Status IUCN Ukuran Populasi Pola Pemanfaatan Secara Lestari

larva tidak mampu berenang dan kalaupun dapat hidup pertumbuhannya sangat lambat. Juvenil akan keluar secara normal dalam rentang waktu satu sampai tiga hari. Pada saat juvenil keluar merupakan waktu yang sangat kritis, karena pada saat telah keluar ke perairan, ikan Banggai Cardinal jantan yang lain dapat memakan juvenil tersebut. Proses spawning akan terjadi lagi dalam jangka waktu limar hari atau lebih dan proses tersebut akan terus berulang.

2.3.4 Pengeluaran Juvenil

Setelah keluar dari mulut ikan Banggai Cardinal Jantan, juvenil memiliki ukuran 8 mm. Jumlah juvenil yang keluar dari mulut ikan Banggai Cardinal Jantan berkisar 1 – 50 individu. Setelah keluar, juvenil langsung mencari tempat perlindungan di antara duri bulu babi dari Genus Diadema.

2.4 Status IUCN

Lembaga konservasi dunia IUCN yang menyusun kategori dan kriteria daftar merah Red List cukup mudah untuk dimengerti yang memberikan klasifikasi terhadap suatu spesies yang memiliki risiko tinggi terhadap kepunahan. Tujuan utama pembuatan sistem ini adalah untuk menyediakan kerangka kerja untuk memberikan klasifikasi spesies berdasarkan risiko kepunahannya. Namun demikian, daftar merah hanya focus kepada risiko terhadap taksa, belum mencakup konsep prioritas terhadap ukuran konservasi dan perlindungannya. Status ikan hias jenis Pterapogon kauderni di IUCN saat ini telah masuk dalam daftar merah Red list dengan kategori spesies yang terancam punah endangered species dan telah memenuhi kriteria pada butir B2ab ii, iii, iv, v yaitu cakupan daerah keberadaannya kurang dari 500 km², yang meliputi: a. Keberadaannya tidak lebih dari 5 lokasi. b. Penurunan terus berlangsung, berdasarkan cakupan keberadaan, kualitas habitat, jumlah lokasi atau sub populasi dan jumlah individu dewasa.

2.5 Ukuran Populasi

Menurut Vagelli 2005 berdasarkan hasil survei tahun 2004 total populasi alam ikan hias P.kauderni diduga 2,4 juta ekor, dimana 90 berada di 29 pulau di Kepulauan Banggai Tabel 1 . Berdasarkan survei di tujuh lokasi, sebagian besar lokasi memiliki densitas ikan hias Pterapogon kauderni 200-700 ekorha dengan rata-rata 0,07 ekorm 2 Vagelli 2005. Sedangkan di kawasan lindung teluk kecil di sebelah barat daya Kepulauan Banggai mempunyai densitas 0,25-1,22 ekorm 2 dengan rata-rata 0,63 ± 0,39 ekorm 2 Lunn Moreau 2004.

2.6 Pola Pemanfaatan Secara Lestari

Menurut Marini 1996 Untuk menjaga kestabilan populasi ikan capungan banggai di alam agar tetap lestari, maka pemanfaatan yang dilakukan harus menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Harus diketahui stok alami ikan capungan Banggai di alam. 2. Pengambilan harus disesuaikan dengan kemampuan rekruitmen populasi ikan pemberlakuan kuota. 3. Pengambilan dilakukan dengan cara-cara yang tidak merusak lingkungan atau habitat mereka. 4. Pemberlakuan ukuran minimum bagi ikan yang boleh di perdagangkan, agar memberi kesempatan bagi ikan untuk bereproduksi. 5. Apabila dalam pengambilan ditemukan ikan dengan dengan kondisi gonad yang sudah matang TKG III dan IV serta ikan jantan yang sedang mengerami telur di mulut, maka ikan-ikan dengan kondisi tersebut harus dikembalikan kea lam. 6. Perizinan meliputi penerbitan izin dan perpanjangan izin yang mewajibkan verifikasi, pemantauan di lapangan serta evaluasi. 7. Pemantauan di lapangan perlu dilakukan secara periodic untuk mengetahui stok alami untuk mendukukung informasi dalam penentuan kuota.

2.7 Pengelolaan Ikan Karang Hias melalui Pembatasan Jumlah Tangkapan