32
Kartel merupakan salah satu strategi yang digunakan para pelaku usaha untuk mempengaruhi harga suatu komoditas tertentu dengan cara mengatur jumlah
produksinya. Asumsinya, jika mereka mengurangi jumlah produksinya sedangkan permintaan pasar tetap maka akan berakibat pada naiknya harga ketingkat yang lebih
tinggi, tetapi sebaliknya, apabila jumlah produknya berlimpah dipasar maka harga akan turun.
28
Agar harga pasaran produksinya tidak terlalu jatuh dan tetap dapat bisa memberikan keuntungan sebanyak-banyaknya, para pelaku usaha biasanya membuat
suatu perjanjian diantaranya untuk mengatur mengenai jumlah produksi yang ada di pasar sehingga harga dapat dijaga untuk tidak terlalu murah.
29
Biasanya perjanjian kartel tesebut dipraktikan dalam asosiasi dagang, yang mana dalam asosiasi dagang
tersebut para pelaku usaha anggotanya akan mudah untuk menyusun standarisasi dan juga sekaligus melakukan pengaturan harga yang dapat menghambat persaingan
usaha sehat.
30
Kartel memiliki beberapa karakteristik yaitu, pertama, terdapat konspirasi antar pelaku usaha. Kedua, melakukan penetapan harga. Ketiga, agar penetapan harga
dapat efektif, maka dilakukan pula alokasi terhadap konsumen, produksi atau wilayah
28
Andi Fahmi Lubis, Dkk, Hukum Persaingan Usaha: AntaraTeksdanKonteks, Jakarta: GTZ, 2009, h. 106.
29
Ibid, h.107.
30
Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha; Teori dan Praktiknya Di Indonesia, h. 117.
33
pemasaran. Keempat, adanya perbedaan kepentingan misalnya karena perbedaan biaya.
31
Karena kartel biasanya berujung pada penetapan harga, struktur pasar dapat juga mempengaruhi terjadinya penetapan harga harga tersebut. Herbert Hoverkamp
menjelaskan mengenai karakteristik pasar dan faktor-faktor yang mendukung terjadinya price fixing, yaitu:
a. Market concentration
Tingkat konsentrasi pasar dimana hanya terdapat sejumlah kecil perusahaan sejenis dan kesamaan kondisi dari masing-masing pelaku
usaha, akan memperbesar kemungkinan terjadinya price fixing b.
Barrier to entry Hambatan masuk yang besar menyebabkan sulitnya pesaing untuk
masuk sehingga barang subtitusi tidak tersedia di pasar. Dalam kondisi ini, pemain lama dalam di pasar bersangkutan incumbent
berkemungkinan besar melakukan kolusi dengan perusahaan lain untuk menetapkan harga
c. Sales method
Metode penjualan
melalui proses
pelelangan, memperbesar
kemungkinan untuk timbulnya price fixing dikalangan pelaku usaha d.
Product Homogenity
31
Andi Fahmi Lubis, Dkk, Hukum Persaingan Usaha: Antara Teks dan Konteks , h. 107.
34
Homogenitas produk atau kesamaan produk yang tersedia dipasar akan memudahkan pelaku usaha untuk melakukan price fixing.
e. Facilitation device
Sarana yang dapat memfasilitasi terjadinya price fixing seperti standarisasi produk, integrasi vertical, pengaturan harga penjualan oleh
para pengecer dan pengumuman harga secara eksplisit atau implisit serta pengiriman harga pola dasar. Selain itu, sarana dalam asosiasi
dagang yang menaungi kepentingan pelaku usaha juga dapat dijadikan fasilitas bagi pelaku usaha untuk melakukan perjanjian penetapan
harga.
32
Kesuksesan dari kartel tergantung pada jenis industri, caranya beroperasi dimana faktor utama penentunya tergantung pada kerjasama diantara pesaing itu
sendiri. Semakin banyak jumlah pelaku usaha pesaing yang ikut dalam kerjasama kartel itu, maka control atau pengawasan yang dilakukan akan semakin sulit.
33
2. Akibat Kartel
Kartel dapat memberikan kerugian bagi perekonomian suatu negara sebagai contoh misalnya dapat mengakibatkan terjadinya inefisinsi alokasi, inefisiensi
produksi, menghambat inovasi dan penemuan teknologi baru, menghambat masuknya
32
A.M. Tri Anggraini, Perspektif Perjanjian Penetapan Harga Menurut Hukum Persaingan Usaha Dalam Masalah-Masalah Hukum Kontemporer, Dalam Masalah-Masalah Hukum Ekonomi
Kontemporer,editor Ridwan Khairandy, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006, h, 262-264.
33
Marshall Sumantri, Dugaan Praktek Kartel yang dilakukan penyedia jasa telepon selular dalam penetapan tariff SMS Short Message Service ditinjau dari Hukum Persaingan Usaha Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2009, h. 32.
