Pengelolaan Ikan Banggai Cardinal

Hasil pengamatan terhadap pengumpulan dan distribusi perdagangan ikan Banggai Cardinal di Pulau Banggai, Sulawesi Tengah terlihat tidak efektif baik dari pengumpulan maupun distribusinya. Pengumpulan hasil tangkapan yang dilakukan oleh nelayan Pulau Banggai langsung dilakukan di perahu kapal dan dijemput oleh kapal pengumpul dari Manado untuk diangkut ke penampungan pengumpul di Manado. Untuk itu dapat diusulkan strategi pengelolaan melalui pembangunan penampungan setingkat pengumpul di Pulau Banggai, agar nelayan Pulau Banggai dapat menampung ikan Banggai Cardinal dan ikan hias lainnya dan tidak menangkap hanya berdasarkan permintaan order saja. Distribusi perdagangan ikan hias pada umumnya berkaitan langsung dengan model pengumpulan yang ada pada suatu daerah. Belum adanya sarana penampungan ikan Banggai Cardinal di Pulau Banggai menyebabkan terlalu panjangnya rantai distribusi perdagangannya. Panjangnya rantai distribusi pergadangan menyebabkan rendahnya harga ikan di tingkat nelayan karena adanya penekanan harga dari pengumpul, dimana pengumpul juga ditekan harganya oleh eksportir. Apabila rantai distribusi dapat diperpendek, maka diharapkan nelayan memiliki posisi yang lebih baik dengan harga yang tidak terlalu rendah. Untuk itu diharapkan adanya perhatian dari pihak terkait, termasuk eksportir dan asosaisi ikan hias yang ada untuk dapat memberikan pelatihan dan pemodalan dalam rangka pembangunan sarana penampungan yang baik sehingga harga dan kualitas ikan menjadi lebih baik dengan pengepakan untuk pengiriman yang lebih baik juga. Pengelolaan ikan Banggai Cardinal secara nasional juga dapat dilakukan melalui uji coba introduksi Ikan Banggai Cardinal di perairan Indonesia lainnya yang kondisinya mirip dengan perairan di Kabupaten Banggai Kepulauan. Hal ini dapat dilakukan karena berdasarkan pelepasan ikan Banggai Cardinal secara tidak sengaja oleh para pengumpul ikan hias di perairan Gilimanuk, Bali pada Tahun 1999 sudah menujukkan meningkatnya kelimpahan ikan Banggai Cardinal yang ditandai dengan sudah dapatnya nelayan ikan hias di Bali menangkap ikan ini sejumlah 50 ekor per hari yang dapat diartikan sudah terjadi proses reproduksi. Konservasi spesies untuk ikan Banggai Cardinal juga dapat dilakukan sebagai bagian dari pengelolaannya secara nasional, termasuk penelitian dan pengembangan tentang budidaya ikan Banggai Cardinal. Proses perijinan untuk perdagangan ikan Banggai Cardinal, baik untuk perdagangan domestik maupun perdagangan untuk tujuan ekspor perlu dikelola secara nasional untuk menjaga ketersediaan sumberdaya dan terjaminnya kalangsungan usaha dari tingkat nelayan sampai kepada eksportir. Proses perijinan yang terlalu longgar dapat menyebabkan perdagangan yang tidak terkontrol dan cenderung tidak memikirkan keberlanjutan pemanfaatan. Strategi pengelolaan ikan Banggai Cardinal di Pulau Banggai dan nasional secara ringkas pada penelitian ini disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Strategi dan model pengelolaan ikan