Tujuan Upacara Kathina PELAKSANAAN UPACARA KATHINA DI VIHARA

60 3. Kain putih persembahan, dalam suatu prosedur formalitas pada hari kathina, oleh Sangha diserahkan pada bhikkhu terpilih untuk diukur, dipotong dan dijahit sesuai vinaya dan menjadi jubah. Proses ini dengan sendirinya dibantu oleh para bhikkhu lainnya. Sesudah selesai, jubah putih tersebut dicuci, dicelup warna kuning dan dikeringkan. Semua prosedur ini harus dilakukan dalam satu hari, dari pagi hingga petang. 4. Jubah-jubah tersebut setelah selesai dikerjakan siap dibagi oleh Sangha, dalam suatu upacara pada seseorang yang berhak menerimanya. Hanya para bhikkhu yang bervassa di vihara tersebut yang berhak atas jubah kathina. 5. Pada malam harinya, bhikkhu terpilih dengan mengenakan jubah kathina menempati dampar dan kemudian berkhotbah serta berterima kasih kepada para umat atas dukungannya pada Sangha. 90 Dengan tata cara demikian dan jubah yang diberikan umat lebih mempunyai arti tersendiri. Perlu diketahui, jubah kathina ini hanya ada satu, dan keseluruhan proses mulai dari pembuatan sampai upacara perayaan, pembuatan jubah hanya boleh berlangsung dalam satu hari saja. Lewat dari satu hari, jubah tersebut batal, dan tidak dapat dipakai sebagai jubah kathina. 91 Bila rangkaian upacara kathina sesuai dengan prosedur seperti yang telah dipaparkan di atas, maka proses upacara kathina dapat dianggap selesai. Dengan demikian tata upacara kathina yang selama ini dilaksanakan di Vihara Buddha Metta Arama telah dianggap sah, karena memenuhi persyaratan dan sesuai dengan vinaya ajaran Buddha.

