Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusui Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
STATUS GIZI IBU DAN BAYI DITINJAU DARI POLA
MAKAN IBU MENYUSI DAN BAYI YANG
BERKUNJUNG KE PUSKESMAS
POLONIA MEDAN 2008
SKRIPSI
Oleh :
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
KHAIRA RAHAYU 051000646
(2)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul
STATUS GIZI IBU DAN BAYI DITINJAU DARI POLA
MAKAN IBU MENYUSI DAN BAYI YANG
BERKUNJUNG KE PUSKESMAS
POLONIA MEDAN 2008
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh: KHAIRA RAHAYU
051000646
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 16 Januari 2009 dan Dinyatakan Telah
Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Dra. Jumirah, Apt, M.Kes Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si
NIP. 131803342 NIP. 132049786
Penguji II Penguji III
Ir. Etti Sudaryati, MKM Ros Idah Rohna Berutu, SKM, M.Kes
NIP. 131964119 NIP. 140134133
Medan, Januari 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
dr. Ria Masniari Lubis, M.Si NIP. 131124053
(3)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Kebutuhan ibu akan zat gizi selama menyusui lebih tinggi dari pada tahap manapun dalam kehidupan yang diharapkan dapat memenuhi zat gizi dalam ASI, kebutuhan zat gizi untuk memproduksi ASI dan untuk memenuhi kebutuhan ibu sendiri.
Seorang ibu yang menyusui harus memperhatikan pola makan, karena apa yang dimakan pada ibu juga akan mempengaruhi pada bayinya. Jika tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan akan berpengaruh pada produksi ASI, yang akan mengakibatkan kekurangan gizi pada bayi ataupun ibunya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi ibu menyusui dan bayi ditinjau pola makan ibu dan bayi yang berkunjung kepuskesmas Polonia. Penelitian ini bersifat deskriptif dimana populasinya adalah semua ibu menyusui yang mempunyai bayi yang datang berkunjung ke puskesmas polonia. penelitian menunjukkan tingkat konsumsi energi ibu menyusui berada pada kategori sedang yaitu 48,93% dan konsumsi protein ibu menyusui terbanyak berada pada kategori baik yaitu 89,4%. Status gizi ibu menyusui sebagian besar normal yaitu 95,74%. dan status gizi bayi sebagian besar baik yaitu 89,36%.
Disarankan agar dilaksanakan penyuluhan gizi yang berkenaan dengan perlu panambahan variasi menu makanan ibu dan perlu pengontrolan rutin pada status gizi ibu dan bayi.
(4)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Khaira Rahayu
Tempat/ Tgl Lahir : Langsa, 5 Pebruari 1981
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Alamat Rumah : Komp. TNI AU Suwondo H-2 Medan
Alamat Kantor : Puskesmas Medan Polonia
Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 7 Langsa, 1993
2. SMP Negeri 4 Langsa, 1996
3. SMU Negeri 1 Langsa, 1999
4. Akademi Kebidanan Depkes RI Medan, 2003
5.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara, 2009
Riwayat Pekerjaan : 1. Staf Puskesmas Langsa Kota, 2006
(5)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Alhamdullillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Status Gizi Ibu dan Bayi Ditinjau dari Pola Makan Ibu Menyusui dan Bayi yang Berkunjung ke Pukesmas Polonia Medan Tahun 2008” yang merupakan salah satu prasyarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di FKM USU.
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini mungkin masih banyak terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, maka penulis mengahrapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya materi skripsi ini.
Penulis pada kesempatan ini mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan moril maupun materil dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
Penulis menghanturkan terima kasih yang mendalam kepada :
1. Ibu Dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan FKM beserta para staf pengajar yang telah memberikan berbagai pengetahuan dan ilmu kepada penulis selama masa studi di FKM USU Medan.
2. Ibu Jumirah, Apt, Mkes dan Bapak Dr. Ir. Albiner Siagian, Msi yang telah menyediakan waktu membimbing penulis dengan sabar dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak dr. Mhd. Makmur sinaga, Ms selaku dosen penasehat akademik penulis. 4. Ibu Muthia Nimphar selaku Ka Puskesmas Medan Polonia Kecamatan Medan
Polonia yang telah memberi izin bagi penulis untuk melakukan penelitian dan pengumpulan data.
