Tabel 9 Luasan habitat pada lokasi penelitian
Parameter Bone Baru
BCF 1 Mbato mbato
BCF 2 Tolokibit
BCF 3 Pulau Bandang
BCF 4
Luasan Habitat Terumbu Karang m
2
502.220 309.600 1.338.770
1.339.560
4.2.3 Dugaan Kelimpahan Populasi
Berdasarkan nilai densitas tersebut dan luasan habitat pada masing-masing stasiun penelitian, maka dugaan kelimpahan populasi pada lokasi penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 10 berikut: Tabel 10 Dugaan kelimpahan populasi ikan Banggai Cardinal pada lokasi
penelitian
Parameter Bone Baru
BCF 1 Mbato mbato
BCF 2 Tolokibit
BCF 3 Pulau Bandang
BCF 4
Densitas ekorm
2
0,65 0,42
0,31 0,87
Luasan Habitat m
2
502.220 309.600 1.338.770
1.339.560 Dugaan Populasi ekor
328.117 130.032
410.556 1.222.282
Kelimpahan populasi terbesar seperti terlihat pada Tabel 10 di atas adalah pada lokasi Pulau Bandang dengan dugaan kelimpahan populasi 1.222.282 ekor
dengan nilai densitas dan luasan habitat yang juga lebih besar dibandingkan dengan lokasi penelitian lainnya. Sedangkan dugaan kelimpahan populasi
terendah ikan Banggai Cardinal berada pada lokasi penelitian Mbato mbato yang merupakan lokasi terdekat dengan pusat aktifitas penduduk Pulau
Banggai. Adapun pada lokasi Tolokibit, walaupun nilai densitas paling rendah dibandingkan dengan lokasi penelitian lainnya memiliki dugaan kelimpahan
populasi lebih besar dibandingkan dengan lokasi penelitian Bone Baru dan Mbato mbato, dikarenakan luasan habitat pada lokasi penelitian Tolokibit lebih besar
dibandingkan lokasi penelitian Bone Baru dan Mbato mbato.
4.2.4 Mortalitas Alami
Panjang infinity L∞ ikan Banggai Cardinal yang diperoleh dari fish base
online adalah 8,6 cm sedangkan koefisien pertumbuhan k adalah 0,94 Lampiran
5. Mortalitas alami pada penelitian ini terbesar berada pada lokasi penelitian Pulau Bandang dengan nilai 2,56, dikarenakan suhu perairan lokasi ini lebih
tinggi dibandingkan dengan suhu perairan lokasi penelitian lainnya. Semakin
besar suhu perairan, maka semakin besar nilai mortalitas alami pada jenis yang sama dengan nilai koefisien pertumbuhan k dan panjang infinity
L∞ yang sama. Adapun hasil penghitungan nilai mortalitas alami M pada penelitian ini
disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Nilai mortalitas alami M ikan Banggai Cardinal
Parameter Bone Baru
BCF 1 Mbato mbato
BCF 2 Tolokibit
BCF 3 Pulau Bandang
BCF 4 L∞
8,6 Log L∞
0,93 K
0,94 Log k
-0,03 Suhu
o
C 28,93
30,43 30,43
31,23 Log T
1,46 1,48
1,48 1,49
Log M 0,39
0,40 0,40
0,41 Mortalitas Alami M
2,47 2,53
2,53 2,56
4.2.5 Kuota dan Jumlah Tangkapan
Penentuan kuota ikan Banggai Cardinal pada penelitian ini dihitung dengan formulasi yang dipengaruhi oleh nilai densitas ikan, nilai mortalias alami dan
luasan habitat lokasi penelitian. Hasil perhitungan kuota pada masing-masing lokasi penelitian disajikan pada Tabel 12 berikut:
Tabel 12 Kuota ikan Banggai Cardinal pada lokasi penelitian
Parameter Bone Baru
BCF 1 Mbato mbato
BCF 2 Tolokibit
BCF 3 Pulau Bandang
BCF 4
Densitas ekorm2 0,65
0,42 0,31
0,87 Mortalitas Alami Mth
2,47 2,53
2,53 2,56
Indeks Kuota ekorm
2
0,27 0,18
0,13 0,37
Luasan Habitat m
2
502.220 309.600 1.338.770
1.339.560 Kuota ekorth
133.603 54.201
171.132 515.648
Berdasarkan Tabel 12 diatas terlihat bahwa kuota ikan Banggai Cardinal terendah berada lokasi penelitian Tolokibit dengan nilai indeks kuota 0,13
ekorm
2
, sedangkan indeks kuota tertinggi berada pada lokasi penelitian Pulau Bandang dengan nilai indeks kuota 0,37 ekorm
2
. Adapun jumlah kuota terbesar berada pada lokasi penelitian Pulau Bandang dengan jumlah kuota 515.648
ekortahun, sedangkan jumlah kuota terendah berada pada lokasi Mbato mbato dengan jumlah kuuota 54.201 ekortahun.
Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan penangkap ikan Banggai Cardinal, secara umum permintaan ikan Banggai Cardinal mencapai 21.000 ekor
per bulan dari pengumpul dari Manado dengan masing-masing permintaan maksimum 7000 ekor per bulan atau 252.000 per tahun dari berbagai lokasi
penangkapan dengan tempat pendaratan terpusat di Bone Baru. Dengan demikian, apabila permintaan ikan tersebut dibandingkan dengan jumlah kuota
total lokasi penelitian ini saja, maka bisa dikatakan masih jauh dari kuota yang mampu disediakan oleh alam.
Hasil survey yang dilakukan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan 2008, tangkapan ikan Banggai Cardinal pada
tahun 2008 hingga bulan september mencapai 115.505 ekor. Jumlah tangkapan terendah terjadi pada bulan Maret, yaitu 5.900 ekor atau 5 dari rata-rata
tangkapan Banggai Cardinal secara keseluruhan. Sementara puncak penangkapan pada tahun 2008 terjadi pada bulan Agustus dan September mencapai 20.475 dan
20.735 ekor atau masing-masing mencapai 18 dari rata-rata tangkapan ikan Banggai Cardinal secara keseluruhan. Secara lengkap hasil tangkapan ikan
Banggai Cardinal per bulan yang dilakukan 15 nelayan base Bone Baru pada tahun 2008 tersaji pada Tabel 13, Gambar 11 dan Gambar 12.
Total tangkapan ikan Banggai Cardinal sebanyak 115.505 ekor tidak seluruhnya sampai terjual di tangan pengumpul. Informasi dari nelayan tingkat
kematian atau jumlah ikan Banggai Cardinal yang mati atau ditolak reject sebesar 3.951 atau 3,42, sehingga sisa yang sampai di tangan pengumpul
sebanyak 111.554 ekor atau 96,58. Tabel 13 Jumlah tangkapan ikan Banggai Cardinal pada bulan Januari sampai
dengan September 2008 Ditjen Perikanan Tangkap, DKP 2008
No. Perairan
Jumlah ekor
1 Bone Baru
4.630 4,01
2 Popisi
11.290 9,77
3 T.Setubono
9.380 8,12
4 Tinakin Laut
24.570 21,27
5 Monsongan
12.665 10,96
6 Bobu
17.880 15,48
7 Boniton
17.330 15,00
8 Banggai Mbato mbato
600 0,52
9 P. Bandang
7.190 6,22
10 Gonggong
1.850 1,60
11 Tolokibit
8.120 7,03
Jumlah 115.505
100,00
Gambar 11 Grafik tangkapan ikan Banggai Cardinal nelayan base Bone Baru
tahun 2008 Gambar 12 Jumlah tangkapan ikan Banggai Cardinal berdasarkan daerah
penangkapan tahun 2008
4.3 Pengumpulan dan Distribusi