Komunitas Ikan Karang Kondisi Umum Lokasi Penelitian .1 Parameter Fisika-Kimia Perairan

karang merupakan komponen yang paling dominan menutupi substrat dasar di stasiun ini. Kondisi terumbu karang juga paling tinggi dibanding stasiun lainnya dengan persentase penutupan sebesar 88,67. Menurut English et al 1997 dengan total penutupan 88,67 tersebut kondisi terumbu karang di stasiun penelitian Pulau Bandang termasuk dalam kategori sangat baik. Dari 6 bentuk pertumbuhan yang tercatat, Coral Branching CB terutama dari genera Porites dan Montipora sangat mendominasi bentuk pertumbuhan lainnya. Coral Branching CB memiliki persentase penutupan mencapai 69,67. Berasosiasi diantaranya adalah karang dengan bentuk pertumbuhan Coral Foliose CF yang memiliki penutupan sebesar 11,67. Bentuk pertumbuhan karang lainnya yang tercatat adalah Acropora Branching ACB, Coral Encrusting CE, Coral Mashroom CMR dan Coral Submassive CS, masing-masing memiliki persentase penutupan kurang dari 5. Komponen karang mati tercatat sebesar 1,67. Kematian karang umumnya terjadi pada lokasi karang yang cukup dalam, yaitu sekitar 10 – 20 meter. Kematian karang terutama disebabkan oleh blast fishing, sementara pada rataan terumbu, termasuk stasiun penelitian, kematian karang umumnya disebabkan oleh predasi Acanthaster planci. Komponen abiotik dengan proporsi yang seimbang antara pasir dan patahan karang memiliki persentase penutupan sebesar 4,83. Begitu juga komponen fauna lain yang terdiri dari kelompok Echinoide dan Asteroidea memiliki persentase penutupan sebesar 4,83.