(6)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Penulis menghanturkan terima kasih yang mendalam pula kepada :
1. Ibunda Juniar dan Ayahanda Ahmad Busyra, atas segala limpahan kasih
sayang dan doa untuk penulis selama ini.
2. Saudara-saudaraku : Bang Ari, Adik Aulia,Adik Adi dan Si Bungsu Ina
atas dorongan yang diberikan selama ini
3. Suamiku tercinta Zulfadhli dan ananda Adrian yang telah memotivasi
selama ini.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kita dan semoga dari tulisan ini dapat diambil manfaat. Amin.
Medan, 13 Januari 2009
Penulis
(7)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Daftar Riwayat Hidup ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... viii
Daftar Diagram Pie ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ASI dan Pola Makan Ibu Menyusui ... 5
2.2 Kebutuhan Zat Gizi bagi Ibu Menyusui ... 6
2.3 Kebutuhan Zat Gizi bagi Bayi ... 10
2.4 Penilaian Status Gizi Ibu Menyusui dan Bayi ... 12
2.5. Status Gizi Ibu Ditinjau dari Pola Makan dan Hubunganya dengan Status Gizi Bayi ... 14
2.6. Pengaruh Keadaan Gizi pada Komposisi ASI ... 15
2.7. Status Gizi Berdasarkan Pemanfaatan ASI ... 17
2.8. Jenis Makanan Bayi 0-12 Bulan ... 17
2.9. Kerangka Konsep...21
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 22
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22
3.3. Populasi dan Sampel ... 22
3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 22
3.5. Definisi Operasional ... 23
3.6. Instrumen Penelitian ... 24
3.7. Aspek Pengukuran ... 25
3.8. Pengolahan dan Analisa Data ... 26
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 27
4.2. Karakteristik Ibu Menyusui ... 29
4.3. Karakteristik Bayi ... 31
4.4. Pola Makan Ibu Menyusui ... 32
4.5. Pola Makan Bayi ... 35
4.6. Status Gizi Ibu Menyusui ... 38
(8)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Pola Konsumsi Ibu ... 42 5.2. Pola Konsumsi Bayi ... 47 5.3. Status Gizi Ibu Menyusui dan Bayi ... 47 5.4. Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Ibu Menyusui Dengan Status
Gizi Ibu ... 49 5.5. Distribusi Status Gizi Bayi Berdasarkan Status Gizi Ibu ... 50
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ... 51 6.2. Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
- Daftar Formulir Food Recall - Daftar Formulir Food Frekuensi - Hasil Penelitian
- Surat permohonan Ijin Penelitian
(9)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Medan Polonia ... 28
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku ... 28
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Makan Ibu Menyusui ... 32
Tabel 4.4. Distribusi Pola Makan Bayi Menurut Jenis Makan dan Frekuensi Makan ... 36
Tabel 4.5. Distribusi Energi dan Protein MP-ASI ... 37
Tabel 4.6. Distribusi Status Gizi Ibu Berdasarkan Jumlah Konsumsi Energi Ibu Menyusui ... 38
Tabel 4.7. Distribusi Status Gizi Ibu Berdasarkan Jumlah Konsumsi Protein Ibu Menyusui ... 39
Tabel 4.8. Distribusi Status Gizi Bayi Menurut Kelompok Umur ... 40
Tabel 4.9. Distribusi Status Gizi Bayi Berdasarkan Umur dan
Pola Pemberian ASI ... 40
(10)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1. Distribusi Umur Ibu Menyusui ... 29
Diagram 4.2. Distribusi Suku Ibu Menyusui ... 30
Diagram 4.3. Distribusi Agama Ibu Menyusui ... 30
Diagram 4.4. Distribusi Pekerjaan Kepala Keluarga Responden ... 31
Diagram 4.5. Distribusi Umur Bayi ... 31
Diagram 4.6. Distribusi Jumlah Konsumsi Energi Ibu Menyusui ... 34
Diagram 4.7. Distribusi Jumlah Konsumsi Protein Ibu Menyusui ... 34
Diagram 4.8. Distribusi Makanan Bayi ... 35
Diagram 4.9. Distribusi Status Gizi Ibu Menyusui Berdasarkan Kategori IMT 38 Diagram 4.10. Distribusi Status Gizi Bayi Berdasarkan Indeks BB/U... 39
(11)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber
daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan
kualitas SDM dimulai dari dasar yaitu dengan perhatian utama terhadap proses
tumbuh kembang anak sampai dewasa muda. Untuk itu seorang ibu harus
mempunyai cadangan zat gizi selama hamil dan mengkonsumsi makanan bergizi
selama menyusui (Amanullah, 2001).
