Pembatasan Masalah Rumusan Masalah

8 permasalahan Kartel dengan membandingkan kepada Amerika Serikat yang menggunakan pendekatan per se illegal dalam konstruksi norma mengenai kartel. Setelah itu terdapat skripsi berjudul Pembuktian Praktik Kartel Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Dalam Kasus-Kasus Kartel Di Indonesia , Ananta Aji Guna, 2010, Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Penilitian ini juga membahas tentang kartel, penelitian ini lebih ditekankan kepada hukum pembuktiannya sehingga muncul istilah direct evidence dan circumstansial evidence. Perbedaan mendasar kedua studi tersebut dengan apa yang akan penulis bahas adalah karena penulis melakukan analisis terhadap suatu kasus kartel dengan menggunakan pendekatan pembuktian Kartel setelah dikeluarkannya Perkom nomor 4 tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan pasal 11 tentang Kartel berdasarkan Undang-undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, yang mana kedua studi sebelumnya belum menyentuhnya.

E. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

Beberapa teori yang akan digunakan dalam penilitian ini adalah sebagai berikut: a. Teori Ikatan dalam Hukum persaingan Usaha 9 Dalam perjanjian dalam hukum antimonopoli adalah ikatan. 13 Yang menjadi pertanyaan adalah kapan suatu ikatan berlaku secara hukum. Hal ini dibagi dua, yaitu;Ikatan Hukum Suatu pihak terkait dengan hukum jika perjanjian yang dilakukan mengakibatkan kewajiban hukum.Mengingat Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU maka perjanjian yang menghambat persaingan usaha tidak mengikat menurut hukum karena dapat dibatalkan. Selain ikatan hukum, pasal 1 angka 7 UU No. 1999 juga mencakup ikatan ekonomi. Ikatan ekonomi dihasilkan oleh suatu perjanjian jika ada standar perilaku tertentu yang harus ditaati bukan karena persyaratan hukum, tetapi dalam rangka mencegah kerugian ekonomi. Salah satu contoh adalah menentukan harga dibawah harga pasar. Dengan bahasa yang lebih sederhana, pelaku usaha harus “ikut arus” dengan “permainan” yang telah disepakati jika tidak maka ia akan mengalami kerugian atau “tergilas.” Yang biasa terjadi adalah saling memahami dengan melihat pasar sehingga dalam perjanjian hukum persaingan usaha ada yang disebut dengan “expressagreement” perjanjian yang tegas dan nyata dan “tacit agreement” perjanjian secara diam-diam. Contoh express agreement adalah jika terdapat dan pengakuan telah terjadi kesepakatan antarpelaku usaha, baik secara tertulis maupun tidak. Adapun tacit agreement jika perilaku 13 Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha; Teori dan Praktiknya Di Indonesia, h. 86.