C. Tujuan Upacara Kathina

Secara umum tujuan upacara dalam agama Buddha senantiasa dimaksudkan untuk menghormati dan merenungi sifat-sifat luhur Sang Buddha. 90 Herman S. Endro, Hari Raya Umat Buddha dan Kalender Buddhis, h. 29 91 Herman S. Endro, Hari Raya Umat Buddha dan Kalender Buddhis, h. 30 61 Sifat-sifat luhur Sang Buddha disebut pula paramitha. Ada enam sifat luhur yang disebut Sadha paramitha yaitu : 92 1. Dana paramitha adalah suatu sifat luhur yang senantiasa mendorong umat untuk beramal, berkorban untuk kepentingan orang lain terutama orang yang menderita. 2. Sila paramitha adalah suatu sifat luhur yang senantiasa mendorong seseorang untuk berbuat baik. 3. Virya paramitha adalah suatu sifat luhur yang senantiasa mendorong seseorang agar selalu semangat dan aktif berkarya, bekerja dan belajar. 4. Khusanti paramitha adalah suatu sifat luhur yang senantiasa mendorong seseorang agar tenang dan sabar dalam menghadapi segala masalah dan tantangan. 5. Dhayana paramitha adalah suatu sifat luhur yang senantiasa mendorong seseorang untuk mengheningkan cipta dan bermeditasi. 6. Prajna paramitha adalah suatu sifat luhur dari kebijaksanaan sempurna yang memberikan jalan untuk melenyapkan keserakahan. 7. Memperkuat keyakinan yang dalam ajaran Buddha disebut dengan istilah sadha . Sadha disebut juga panca sadha yang terdiri atas keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, keyakinan terhadap para Bodhisattva dan para Buddha, keyakinan terhadap hukum kesunyatan, keyakinan terhadap kitab suci dan keyakinan terhadap Nibbana. 93 8. Membina tempat keadaan batin luhur atau istilah lainnya adalah brahmavihara. Brahmavihara ini meliputi metta, karuna, mudita dan upekha . 9. Mengulangi dan merenungkan kembali khotbah-khotbah Sang Buddha. Dengan upacara kathina diharapkan umat Buddha dapat mempraktekkan ajaran yang telah dipaparkan oleh Sang Buddha dalam kehidupan sehari- hari serta mengamalkannya kepada semua makhluk. 10. Melakukan anumodana, yaitu membagi perbuatan baik kepada makhluk lain. 94 Jika ditinjau dari fenomena kebudayaan, maka tujuan upacara kathina merupakan pewarisan nilai-nilai atau norma-norma melalui proses sosialisasi. Upacara kathina merupakan serangkaian aktivitas-aktivitas yang berorientasi kepada pemberian dana serta memberikan kesadaran terhadap pendukung upacara tentang nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian upacara 92 Oka, Diputra, Dharma Nidya, Jakarta : Dharma Nusantara Bahagia, 1986, Jilid I, h. 18 93 Oka Diputra, Pedoman Penerangan Agama Buddha, Jakarta : Dharma Nusantara Bahagia, 1986, h. 19 94 Majelis Pandita Buddha Indonesia, Pedoman Penghayatan dan Pembabaran Agama Buddha di Indonesia , Jakarta : Yayasan Dhammadipa Arama, 1979, h. 45 62 kathina yang diadakan setiap tahun sekali merupakan wadah sosialisasi dan keagamaan bagi masyarakat pendukung acara tersebut. Nuansa upacara kathina ini sangat lekat dengan persembahan dana. Upacara kathina merefleksikan adanya kepedulian sosial, yaitu berupa pemberian dana kepada masyarakat yang kurang mampu, dan dalam hal ini sifat-sifat luhur Sang Buddha. Selain menghormati dan merenungi sifat-sifat luhur Sang Buddha, upacara kathina memiliki tujuan yang sangat spesifik yaitu : Pertama , agar umat bisa memperlemah kemelekatan terhadap harta dunia, sehingga penderitaan umat dapat dikurangi jika seseorang sering berdana, maka ia dapat mengkondisikan kebahagiaan bagi dirinya sendiri, baik untuk masa depan maupun untuk kehidupan yang akan datang. Seringnya berdana akan berdampak positif, orang yang akan terhindar dari kemiskinan yang sangat menyakitkan. 95 Kedua , supaya orang-orang pantas menerima pemberian mendapatkan apa yang patut mereka terima, begitulah orang-orang yang patut menerima pertolongan. Orang-orang yang patut menerima pemberian antara lain bhiksu dan bhiksuni, samanera dan pandita yang memiliki sila yang terpuji. Sedangkan orang-orang yang patut mendapatkan pertolongan antara lain fakir miskin, yatim piatu, orang cacat yang tidak mampu bekerja dan orang-orang jompo. Sebagai 95 Kathina Hari Bakti Umat Buddha Kepada Sangha, WARTA WALUBI, Edisi November 2003, h. 17 63 umat Buddha yang baik, orang harus taat pada apa yang diajarkan oleh Sang Buddha. 96 Jika orang tidak terbiasa untuk berdana, memang harus diakui bahwa hal ini sukar untuk dilakukan. Namun dengan adanya kesadaran untuk memperlemah sifat kemelekatan dan keakuan, orang dapat memaksa diri untuk berdana. Memang, pertama kali dan kedua kali memberi dana, ia merasa keberatan. Jika merasa berat hati, bolehlah orang itu memberi sedikit terlebih dahulu. Asal perbuatan ini diulang-ulang sambil terus meningkatkan jumlahnya walaupun sedikit demi sedikit, maka rasa berat hati itu akan terbiasa berdana dalam jumlah yang lumayan. Jika hal ini menjadi kenyataan, maka hatinya akan merasakan kelegaan dan kelonggaran. Ia akan semakin jauh dari kecemasan, kegelisahan dan berbagai siksaan batin yang berhubungan dengan kemelekatan akan materi. 97 Seperti dipaparkan di atas bahwa pada hari raya kathina, umat Buddha selayaknya berdana kepada Arya Sangha. Hal ini perlu disadari sebagai suatu hal yang wajar, dan jangan sekali-kali menerimanya sebagai suatu beban yang memberatkan hati. Hal ini disebabkan para bhikkhu dan bhiksuni mengemban tugas luhur, baik sebagai penyebar Buddha Dharma maupun pembina umat. Dengan demikian sebagai umat Buddha yang baik, maka seseorang wajib membalasnya dengan menyokong dan memperhatikan kebutuhan pokok para 96 Kathina Hari Bakti Umat Buddha Kepada Sangha, WARTA WALUBI, Edisi November 2003, h. 18 97 Wawancara Pribadi dengan Suddhi Citto, Jakarta, tanggal 29 Maret 2006 64 bhiksu dan bhiksuni, sehingga di antara para bhikkhu dan umat terjalin hubungan timbal balik yang baik dan selaras dengan dharma. 98 Dengan demikian tujuan upacara kathina adalah terjalinnya hubungan timbal balik antara bhikkhu dan umat dengan cara melepaskan diri dari sifat kemelekatan. Adapun salah satu cara yang baik untuk mengikis kemelekatan ini ialah dengan membiasakan diri berdana kathina.

D. Kandungan Makna Dalam Upacara Kathina