Luasan Habitat Dugaan Kelimpahan Populasi

Berdasarkan hasil pengamatan yang tersaji pada Tabel 6 dan Tabel 7 di atas, jumlah ikan Banggai Cardinal di lokasi perairan stasiun BCF 1 Bone Baru dan lokasi perairan stasiun BCF 2 Mbato mbato lebih banyak dibandingkan dengan lokasi perairan stasiun BCF 3 Tolokibit, meskipun jika dibandingkan dengan persen penutupan karang pada Gambar 10 lokasi perairan stasiun BCF 3 Tolokibit jauh lebih tinggi dibandingkan lokasi perairan stasiun BCF 1 Bone Baru dan lokasi perairan stasiun BCF 2 Mbato mbato. Berdasarkan pengamatan penelitian hal ini dapat terjadi karena pada kedua lokasi perairan stasiun tersebut terdapat lebih banyak bulu babi dan karang lunak terutama anemon yang merupakan habitat dari Ikan Banggai Cardinal. 4.2 Sumberdaya dan Tangkapan Lestari 4.2.1 Densitas Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, ikan Banggai Cardinal Pterapogon kauderni di masing-masing stasiun penelitian, lokasi Pulau Bandang memiliki densitas ikan yang paling besar dengan nilai perhitungan 0.87 ekorm2, sedangkan densitas ikan terendah terdapat pada lokasi penelitian Tolokibit dengan hasil perhitungan nilai densitas 0,31 ekorm 2 . Sedangkan lokasi penelitian Bone Baru memiliki nilai densitas 0,65 ekorm 2 , serta pada lokasi penelitian Mbato mbato memiliki nilai densitas 0,42 ekorm 2 . Hasil perhitungan densitas ikan Banggai Cardinal Pterapogon kauderni pada masing-masing stasiun penelitian disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Densitas ikan Banggai Cardinal Pterapogon kauderni Parameter Bone Baru BCF 1 Mbato mbato BCF 2 Tolokibit BCF 3 Pulau Bandang BCF 4 Pterapogon kauderni 98 63 46 131 Total Area Transek 150 150 150 150 Densitas ekorm2 0,65 0,42 0,31 0,87

4.2.2 Luasan Habitat

Berdasarkan analisis dengan menggunakan sistem informasi geografi yang dilakukan terhadap penggabungan dan penindihan overlay peta administrasi Kabupaten Banggai Kepulauan dari Biro Pusat Statistik Tahun 2001 dengan peta sumberdaya terumbu karang LAPAN tahun 2006 Gambar 10, diperoleh luasan habitat terumbu karang yang merupakan habitat ikan Banggai Cardinal di masing- masing stasiun penelitian dengan luasan seperti terlihat pada Tabel 9. Gambar 10 Peta luasan habitat terumbu karang di lokasi penelitian Tabel 9 Luasan habitat pada lokasi penelitian Parameter Bone Baru BCF 1 Mbato mbato BCF 2 Tolokibit BCF 3 Pulau Bandang BCF 4 Luasan Habitat Terumbu Karang m 2 502.220 309.600 1.338.770 1.339.560

4.2.3 Dugaan Kelimpahan Populasi

Berdasarkan nilai densitas tersebut dan luasan habitat pada masing-masing stasiun penelitian, maka dugaan kelimpahan populasi pada lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 10 berikut: Tabel 10 Dugaan kelimpahan populasi ikan Banggai Cardinal pada lokasi penelitian Parameter Bone Baru BCF 1 Mbato mbato BCF 2 Tolokibit BCF 3 Pulau Bandang BCF 4 Densitas ekorm 2 0,65 0,42 0,31 0,87 Luasan Habitat m 2 502.220 309.600 1.338.770 1.339.560 Dugaan Populasi ekor 328.117 130.032 410.556 1.222.282 Kelimpahan populasi terbesar seperti terlihat pada Tabel 10 di atas adalah pada lokasi Pulau Bandang dengan dugaan kelimpahan populasi 1.222.282 ekor dengan nilai densitas dan luasan habitat yang juga lebih besar dibandingkan dengan lokasi penelitian lainnya. Sedangkan dugaan kelimpahan populasi terendah ikan Banggai Cardinal berada pada lokasi penelitian Mbato mbato yang merupakan lokasi terdekat dengan pusat aktifitas penduduk Pulau Banggai. Adapun pada lokasi Tolokibit, walaupun nilai densitas paling rendah dibandingkan dengan lokasi penelitian lainnya memiliki dugaan kelimpahan populasi lebih besar dibandingkan dengan lokasi penelitian Bone Baru dan Mbato mbato, dikarenakan luasan habitat pada lokasi penelitian Tolokibit lebih besar dibandingkan lokasi penelitian Bone Baru dan Mbato mbato.

4.2.4 Mortalitas Alami