43
tujuan bersama, maka peserta didik akan mengembangkan keterampilan yang akan bermanfaat di kehidupan luar sekolah.
2.1.9 Model Pembelajaran Think Pair Share
2.1.9.1 Pengertian Model Pembelajaran TPS
Model pembelajaran Think Pair Share dikembangkan pertama kali oleh Frank Lyman dari University of Maryland. Model Pembelajaran TPS atau
berfikir berpasangan berbagi merupakan model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik ketika
pembelajaran Trianto, 2011:61. Menurut Lie 2010:57 Model pembelajaran TPS memberi kesempatan setiap peserta didik untuk bekerja
sendiri dalam memecahkan permasalahan, selain itu juga memberikan kesempatan untuk bekerja sama dengan peserta didik lain untuk bertukar
pendapat dalam memecahkan permasalah yang diberikan oleh guru. Model pembelajaran TPS dapat digunakan semua mata pelajaran dan semua
tingkatan usia anak. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan model pembelajaran TPS adalah
model pembelajaran yang dapat mempengaruhi pola interaksi peserta didik dikarenakan dalam model pembelajaran ini individu diberikan kesempatan
untuk bekerjasama dengan peserta didik lainnya. 2.1.9.2
Langkah-langkah Model Pembelajaran TPS Adapun menurut Hamdayana 2014:202 model pembelajaran TPS
terdiri dari lima langkah, dengan tiga langkah utama yang menjadi ciri khas
44
yaitu tahap pendahuluan, think, pair dan share, penghargaan. Adapun
penjelasan dari setiap langkah model TPS sebagai berikut: a.
Tahap pendahuluan Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus
memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran. Guru juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk
setiap tahapan kegiatan. b.
Tahap think berpikir secara individual Proses think pair share dimulai saat guru melakukan demonstrasi untuk
menggali konsepsi awal siswa. Siswa diberi batasan waktu think time oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap
pertanyaan yang diberikan. Dalam penentuannya guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan. c.
Tahap pairs berpasangan peserta didik dikelompokkan secara berpasangan. Peserta didik bekerja
sama dengan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap peserta didik
memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama.
d. Tahap share berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas
Peserta didik mempresentasikan jawaban secara perseorangan atau secara kooperatif didepan kelas.
45
e. Tahap penghargaan
peserta didik mendapatkan penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan jawaban pada
tahap pair dan share, terutama pada saat persentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas.
2.1.9.3 Kelebihan Model Pembelajaran TPS
Adapun kelebihan model pembelajaran TPS menurut Huda 2014:206 sebagai berikut: 1 memungkinkan peserta didik untuk bekerja sendiri dan
bekerja sama dengan orang lain; 2 mengoptimalkan partisipasi peserta didik; 3 memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan
partisipasi mereka kepada orang lain.
2.1.9.4 Kelemahan Model Pembelajaran TPS
Adapun kelemahan model pembelajaran TPS menurut Shoimin 2014:212 sebagai berikut: 1 banyak kelompok yang melapor dan perlu
dimonitori; 2 ide yang muncul lebih sedikit dikarenakan setiap kelompok hanya dua anggota; 3 apabila terjadi perselisihan ketika diskusi tidak ada
penengahnya. 2.1.10
Model Pembelajaran Kooperatif TAI
2.1.10.1 Pengertian Model TAI Menurut Slavin dalam Huda, 2014:200 model pembelajaran
kooperatif TAI merupakan sebuah program pedagogik yang berupaya mengadaptasikan pembelajaran dengan perbedaan individual secara
akademik. Sejalan dengan pendapat Fathurrohman 2015:73 TAI
46
mengarahkan peserta didik untuk bersosialisasi dengan baik, dan ditemukannya pengaruh positif terhadap peserta didik yang terlambat
akademisnya. Tujuan TAI adalah untuk meminimalisasi pengajaran individual yang terbukti kurang efektif, selain itu juga ditujukan untuk
meningkatkan pengetahuan, kemampuan, serta motivasi siswa dengan belajar kelompok Huda, 2014: 200.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran TAI merupakan pembelajaran yang mengkombinasikan
pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran.
Ciri khas model pembelajaran TAI adalah setiap peserta didik secara individual telah belajar mengenai materi pembelajaran yang sudah
dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok dan semua
anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama Fathurrohman, 2015:74.