Banggai Cardinal di Pulau Banggai, Sulawesi Tengah dan secara nasional. No. Parameter Kondisi saat ini Rekomendasi Pengelolaan 1 Jumlah Tangkapan Pada empat lokasi penelitian di Bone Baru, Mbato mbato, Tolokibit dan Pulau Bandang berdasarkan data hasil tangkapan belum optimum jika dibandingkan jumlah tangkapan kuota yang dihitung pada penelitian ini. Metode penetapan kuota yang digunakan pada penelitian ini dapat dipertimbangkan untuk dapat dipergunakan, karena berdasarkan hasil perhitungan masih jauh dari hasil tangkapan, sehingga dapat dengan mudah untuk dapat diterapkan. 2 Metode Penangkapan Menggunakan alat tangkap Bondre dan Cang dengan metode penangkapan yang kurang memperhatikan lingkungan sekitar daerah pengambilan. Alat tangkap Bondre dan Cang merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan dan direkomendasikan untuk diadakan pelatihan pengoperasian alat tangkap yang baik dan lebih memperhatikan kondisi lingkungan sekitar 3 Pengumpulan dan Distribusi Kurang efektif dan efisien dengan model pengumpulan yang sangat sederhana dan rantai distribusi perdagangan yang terlalu panjang. Diperlukan pembangunan sarana penampungan yang layak di Pulau Banggai agar pengumpulan dan distribusi dapat lebih baik dan efektif 4 Introduksi ke perairan lainnya di Indonesia Telah dilakukan di Bali Diperlukan karena Introduksi merupakan usaha yang baik untuk mengetahui apakah ikan ini hanya bisa hidup di perairan tertentu 5 Konservasi spesies Belum dilakukan Perlu dilakukan diantaranya melalui penelitian dan pengembangan ikan Banggai Cardinal 6 Perijinan Belum adanya pengaturan khusus status yang masih endemik perlu pengelolaan perijinan yang lebih baik dan tidak terlalu longgar seperti ikan hias lainnya

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Jumlah tangkapan lestari kuota di Bone Baru berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan adalah sebesar 133.603 ekor, di Mbato mbato sebesar 54.201 ekor, di Tolokibit sebesar 171.132 ekor dan di Pulau Bandang sebesar 515.648 ekor per tahun. 2. Jika jumlah tangkapan lestari kuota hasil penelitian dibandingkan dengan data hasil tangkapan periode Januari sampai dengan September 2008 pada empat lokasi penelitian baik di Bone Baru, Mbato mbato, Tolokibit maka pemanfaatan ikan belum optimum dan dapat dimanfaatkan melebihi dari hasil tangkapan periode Januari sampai dengan September Tahun 2008. 3. Alat tangkap yang digunakan untuk pengumpulan ikan Banggai Cardinal masih tergolong ramah lingkungan, akan tetapi cara pengoperasian masih berpotensi mengakibatkan kerusakan terumbu karang meskipun dalam skala yang relatif kecil. Sedangkan tata niaga ikan Banggai Cardinal dari nelayan hingga eksportir rantainya masih terlalu panjang sehingga peluang kematian relatif tinggi dan harga di tingkat nelayan menjadi rendah. 4. Kondisi lingkungan perairan masih mendukung bagi pertumbuhan terumbu karang beserta biota asosiasi termasuk ikan Banggai Cardinal untuk tumbuh dan berkembang dengan catatan penangkapan dilakukan dengan kaidah keberlanjutan.