Indonesia Sehat 2010 merupakan salah satu agenda pembangunan
nasional dalam rangka mewujudkan kualitas SDM yang sehat, cerdas, produktif,
dan mandiri. Meningkatkan status gizi penduduk merupakan basis SDM yang
berkualitas (Depkes RI, 2002).
Tujuan khusus program pangan dan gizi dalam mencapai Indonesia Sehat
2010 adalah meningkatkan ketersediaan komoditas pangan yang cukup.
Peningkatan ini dilakukan dengan cara penganekaragaman konsumsi pangan
ditingkat rumah tangga dan meningkatkan pelayanan gizi dalam upaya perbaikan
status gizi untuk mencapai hidup sehat (Depkes RI, 2003).
Perkembangan keadaan gizi masyarakat kota Medan dapat dilihat dari
hasil pencatatan dan pelaporan dari profil Propinsi Sumatera Utara, dapat
dijelaskan dari keadaan gizi masyarakat kota Medan yang tercermin dari hasil
penimbangan balita adalah sebagai berikut. Data tahun 2006 dapat dilihat jumlah
(12)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
sebanyak 150,003 dengan rincian yang naik berat badannya sebanyak 116,599%
anak dan balita yang berada di bawah garis merah (BGM) sebanyak 8,675% anak.
Data tersebut menunjukkan bahwa di kota Medan masih banyak balita yang
status gizinya berada di bawah standar.
Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan
hidup bayi guna mencapai tumbuh kembang bayi/anak yang optimal. Sejak lahir
bayi hanya diberikan ASI hingga usia 6 bulan yang disebut dengan ASI eklusif.
Selanjutnya ASI diteruskan hingga berusia 2 tahun dengan penambahan makanan
lunak/padat yang disebut Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang cukup dalam
jumlah maupun mutunya (WHO, 2002).
Ibu menyusui dan bayi adalah termasuk kedalam kelompok masyarakat
yang paling mudah menderita kelainan gizi. pada umumnya kelompok ini
memerlukan zat gizi dalam jumlah yang relatif besar. selama menyusui kebutuhan
zat gizi lebih tinggi. zat gizi diperlukan ibu untuk menghasilkan ASI, melalui ASI
zat-zat gizi yang diperlukan bayi dapat terpenuhi selama beberapa bulan pertama
dalam kehidupannya (Sediaoetama, 2004).
Gizi dan pola makan ibu menyusui di Indonesia biasanya tidak baik,
bahkan sering ibu yang sedang menyusui mendapat gizi dengan mutu yang sama
dengan ibu yang tidak menyusui. oleh sebab itu, kebutuhan gizi ibu yang
menyusui tentu saja menjadi semakin meningkat, kebiasaan menyusui yang
dilakukan oleh ibu-ibu hendaknya perlu diperhatikan karena ASI merupakan
makanan yang paling sempurna, dimana kandungan gizi sesuai kebutuhan untuk
(13)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Produksi ASI meningkat apabila makanan ibu selama menyusui mutunya
baik sesuai dengan kebutuhannya. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan gizi
keluarga yang harus ditekankan pada ibu-ibu menyusui untuk mendapatkan kalori
dan variasi makanan yang cukup sehingga diharapkan pertumbuhan anak akan
terjamin secara normal sampai masa menyusui selesai (Muchtadi, 1996).
Keadaan gizi seseorang berkaitan dengan konsumsi makanan. tingkat
keadaan gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan gizi tercukupi. peranan ASI
dalam peningkatan status gizi sangat penting. ASI dipengaruhi oleh asupan
makanan.
Data awal yang diperoleh di Puskesmas Polonia akhir bulan pada tahun
2007 menunjukkan jumlah ibu menyusui di Puskesmas Polonia berjumlah 72
orang. di kelurahan Anggrung terdapat 3 bayi menderita gizi kurang dan 2 bayi
menderita gizi buruk, sementara itu di kelurahaan Sukadamai ditemukan 5 bayi
menderita gizi kurang, di kelurahan Polonia 7 bayi menderita gizi kurang, 3 bayi
menderita gizi buruk, di kelurahan Sarirejo ditemukan 5 bayi menderita gizi
kurang, dan 1 bayi menderita gizi buruk.
