26
Persaingan Usaha Tidak Sehat, baik yang melakukan tuntutan ganti rugi maupun tidak. Terlapor adalah pelaku usaha danatau pihak lain yang diduga
melakukan pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Keterangan terlapor tidak dapat ditarik kembali, kecuali berdasarkan alas an yang kuat dan dapat diterima Majelis Komisi.
13
Alat-alat bukti ini kemudian lebih diperinci lagi oleh KPPU dalam Perkom Nomor 4 tahun 2010 tentang pedoman pasal 11. Beberapa alat bukti untuk
penanganan perkara kartel antara lain: 1.
Dokumen atau rekaman kesepakatan harga, kuota produksi atau pembagian wilayah pemasaran.
2. Dokumen atau rekaman daftar harga price list yang dikeluarkan oleh
pelaku usaha secara individu selama beberapa periode terakhir bisa tahunan atau per semester.
3. Data perkembangan harga, jumlah produksi dan jumlah penjualan di
beberapa wilayah pemasaran selama beberapa periode terakhir bulanan atau tahunan.
4. Data kapasitas produksi.
5. Data laba operasional atau laba usaha dan keuntungan perusahaan
yang saling berkoordinasi.
13
Devi Meyliana, Hukum Persaingan Usaha; Studi Konsep Pembuktian Terhadap Perjanjian Penetapan Harga Dalam Persaingan Usaha, h. 161.
27
6. Hasil analisis pengolahan data yang menunjukkan keuntungan yang
berlebihexcessive profit. 7.
Hasil analisis data concious parallelism terhadap koordinasi harga, kuota produksi atau pembagian wilayah pemasaran.
8. Data laporan keuangan perusahaan untuk masing-masing anggota
yang diduga terlibat selama beberapa periode terakhir. 9.
Data pemegang saham setiap perusahaan yang diduga terlibat beserta perubahannya.
10. Kesaksian dari berbagai pihak atas telah terjadinya komunikasi,
koordinasi danatau pertukaran informasi antar para peserta kartel. 11.
Kesaksian dari pelanggan atau pihak terkait lainnya atas terjadinya perubahan harga yang saling menyelaraskan diantara para penjual
yang diduga terlibat kartel. 12.
Kesaksian dari karyawan atau mantan karyawan perusahaan yang diduga terlibat mengenai terjadinya kebijakan perusahaan yang
diselaraskan dengan kesepakatan dalam kartel. 13.
Dokumen, rekaman danatau kesaksian yang memperkuat adanya faktor pendorong kartel sesuai indikator yang telah dijelaskan pada
perkom.
14
4. Bukti Langsung dan Tidak Langsung
14
Dalam perkom dijelaskan mengenai indikator-indikator ekonomi yang digunakan oleh KPPU untuk menentukan dugaan awal telah terjadinya perilaku kartel, lebih lanjut dapat dibaca di
Perkom
28
Dalam hukum persaingan usaha khusunya mengenai kartel biasanya digunakan dua Metode pembuktian, yaitu pembuktian lewat direct evidence atau
bukti tidak langsung dan pembuktian lewat circumstancial evidence atau bukti situasional atau lebih dikenal indirect evidence atau bukti tidak langsung.
15
Pembuktian langsung adalah pembuktian yang diarahkan pada eksistensi penjanjian dengan membuktikan semua dokumen, notulen atau tempat pertemuan
dari suatu tindakan kartel. Sedangkan pembuktian berdasarkan keadaan atau pembuktian tidak langsung adalah pembuktian berdasarkan kesimpulan yang diambil
dari berbagai tindakan atau kondisi sistematis yang dilakukan oleh para kompetitor komoditas barang atau jasa tertentu yang menunjukkan keyakinan kuat bahwa telah
terjadi koordinasi di antara mereka.
16
Terdapat dua macam tipe pembuktian tidak langsung, meliputi bukti komunikasi dan bukti ekonomi. Dari kedua bukti tersebut, bukti komunikasi atau
fasilitasi lebih penting dibandingkan bukti ekonomi. Bukti komunikasi adalah bukti dimana pelaku kartel bertemu melakukan komunikasi akan tetapi tidak menjelaskan
substansi komunikasi tersebut.