4.1.3 Komunitas Ikan Karang

Ikan karang merupakan biota laut dominan yang berasosiasi di dalam ekoitem terumbu karang. Keanekaragaman ikan karang dalam tingkat komunitas diasumsikan sebagai akibat dari adanya keanekaragaman hayati karang, keragaman makanan, habitat, relung, dan interaksi antar spesies dan distribusi dari jumlah masing-masing populasi ikan itu sendiri Nybakken 1993. Berdasarkan survei yang dilakukan BAKOSURTANAL pada tahun 2006 telah teridentifikasi 344 jenis dan 129 marga ikan karang dari 45 suku di perairan Kabupaten Banggai kepulauan secara keseluruhan. Secara spesifik di lokasi penangkapan Banggai Cardinal Fish Pterapogon kauderni Pulau Banggai dan Pulau Bandang tercatat sedikitnya 56 jenis dari 17 suku ikan karang yang tersebar di 4 stasiun penelitian. Struktur komunitas ikan karang sangat dipengaruhi oleh lingkungan di mana mereka hidup membentuk assosiasi yang kuat, di mana kualitas badan air maupun variasi habitat atau substrat sangat mendukung keberlangsungan hidup komunitas. Komunitas dibangun oleh populasi. Populasi memiliki struktur yang dicirikan oleh dominasi dan kemerataan ukuran populasi dalam komunitasnya. Lingkungan hidup yang menyenangkan biasanya ditandai oleh keanekaragaman tinggi, karena populasi dapat tumbuh dan berkembang secara bersama-sama, sehingga tidak ada populasi yang mendominasi dan adanya variasi habitat atau substrat membentuk kemerataan di antara populasi. Sebaliknya lingkungan yang tercemar ditandai oleh adanya dominasi dari satu atau beberapa populasi yang mampu bertahan hidup dan dalam perkembangannya kemudian membangun komunitas dengan sifat kemerataan populasi yang rendah. Nilai peubah variabel dari dominasi dan kemerataan dapat dinisbahkan pada hasil akhir keanekaragaman yang signifikan secara statistik, oleh karena itu indeks keanekaragaman Shannon Weaver bervariasi antara lokasi mulai dari tingkat rendah sampai sangat tinggi tergantung pada kondisi lingkungannya. Hasil pengamatan distribusi jenis dan kelimpahan ikan karang pada masing- masing stasiun disajikan pada Tabel 4 berikut. Tabel 4 Komposisi jenis ikan karang pada masing-masing stasiun penelitian Stasiun BCF 1 BCF 2 BCF 3 BCF 4 Total jenis 29 32 33 34 Total individu 398 693 588 552 Total Area Transek m2 150 150 150 150 Kelimpahan indm2 2,65 4,62 3,92 3,68 Σ Family 11 11 10 8 Indeks Keanekaragaman H 2,541 2,846 2,288 2,478 H Maks 3,367 3,466 3,497 3,526 Indeks Keseragaman E 0,755 0,821 0,654 0,703 Indeks Dominansi C 0,132 0,078 0,186 0,144 Berdasarkan hasil pengamatan yang tersaji pada Tabel 4 di atas, kelimpahan ikan paling tinggi adalah di lokasi perairan BCF 2 Mbato mbato. Jika dibandingkan dengan Gambar 10 kondisi penutupan karang di lokasi ini lebih rendah dari lokasi perairan stasiun BCF 3 Tolikibit dan dari lokasi perairan stasiun BCF 4 Pulau Bandang yang diduga karena tekanan terhadap lokasi ini lebih tinggi dari kegiatan masyarakat. Namun lokasi ini tidak didominasi oleh ikan karang yang merupakan target pengambilan nelayan ikan hias, sehingga kelimpahan ikan tetap terjaga dan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan lokasi perairan stasiun BCF 3 Tolikibit dan lokasi perairan stasiun BCF 4 Pulau Bandang yang memiliki persen penutupan karang lebih tinggi. Indeks keanekaragaman H’ masing-masing stasiun penelitian memiliki nilai 2 H’ ≤ 3, sehingga berdasarkan indeks keanekeragaman Shanno Weaver dapat diartikan bahwa keanekaragaman ikan karang pada penelitian ini adalah kategori keanekaragaman sedang. Nilai indeks keseragaman E masing-masing stasiun penelitian bervariasi. Stasiun BCF 1 dan BCF 2 memiliki nilai keseragaman 0,75 E ≤ 1,00 yang dapat diartikan menurut Daget 1976 diacu dalam Allen 2001 bahwa komunitas pada stasiun penelitian BCF 1 dan BCF 2 memiliki kategori komunitas stabil. Sedangkan pada stasiun BCF 3 dan 4 memiliki nilai keseragaman 0,5 E ≤ 0,75 yang dapat diartikan menurut Daget 1976 diacu dalam Allen 2001 bahwa komunitas pada stasiun penelitian BCF 3 dan BCF 4 memiliki kategori komunitas labil. Adapun berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan terhadap indeks dominansi pada semua stasiun penelitian ini termasuk kategori dominansi rendah menurut kategori indeks simpson. Hasil pengamatan terhadap komposisi jenis ikan antara ikan karang family Apogonidae dan non Apogonidae, ikan Banggai Cardinal BCF dengan family Apogonidae lainnya dan total ikan Banggai Cardinal dengan total ikan non Banggai Cardinal pada masing-masing stasiun