Penyebab masalah gizi ini berkaitan erat dengan pola makan ibu
menyusui, oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk melihat status gizi ibu
dan bayi ditinjau dari pola makan ibu menyusui dan bayinya
Dari latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melihat status gizi
(14)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009 1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:” bagaimana status gizi ibu dan bayi ditinjau
dari pola makan ibu menyusui dan bayi ”.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran status
gizi ibu dan bayi ditinjau dari pola makan ibu menyusui dan bayi yang berkunjung
ke puskesmas Polonia.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui frekuensi makan ibu menyusui.
b. Mengetahui jumlah energi dan protein ibu menyusui.
c. Mengetahui status gizi ibu menyusui.
d. Mengetahui frekuensi makan MP-ASI.
e. Mengetahui jenis makanan bayi.
f. Mengetahui konsumsi energi MP-ASI.
g. Mengetahui konsumsi protein MP-ASI.
h. Mengetahui status gizi bayi.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Memberikan informasi mengenai status gizi ibu dan bayi bagi puskesmas
(15)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
b. Memberikan masukan bagi instansi kesehatan setempat sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan untuk
penanganan gizi agar meningkatkan status ibu menyusui dan bayi yang
(16)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ASI dan Pola Makan Ibu Menyusui
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi.
Menyusui merupakan suatu proses alamiah. Air susu yang pertama (kolostrum)
memiliki nilai gizi dan nilai kesehatan khusus bagi bayi karena mengandung
protein dan vitamin yang larut dalam lemak dan bahan-bahan anti infeksi.
Pemberian air susu pertama ini merupakan imunisasi yang pertama bagi bayi.
Produksi ASI yang cukup dipengaruhi oleh konsumsi makanan ibu
menyusui yang harus dapat memenuhi kebutuhan ganda. selain untuk memenuhi
kebutuhan ibu juga untuk produksi ASI sebagai makanan terbaik bagi bayi baru
lahir karena ASI mengandung gizi yang sesuai untuk menopang bayi(Burn, 2000).
ASI juga mengandung antibodi yang dapat melindungi bayi dari infeksi dan
penyakit tertentu, mudah dicerna dan bayi yang diberi ASI biasanya tidak
sembelit (Stoppard, 1996).
Pola makanan dapat juga diartikan sebagai susunan makanan yang
mencakup jenis dan jumlah makanan yang umum dikonsumsi atau dimakan
penduduk dalam jangka waktu tertentu (Neni, 2006).
Pada waktu menyusui ibu harus makan makanan yang cukup agar mampu
menghasilkan ASI yang cukup bagi bayinya, memulihkan kesehatan setelah
melahirkan dan memenuhi kebutuhan gizi yang meningkat karena kegiatan
sehari-hari yang bertambah. Ibu menyusui memerlukan zat gizi dan minuman lebih
banyak daripada saat hamil, banyaknya makanan ibu menyusui disesuaikan
dengan umur bayi dan kebutuhan gizi ibu (Depkes RI, 2005).
(17)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Prinsip makanan ibu menyusui sama dengan makanan wanita dewasa
hanya jumlah lebih banyak, mutunya lebih baik. Sedangkan syaratnya adalah
sebagai berikut (Soetjiningsih, 1997).
1.Susunan menu harus seimbang.
Pola menu seimbang ini terdiri atas:
a. Makanan sumber zat tenaga yaitu padi-padian, umbi-umbian, dan tepung-
tepungan.
b. Makanan sumber zat pengatur yaitu: sayur-sayuran berwarna hijau
dan buah-buahan.
c. Makanan sumber zat pembangun yaitu: kacang-kacangan, telur, daging,
ikan, susu bubuk, teri, dan tempe.
2. Dianjurkan minum 8-12 gelas/hari.
3. Menghindari makan yang terlalu banyak bumbu, terlalu pedas, dan dingin.
4.. Dianjurkan banyak makan sayuran berwarna (Soetjiningsih, 1997).
2.2. Kebutuhan Zat Gizi Bagi Ibu Menyusui
Kuantitas makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar
dibanding dengan ibu hamil, karena metabolisme meningkat akan tetapi
kualitasnya tetap sama. pada ibu menyusui diharapkan mengkonsumsi makanan
yang bergizi dan berenergi tinggi untuk kebutuhan diri sendiri dan produksi ASI
(Depkes RI, 2003).