17
Di negara lain, misal Australia, untuk membuktikan eksistensi kesepakatan meeting of the minds yang diharuskan dalam pembuktian adanya perjanjian yang
melanggar hukum persaingan, bukti situasional circumstancial evidence bisa
15
A. Junaidi, “Pembuktian Kartel Dalam UU No. 51999” Kompetisi, 11 2008, h. 9.
16
Ibid, h. 9.
17
Sukarmi, Pembuktian Kartel Dalam Hukum Persaingan Usaha, h. 141.
29
dipakai seperti: petunjuk perbuatan yang paralel, petunjuk tindakan bersama-sama, petunjuk adanya kolusi, petunjuk adanya struktur harga yang serupa dalam kasus
price fixing dan lain sebagainya.
18
Namun bukti ini tidak bisa diterapkan sama rata, sebagai contoh kadangkala peningkatan harga secara paralel merupakan petunjuk adanya pasar yang bersaing
secara ketat highly competitive.
19
Karenanya, di Indonesia sendiri masih terdapat pro kontra dalam menggunakan bukti tidak langsung. Mengingat dalam sistem
hukum beracara baik dalam HIR-RBG atau dalam UU No. 5 Tahun 1999 tidak dikenal dalam alat bukti yang secara eksplisit berbunyi bukti tidak langsung ataupun
bukti ekonomi.
20
Penegakan hukum persaingan selalu berusaha mendapatkan bukti langsung berupa perjanjian dalam kasus kartel, dimana dalam kenyataannya sangat sulit
didapatkan sebagaimana yang sudah diuraikan di bagian terdahulu. Sehingga bukti tidak langsung menjadi sangat penting keberadaannya dalam proses pembuktian
kartel.
21
B. Konsep Kartel Dan Pelarangannya
1. Definisi Kartel
18
Ibid, h. 132.
19
Anna Maria Tri Anggraini, Penggunaan Analisis Ekonomi dalam Mendeteksi Kartel Berdasarkan Hukum Persaingan Usaha, Jurnal Persaingan Usaha, Edisi 4, 2010, h. 43.
20
Sukarmi, Pembuktian Kartel Dalam Hukum Persaingan Usaha, h. 142.
21
Ibid, h. 140.
30
Kartel kadangkala diartikan secara sempit, namun disisi lain juga diartikan secara luas. Dalam arti sempit, kartel adalah sekelompok perusahaan yang
seharusnya saling bersaing, tetapi mereka justru menyetujui satu sama lain untuk ”menetapkan harga” guna meraih keuntungan monopolistis. Sedangkan dalam
pengertian luas, kartel meliputi perjanjian antara para pesaing untuk membagi pasar, mengalokasikan pelanggan, dan menetapkan harga.
22
Dalam Black’s Law Dictionary, Kartel adalah:
“an association of two or more legally independent entities that explicitly agree to coordinate their prices or output for the purpose of increasing their
collective profits ”
23
Y ang diterjemahkan “suatu perkumpulan dari dua atau lebih subjek hukum
yang secara jelas setuju untuk mengatur harga atau jumlah produksinya dengan maksud untuk meningkatkan keuntungan mereka bersama”
Menurut Sukarmi kartel merupakan “kerjasama sejumlah perusahaan yang
bersaing untuk mengkoordinasi kegiatannya sehingga dapat mengendalikan jumlah produksi dan harga suatu barang dan atau jasa untuk memperoleh keuntungan diatas
tingkat keuntungan yang wajar.”
24
Menurut Didik J. Rachbini, Jika para yang bersaing ternyata melakukan koordinasi bersama untuk mengontrol pasar, maka usaha ini disebut sebagai praktek
22
Anna maria Tri Anggraini, ”Penggunaan Analisis Ekonomi Dalam Mendeteksi Kartel Berdasarkan Hukum Persaingan Usaha
”,Jurnal Persaingan Usaha Komisi Pengawas Persaingan Usaha edisi 4 Desember 2010, h. 31.
23
Ganner B.A, Black’s Law Dictionar, St Paul Minn: West Group, 1999, h. 206.
24
Sukarmi, “Pembuktian Kartel Dalam Hukum Persaingan Usaha”, JurnalPersaingan Usaha Komisi Pengawas Persaingan Usaha edisi 6 KPPU Desember 2011, h. 133.