Tinjauan Review Kajian Terdahulu
                                                                                10
seorang  atau  sekelompo k  pelaku  usaha  membuat  pelaku  usaha  lain  “ikut”
dengan caranya, sehingga seolah-olah telah terjadi perjanjian.
14
b. Teori Pembuktian
1 Teori Pembuktian Berdasarkan Undang-undang Positif
Pembuktian  yang hanya  melulu  menggunakan alat  bukti  yang disebutkan oleh  undang-undang.  Dikatakan  secara  positif  karena  didasarkan  pada
undang-undang melulu.  Artinya, jika suatu perbuatan telah terbukti lewat alat-alat  bukti  yang  disebutkan  oleh  undang-undang,  maka  keyakinan
hakim menjadi tidak diperlukan. 2
Teori Pembuktian Berdasarkan Keyakinan Hakim Melulu Teori  ini  berlawanan  dengan  teori  pembuktian  menurut  undang-undang
secara  positif.  Ini  didasari  bahwa  alat  bukti  berupa  pengakuan terdakwapun  tidak  selalu  membuktikan  kebenaran.  Pengakuan  dari
terdakwa  kadang-kadang  tidak  menjamin  terdakwa  telah  benar-benar melakukan  tindakan  yang  telah  didakwakan.  Oleh  karen  itu  diperlukan
keyakinan  hakim  sendiri.  Dengan  sistem  ini,  pemidanaan  dimungkinkan tanpa didasarkan kepada alat-alat bukti dalam undang-undang.
3 Teori Pembuktian Berdasarkan Keyakinan Hakim Dengan Alasan Logis
14
Mustafa  Kamal  Rokan,Hukum  Persaingan  Usaha;  Teori  dan  Praktiknya  Di  Indonesia,  h. 87-87.
11
Sebagai  jalan  tengah,  muncul  sistem  atau  teori  yang  disebut  pembuktian yang  berdasarkan  keyakinan  hakim  sampai  batas  tertentu.  Menurut  teori
ini,  hakim  dapat  memutusakn  seseorang  bersalah  berdasarkan keyakinannya, keyakinan yang didasarkan kepada dasar-dasar pembuktian
disertai  dengan  suatu  kesimpulan  yang  berlandaskan  kepada  peraturan- peraturan pembuktian tertentu.
4 Teori Pembuktian Berdasarkan Undang-undang Negatif
Dalam  sistem  atau  teori  pembuktian  undang-undang  secara  negatif  ini, pemidaan  didasarkan  kepada  pembuktian  berganda  yaitu  pada  peraturan
perundang-undangan dan keyakinan hakim, dan menurut  undang-undang, dasar  keyakinan  itu  bersumber  pada  peraturan  udang-undang.  Dalm
KUHAP pasal 183 disebutkan: “Hakim  tidak  boleh  menjatuhkan  pidana  kepada  seseorang,
kecuali  apabila  dengan  sekurang-kurangnya  dua  alat  bukti  yang  sah  ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindakan pidana benar-benar terjadi
dan terdakwalah yang bersalah melakukannya. ”
Dari  kalimat  tersebut  nyata  bahwa  pembuktian  harus  didasarkan  kepada undang-undang  KUHAP,  yaitu  alat  bukti  yang  sah  tersebut  dalam  KUHAP  pasal
184,  disertai  dengan  keyakinan  hakim  yang  diperloeh  dari  keyakinan  tersebut. sehingga artinya KUHAP menganut sistem atau teori pembuktian secara negatif.
15
15
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h. 251-256.