5.2 Saran

Setelah dilakukan penelitian ini terdapat beberapa gagasan yang dapat disarankan, antara lain: 1. Kajian pendugaan stok Kabupaten Banggai Kepulauan secara keseluruhan untuk menentukan kuota pemanfaatan ikan Banggai Cardinal. Hal ini penting mengingat di Kabupaten Banggai Kepulauan terdapat 3 base nelayan penangkap ikan Banggai Cardinal dengan wilayah tangkapan tersebar hampir di seluruh gugusan pulau yang terdapat di Kabupaten Banggai Kepulauan 2. Pengaturan dalam pemanfaatan ikan Banggai Cardinal terutama mengenai zona dan musim penangkapan dengan tujuan pelestarian untuk keberlanjutan sumberdaya yang bersangkutan sangat diperlukan. 3. Pencatatan terhadap jumlah ikan Banggai Cardinal yang ditangkap dan diperdagangkan setiap musim penangkapan perlu disempurnakan dan disosialisasikan kepada nelayan. 4. Pengawasan terhadap aktifitas pemanfaatan ikan Banggai Cardinal pada khususnya dan sumberdaya ikan karang pada umumnya sangat diperlukan. Dalam hal ini Banggai Cardinal Fish Centre bersama-sama dengan dinas terkait dapat berperan lebih optimum. 5. Penelitian tentang proses reproduksi, rekrutmen dan tingkat kebertahanan larva ikan Banggai Cardinal perlu dilakukan agar pengelolaan ikan ini dapat lebih optimal. 6. Perlu pengamatan untuk habitat ikan Banggai Cardinal, yaitu bulu babi dan anemon sehingga dapat menjadi pedoman utama dalam penentuan luasan habitat ikan agar dugaan kelimpahan ikan lebih baik. 7. Perlu kajian lebih mendalam tentang perbedaan keuntungan perdagangan antara nelayan, pengumpul dan eksportir yang dibandingkan dengan biaya operasional dan penanganan pada setiap level. DAFTAR PUSTAKA Allen GR, Steene R, 1996. Indo-Pacific Coral Reff Field Guide. Tropical Reef Research, Ang Mo Kio Industrial Park 2, Singapore, 378 pp Allen GR. 1997. Marine Fishes of South-East Asia ; A Field Guide for Anglers and Divers. Western Australian Museum, Perth. 292 pp Allen GR. 2000. Marine Fishes of South-East Asia. Singapore: Periplus Editions HK Ltd. 292 pp. Allen GR. 2001. Reef Fishes of the Togean and Banggai Islands. pp. 44 –53. In: Allen, G., T. Werner and S. McKenna , eds. A Marine Rapid Assessment of the Togean and Banggai Islands, Sulawesi, Indonesia. RAP Bulletin of Biology Assessment. Conservation International, Washington DC. 20: 75. Ditjen Perikanan Tangkap. 2008. Laporan evaluasi enumerator ikan Banggai Cardinal Tahun 2008. Dufour V. 1997. Pacific Island Countries and The Aquarium Fish Market. Live Reef Fish Information Bulletin 2: 6- 11. Ehrlich PR, Daily GC. 1993. Population Extinction and Saving Biodiversity. Ambio 22, 211-126. English C, Wilkinson C, Baker V. 1997. Survey manual for tropical marine resources 2 nd edition. Townsville. Australian Institut of Marine Science. Friedlander AM, Edward E, Demartini. 2002. Contrasts in density, size, and biomass of reef fishes between the northwestern and the main Hawaiian islands: the effects of fishing down apex predators. Marine Ecology Progress Series Vol. 230: 253 –264. Inter-Research Froese R, Pauly D. 2000. Editors. Fishbase. World Wide Web Electronic Publication. www.fishbase.org [25 September 2008]. Gust N, Choat JH, Cormick MI. 2001. Spatial variability in reef fish distribution, abundance, size and biomass: a multi-scale analysis. Marine Ecology Progress Series Vol. 214: 237 –251. Inter-Research. Harvey E, Fletcher D, Shortis M. 2000. Estimation of reef fish length by divers and by stereo-video A first comparison of the accuracy and precision in the field on living fish under operational conditions. Fisheries Research 57 2002 255 –265. Elsevier. Hodgson G, Ochavillo D. 2005. MAQTRAC marine aquarium trade coral reef monitoring protocol: field manual. Reef Check Foundation. 17575 Pacific Coast Highway. USA Hodgson G, Ochavillo D. 2006. MAQTRAC marine aquarium trade coral reef monitoring protocol: data analysis interpretation manual. Reef Check Foundation. 17575 Pacific Coast Highway. USA