penelitian disajikan pada Tabel 5, Tabel 6 dan Tabel 7 berikut: Tabel 5 Komposisi jenis ikan family Apogonidae dan non Apogonidae Family Jumlah Individu pada Stasiun BCF 1 Komposisi BCF 2 Komposisi BCF 3 Komposisi BCF 4 Komposisi Apogonidae 112 28,14 160 23,09 73 12,41 181 32,79 Non Apogonidae 286 71,86 533 76,91 515 87,59 371 67,21 Total 398 100,00 693 100,00 588 100,00 552 100,00 Tabel 6 Komposisi jenis ikan Banggai Cardinal BCF terhadap family Apogoniade Family Apogonidae Jumlah Individu pada Stasiun BCF 1 Komposisi BCF 2 Komposisi BCF 3 Komposisi BCF 4 Komposisi BCF 98 87,50 63 39,38 46 63,01 131 72,38 Non BCF 14 12,50 97 60,63 27 36,99 50 27,62 Total 112 100,00 160 100,00 73 100,00 181 100,00 Tabel 7 Komposisi jenis ikan Banggai Cardinal BCF terhadap non Banggai Cardinal BCF Jenis Jumlah Individu pada Stasiun BCF 1 Komposisi BCF 2 Komposisi BCF 3 Komposisi BCF 4 Komposisi BCF 98 24,62 63 9,09 46 7,82 131 23,73 Non BCF 300 75,38 630 90,91 542 92,18 421 76,27 Total 398 100,00 693 100,00 588 100,00 552 100,00 Pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa ikan karang family Apogonidae pada masing-masing stasiun tidak mendominasi dengan komposisi 12,41 sampai dengan 32,79. Komposisi tertinggi ikan karang family Apogonidae terdapat pada stasiun penelitian BCF 4 di Pulau Bandang, sedangkan terendah terdapat pada stasiun penelitian BCF 3 di Tolokibit. Adapun untuk komposisi jenis ikan Banggai Cardinal BCF terhadap family Apogonidae seperti terlihat pada Tabel 6 cukup mendominasi keberadaannya pada masing-masing stasiun penelitian, kecuali pada stasiun penelitian BCF 2 di Mbato mbato yang komposisinya kurang dari 50 dengan nilai 39,38 dibandingkan dengan stasiun lainnya yang komposisinya lebih dari 50. Namun demikian, secara keseluruhan Ikan Banggai Cardinal lebih banyak dibandingkan dengan ikan dari Familly Apogoniadae lainnya. Hal ini dikarenakan selain jenis Ikan Banggai Cardinal, semua ikan dari Family Apogonidae adalah nokturnal, sehingga pada semua stasiun yang dilakukan survey pada waktu pagi sampai sore hari lebih banyak ditemukan ikan Banggai Cardinal dibandingkan dengan ikan dari Family Apogonidae lainnya Lampiran 3. Sedangkan untuk komposisi jenis ikan Banggai Cardinal BCF terhadap total non Banggai Cardinal BCF terendah terdapat pada lokasi penelitian BCF 3 di Tolokibit dengan komposisi dan tertinggi terdapat pada lokasi penelitian BCF 1 di Bone Baru dengan komposisi 24,62, seperti terlihat pada Tabel 7 di atas. Berdasarkan hasil pengamatan yang tersaji pada Tabel 6 dan Tabel 7 di atas, jumlah ikan Banggai Cardinal di lokasi perairan stasiun BCF 1 Bone Baru dan lokasi perairan stasiun BCF 2 Mbato mbato lebih banyak dibandingkan dengan lokasi perairan stasiun BCF 3 Tolokibit, meskipun jika dibandingkan dengan persen penutupan karang pada Gambar 10 lokasi perairan stasiun BCF 3 Tolokibit jauh lebih tinggi dibandingkan lokasi perairan stasiun BCF 1 Bone Baru dan lokasi perairan stasiun BCF 2 Mbato mbato. Berdasarkan pengamatan penelitian hal ini dapat terjadi karena pada kedua lokasi perairan stasiun tersebut terdapat lebih banyak bulu babi dan karang lunak terutama anemon yang merupakan habitat dari Ikan Banggai Cardinal. 4.2 Sumberdaya dan Tangkapan Lestari 4.2.1 Densitas Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, ikan Banggai Cardinal Pterapogon kauderni di masing-masing stasiun penelitian, lokasi Pulau Bandang memiliki densitas ikan yang paling besar dengan nilai perhitungan 0.87 ekorm2, sedangkan densitas ikan terendah terdapat pada lokasi penelitian Tolokibit dengan hasil perhitungan nilai densitas 0,31 ekorm 2 . Sedangkan lokasi penelitian Bone Baru memiliki nilai densitas 0,65 ekorm 2 , serta pada lokasi penelitian Mbato mbato memiliki nilai densitas 0,42 ekorm 2 . Hasil perhitungan densitas ikan Banggai Cardinal Pterapogon kauderni pada masing-masing stasiun penelitian disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Densitas ikan Banggai Cardinal Pterapogon kauderni Parameter Bone Baru BCF 1 Mbato mbato BCF 2 Tolokibit BCF 3 Pulau Bandang BCF 4 Pterapogon kauderni 98 63 46 131 Total Area Transek 150 150 150 150 Densitas ekorm2 0,65 0,42 0,31 0,87

4.2.2 Luasan Habitat

Berdasarkan analisis dengan menggunakan sistem informasi geografi yang dilakukan terhadap penggabungan dan penindihan overlay peta administrasi Kabupaten Banggai Kepulauan dari Biro Pusat Statistik Tahun 2001 dengan peta sumberdaya terumbu karang LAPAN tahun 2006 Gambar 10, diperoleh luasan