Pembuktian perjanjian kartel semen di Indonesia

66

C. Metode pembuktian yang digunakan KPPU.

Karakter yang ada dalam proses pembuktian di KPPU termasuk kedalam teori pembuktian berdasarkan undang-undang yang negatif hal tersebut diperjelas dengan ketentuan dalam Pasal 42 UU No. 5 Tahun 1999 tentang alat bukti. 7 Dalam pasal 42 tersebut, disebutkan bahwa alat bukti yang digunakan adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat dan atau dokumen, petunjuk dan keterangan pelaku usaha. Dari uraian sebelumnya sudah dijelaskan bahwa KPPU menemukan bukti surat dan atau dokumen absensi pertemuan dari para terlapor yang tergabung dalam ASI dimana di sana dimungkinan terjadinya perjanjian kartel. Tetapi, bukti tersebut masih belum cukup dalam membuktikan telah terjadi perjanjian kartel. KPPU masih perlu membuktikan bahwa apakah telah terjadi perjanjian kartel dengan melihat petunjuk dengan melihat harga paralel price parallelism, harga yang eksesif excessive price, pengaturan produksi dan pemasaran, dan keuntungan yang eksesif excessive profit, yang mana merupakan efek ke pasar komoditas semen apabila telah terjadi perjanjian kartel. Ternyata menurut Majelis Komisi setelah menilai bukti yang ada, tidak cukup membuktikan telah terjadi kartel. Keputusan yang diambil oleh majelis komisi ini merupakan keputusan yang tepat dilakukan, sebab dengan tidak ditemukan dua alat bukti yang sah dan meyakinkan telah terjadi tindakan kartel, berdasarkan teori 7 Sukarmi, Pembuktian Kartel Dalam Hukum Persaingan Usaha, Jurnal Persaingan Usaha, Edisi 6, 2011, h. 131. 67 pembuktian undang-undang secara negatif yang dianut Indonesia, tidak bisa menetapkan seseorang bersalah. 68 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari segala pemaparan diatas penulis menyimpulkan, bahwa keputusan yang diambil oleh majelis komisi yang memutuskan para terlapor, tidak terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan kartel. merupakan keputusan yang tepat dilakukan, sebab dengan tidak ditemukan dua alat bukti yang sah dan meyakinkan telah terjadi tindakan kartel, berdasarkan teori pembuktian undang-undang secara negatif yang dianut Indonesia, tidak bisa menetapkan seseorang bersalah. Akan tetapi, keputusan KPPU memiliki kerancuan, karena disaat KPPU memutuskan bahwa para pelaku usaha industri semen yang tergabung dalam Asosiasi Semen Indonesia tidak bersalah, dilain pihak KPPU merekomendasikan kepada Pemerintah untuk membubarkan ASI dengan alasan dapat memfasilitasi terjadinya kartel. Ini seakan mencerminkan sesungguhnya KPPU masih menduga bahwa telah terjadi Kartel yang dilakukan oleh ASI akan tetapi KPPU tidak berhasil menemukan buktinya, sehingga menimbulkan kesan bahwa KPPU kurang kuat atau cenderung lemah dalam menegakan hukum persaingan usaha khususnya mengenai kartel.