Menurut Slavin dalam Fathurrohman, 2015:74 mekanisme model pembelajaran kooperatif TAI pada dasarnya memiliki delapan komponen,
yaitu: 1.
Teams kelompok yang dibentuk bersifat heterogen mewakili hasil akademis
dan jenis kelamin.
47
2. Placement test
menempatkan peserta didik dalam kelompok berdasarkan tes awal atau nilai sebelumnya.
3. Teaching group
guru memberikan materi kepada peserta didik dengan memperkenalkan konsep kepada peserta didik menggunakan demonstrasi secara
menyeluruh. 4.
Student creative peserta didik belajar secara individu sebelum berkelompok.
5. Team study
peserta didik mendiskusikan materi dari LKS dalam kelompok. 6.
Whole class units setiap anggota kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
7. Facts test
peserta didik mengerjakan tes akhir secara individu di akhir pembelajaran.
8. Team scores and team recognition
di akhir pembelajaran, skor tiap kelompok dihitung berdasarkan jumlah tugas yang diberikan dan keaktifan masing
–masing kelompok. Skor kelompok diperoleh dengan menghitung rata-rata skor peningkatan
individu. Sedangkan skor peningkatan individu diperoleh dengan menghitung selisih antara skor tes dasar dan skor tes akhir.
48
2.1.10.2 Langkah –langkah Model TAI
Adapun langkah –langkah model pembelajaran kooperatif TAI
Shoimin, 2014:200 yaitu:
1. guru memberikan tes awal kepada siswa
2. guru membentuk kelompok secara heterogen terdiri dari 4-5 siswa.
3. guru memberikan materi secara singkat menjelang pemberian tugas
kelompok 4.
guru menekankan dan memberikan persepsi bahwa keberhasilan setiap siswa individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok
5. peserta didik belajar bersama mengerjakan tugas dari LKS yang
diberikan dalam kelompoknya. Guru juga memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan, dengan dibantu siswa
yang memiliki kemampuan akademis bagus dalam kelompok yang berperan sebagai tutor sebaya.
6. guru memberikan tes–tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa,
misalnya dengan memberikan kuis dan sebagainya 7.
guru memberikan skor pada hasil kerja kelompok dan memberikan “gelar” peenghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara
cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. Misalnya menyebut mereka sebagai ‘kelompok
CEMERLANG”, “kelompok LUAR BIASA”, dan sebagainya. 8.
guru menyajikan kembali materi di akhir bab dengan strategi pemecahan masalah untuk seluruh siswa dikelas.
49
2.1.10.3 Kelebihan Model TAI Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif TAI menurut Slavin
2015:190, antara lain: 1 dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin; 2 sebagian dari waktunya, digunakan
guru untuk mengajar kelompok-kelompok kecil; 3 pengoperasian program yang sederhana, sehingga peserta didik di kelas tiga ke atas dapat
melakukannya.; 4 peserta didik akan termotivasi untuk mempelajari materi yang diberikan dengan cepat dan akurat, sehingga tidak bisa berbuat curang
dan menemukan jalan pintas. 2.1.10.4
Kelemahan Model TAI Kelemahan model pembelajaran TAI menurut Shoimin 2014:202
sebagai berikut: 1 peserta didik yang lemah bergantung pada peserta didik yang pandai; 2 adanya rasa keberatan pada peserat didik yang pandai
karena nilai yang diperoleh ditentukan dari prestasi kelompok; 3 hanya beberapa peserta didik yang pintar dan aktif saja yang bekerja dalam
kelompok; 4 materi yang disampaikan belum sepenuhnya dicapai oleh peserta didik; 5 cara berfikir peserta didik yang memiliki kemampuan
lebih akan terhambat terhadap peesrta didik yang kemampuannya kurang. Dari beberapa kelemahan model pembelajaran TAI, peneliti
meminimalisir terjadinya kelemahan model TAI pada saat pelaksanaannya yaitu dengan memantau dan membimbing secara intensif lagi agar dalam
berkelompok tidak ada yang bergantung pada temannya. Khususnya pada
50
peserta didik yang memiliki kekurangan dalam pembelajaran sehingga guru lebih mengarahkan pada peserta didik untuk berfikir.
2.2 Kajian Empiris