35
investor baru, serta menyebabkan kondisi perekonomian negara tidak kondusif dan kurang kompetitif dibandingkan negara-negara lain yang menerapkan sistem
persaingan usaha yang sehat.
34
Kerugian atas kartel juga dapat dirasakan konsumen, karena konsumen harus membayar harga atas barang dan atau jasa lebih mahal dari pada harga pasar.
Disamping itu juga terbatasnya barang dan atau jasa yang diproduksi, baik dari sisi jumlah maupun mutunya, dan yang terakhir adalah terbatasnya pilihan Pelaku
Usaha.
35
Akibat lain yang ditimbulkan kartel adalah terciptanya praktek monopoli oleh pelaku kartel sehingga secara perekonomian makro mengakibatkan inefisiensi
pengalokasian sumber daya yang dicerminkan dengan timbulnya deadweight loss. Dari sisi konsumen, konsumen akan kehilangan hak atas pilihan harga, kualitas
barang yang bersaing dan layanan purna jual yang baik.
36
3. Pelarangan Kartel
Usaha melarang tindakan dari kartel ini mulai dikenal lewat Section 1 Sherman Act yang berbunyi;
Every contract, combination in the form of trust or otherwise, or conspiracy in restrain of trade or commerce among the several states, or with
foreign nations, is hereby declared to be illegal. Every person who shall make any contract or engage in any combination or conspiracy hereby declared to be
illegal shall be deemed guilty of a felony.
34
Jurnal edisi 4 2010, h. 41.
35
Ibid, h. 41.
36
Didik J. Rachbini, Cartel and Merger In Control In Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis,volume 19 mei-juni 2002, h. 11-12 4.Khemani R Shyam.
36
setiap perjanjian, persekutuan dalam bentuk trust atau yang lainnya, atau konspirasi dalam penguasaan perdagangan diantara beberapa pihak, dengan negara-
negara lain, dengan ini dinyatakan illegal. Setiap orang yang melakukan perjanjian atau kombinasi atau konspirasi yang telah dinyatakan illegal dianggap bersalah atas
kejahatan serius; Pen Di Amerika Serikat kartel, sebagaimana price fixing, dianggap sebagai naked
restraint penguasaan pasar secara nyataterang-terangan;pen yang bertujuan tunggal untuk mempengaruhi tingkat harga dan output. Oleh karena itu wajar Sherman Act
memperlakukan kartel sebagai Per Se illegal, demikian juga dengan Australia dan Uni Eropa. Alasannya menurut mereka, kartel tidak menghasilkan efisiensi sama
sekali atau efesiensi yang didapat tidak sebanding dengan dampak negatifnya.
37
Sedang Indonesia sejak tahun 1999 menerapkan melakukan pelarangan terhadap kartel sebagaimana dalampasal 11 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dijelaskan mengenai kartel yaitu;
“Pelaku Usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya, yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur
produksi danatau pemasaran suatu barang danatau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli danatau persaingan usaha yang
tidak sehat.
38
37
Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004, h. 56.
38
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
37
Dalam pasal diatas dapat dipahami bahwa pelarangan kartel di Indonesia sedikit berbeda dengan yang dilakukan dengan sebagaimana yang dianut oleh
sebagian negara-negara Barat, Indonesia merumuskan pelarangan kartel dengan rumusan rule of reason yang mana dalam membuktikan kartel yang dilarang, harus
diperiksa alasan-alasan para pelaku usaha apakah kartel yang dilakukan mereka dapat diterima reasonable restraint atau tidak.
39
Dalam Islam pada prinsipnya apabila kita melakukan mu’amalah selain objek
mu’amalah yaitu barang danatau jasa yang harus diperhatikan kehalalannya, aspek mengenai metode ber-
mu’amalah juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Ini didasari oleh ayat-
ayat Al Qur‟an sebagai berikut; ۡعت ۡ ت أ ۡث ۡۡٱب سا ٱ ٰ ۡ أ ۡ اقي ف ا كۡأت ا حۡٱ ى إ ٓا ب ا ۡدت طٰ ۡٱب ۡيب ٰ ۡ أ ا ٓ كۡأت َ
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan janganlah kamu membawa urusan harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu mengetahui
40
” Selain ayat di atas Allah SWT juga berfirman;
اك َٱ إ ۚۡ سف أ ا ٓ تۡقت َ ۚۡ ضا ت ع ً ٰجت ت أ َٓإ طٰ ۡٱب ۡيب ٰ ۡ أ ا ٓ كۡأت َ ا اء ي ٱا يأٰٓي ا يح ۡ ب
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
39
Pedoman pasal 11, h. 24
40
Q.S. Al Baqarah, 188.