara kathina tidak semata-mata
merupakan suatu bentuk peringatan. Perayaan kathina adalah praktek kehidupan beragama Buddha, yakni melaksanakan kewajiban umat terhadap Sangha. Para
rahib Buddha tidak mengucilkan diri, namun mengabdikan diri kepada
9
S. Wojowasito, Kamus Kawi – Indonesia, Bandung : CV. Pangarang, tth, Cet. ke-1, h. 131
10
Suddhi Citto, Samanera Vihara Buddha Metta Arama Menteng Jakarta, Wawancara Pribadi
, Jakarta 29 Maret 2006
11
Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 2000, Cet. ke-2, h. 457
19
masyarakat luas. Umat mempersembahkan dana kepada mereka.
12
Tidak ada upacara kathina tanpa persembahan dana.
Istilah Bulan Dana bagi umat Buddha tentu tidak asing lagi, karena di dalam agama Buddha juga terdapat bulan dana tetapi tidak menggunakan istilah
Bulan Dana umat Buddha atau Bulan Berdana Bagi Umat Buddha atau dengan
istilah yang lainnya. Masa satu bulan yang merupakan bulan dana tersebut dikenal dengan istilah masa atau bulan kathina.
13
Bulan kathina selalu hadir antara bulan Oktober dan bulan November, yakni setelah berakhirnya masa vassa. Masa ini merupakan yang tepat bagi umat
Buddha memberikan dana kepada para bhikkhu yang telah menjalankan masa vassa. Sang Buddha memberikan izin kepada para bhikkhu untuk mencari
kainbahan jubah baru, untuk mengganti jubah yang lama yang telah robek.
14
Kalau dibayangkan kehidupan di zaman Sang Buddha, tentu tidak sama dengan kehidupan di zaman sekarang. Dalam kitab-kitab suci diceritakan
bagaimana kehidupan pada zaman Sang Buddha. Ada orang yang kaya raya, ada raja yang menjadi sponsor atau menopang kehidupan para bhikkhu, dan masih
banyak lagi yang lainnya. Tentu tidak semua bhikkhu hidup dari bantuan orang kaya atau raja yang memerintah.
15
Para bhikkhu yang hidup di daerah yang makmur, yang didukung oleh orang kaya atau raja, tidak akan merasakan kesulitan untuk mendapatkan empat
12
K. Wijaya Mukti, Berebut Kerja Berebut Surga, Jakarta: Yayasan Dharma Pembangunan, 2003, Cet. ke-2, h. 16
13
Dhana Putra, “Bulan Dana, Bulan Kathina”, Warta Visudha, No. 4, Edisi Oktober 1990, h. 3
14
Dhana Putra, “Bulan Dana, Bulan Kathina” Warta Visudha, Oktober 1990, h. 4
15
Dhana Putra, “Bulan Dana, Bulan Kathina” Warta Visudha, Oktober 1990, h. 5
20
kebutuhan pokok yang berupa jubah, makanan, tempat tinggal dan obat-obatan. Nampaknya umat Buddha pada zaman Sang Buddha selalu menyediakan empat
kebutuhan pokok dengan baik, tetapi untuk jubah para bhikkhu umumnya mengumpulkan kain bekas pembungkus mayat yang dikenal dengan nama
amsukula. Kain-kain tersebut dikumpulkan dan dijahit menurut ketentuan yang ada, menjadi jubah. Pembuatan jubah ini biasanya dilakukan pada masa kathina,
dan untuk mewarnai diperlukan alat berupa bingkai untuk membentangkan jubah tersebut. Bingkai inilah yang kemudian dikenal dengan istilah kathina.
16
Masa kathina merupakan satu kurun yang paling baik bagi umat Buddha untuk mempraktekkan perbuatan baik, terutama dengan cara berdana. Ladang
yang paling baik untuk berdana adalah Sangha. Dalam Paritta Sanghanussatti dinyatakan bahwa lapangan untuk menanam jasa, yang tiada taranya di alam
semesta, dan lain sebagainya merupakan tempat yang cukup baik untuk berdana.
17
Dalam masa satu bulan tersebut, umat memilih satu hari tertentu untuk merayakan upacara kathina. Pemilihan hari tersebut tentu sangat bergantung pada
umat itu sendiri, di samping kesediaan para bhikkhu yang akan menghadiri upacara kathina yang diadakan.
18
Dari uraian-uraian tentang definisi kathina, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kathina pada dasarnya suatu upacara keagamaan di lingkungan
16
Dhana Putra, “Bulan Dana, Bulan Kathina”, Warta Visudha, Oktober 1990, h. 3
17
Dhana Putra, ,”Bulan Dana, Bulan Kathina”, Warta Visudha, h. 4
18
Dhana Putra, “Bulan Dana, Bulan Kathina”, Warta Visudha, h. 3
21
umat Buddha dengan cara memberikan dana kepada Sangha dan dilaksanakan pada setiap bulan purnama yang jatuh pada bulan Oktober.
B. Sejarah Timbulnya Kathina