Kecukupan gizi ASI juga dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi
ibu. Prinsip makan asal kenyang hendaknya dibuang jauh-jauh. Pertahankanlah
konsumsi makanan bergizi, sehat, beragam dan berimbang. Perbanyaklah
(18)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
kaya protein, kalsium dan zat berkacang-kacangan. daun katuk dipercaya dapat
meningkatkan kekentalan ASI, sehingga kualitas ASI menjadi lebih baik.
Untuk mencukupi jumlah itu ibu harus dapat memenuhi dari kelompok
bahan makanan yang terdiri dari karbohidrat (nasi, roti, produk-produk sereal, mie
dan umbi-umbian), protein hewani maupun nabati (daging, ikan, telur, tahu,
tempe), vitamin dan mineral (sayuran dan buah-buahan) dan lemak.
Makanan bagi ibu menyusui haruslah beragam untuk menjamin konsumsi
yang cukup akan protein ,bermacam vitamin, dan makanan yang mengandung gizi
esensial lainnnya (Perinasia, 1990).
Pada ibu menyusui semua makanan yang dikonsumsi digunakan untuk
aktivitas dan metabolisme dalam tubuh, selain untuk produksi ASI. Keadaan gizi
ibu pada masa sebelum hamil, kenaikan berat badan selama hamil, dan masukan
makanan selama laktasi sangat berpengaruh terhadap produksi dan kualitas ASI.
Kebutuhan zat gizi bagi ibu menyusui :
- Energi
Berdasarkan angka kecukupan gizi menurut Widya Karya Nasional,
pangan dan gizi V tahun 1998, tambahan energi per hari untuk wanita menyusui
pada 6 bulan pertama 700 kalori, pada 6 bulan kedua 500 kalori. penambahan
tersebut ditambahkan dari kebutuhan wanita golongan umur 20-45 tahun yang
tidak sedang hamil/menyusui, yaitu 2200 kalori. Jumlah tersebut dapat dicapai
dengan mengkonsumsi sereal, susu, dan hasil olahan susu. Ibu juga membutuhkan
tambahan karbohidrat untuk menggantikan glukosa yang digunakan untuk
membuat laktosa di ASI. Selama menyusui, serat dibutuhkan 1 gram lebih
(19)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
- Protein
Kebutuhan protein meningkat selama menyusui karena untuk produksi
ASI. Berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998 tambahan
protein untuk ibu menyusui pada 6 bulan pertama 16 gram per hari dan 6 bulan
kedua 12 gram per hari yang ditambahkan dari kebutuhan wanita golongan umur
20-45 tahun yang tidak sedang hamil/menyusui, yaitu 48 gram.
Khusus untuk protein meskipun konsumsi ibu tidak mencukupi, ASI akan
tetap memberikan protein sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh bayi
yang diambil dengan mengorbankan jaringan ibunya (Sediaotema, 1991).
Jika jumlah energi dan protein yang dikonsumsi ibu kurang, maka akan
mempengaruhi volume ASI yang dihasilkan daripada mempengaruhi kualitas
ASI. Namun apabila jumlah protein yang dikonsumsi ibu sangat rendah, maka
akan mengurangi proporsi kasein susu. Ekstra protein bisa didapat dari susu, hasil
olahan susu, telur, daging, ikan, unggas, kacang-kacangan, dan sereal.
Kebutuhan energi dan protein bagi Anak yang tidak mendapatkan gizi
akan mengalami gangguan petumbuhan sehingga menyebabkan terjadinya sel
otak dengan konsekuensi sel yang lebih sedikit. Sebaliknya anak yang
mendapatkan gizi lebih akan memperoleh kalori yang lebih tinggi juga dengan
kata lain, konsumsi yang melebihi kebutuhan akan menyebabkan gizi lebih,
sebaliknya konsumsi gizi yang kurang akan menyebabkan kondisi gizi kurang
atau defisiensi.
Gizi yang dibutuhkan pada saat laktasi hampir sama dengan pada saat
kehamilan. Gizi khusus ibu menyusui selain mengandung semua zat gizi (hidrat
(20)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
dan asam lemak essensial untuk pertumbuhan dan perkembangan otak dan retina
secara optimal. Laktasi dikatakan berhasil bila bayi berkembang dengan baik dan
mempunyai status gizi yang baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak
berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini. Berbagai alasan
ibu-ibu menghentikan pemberian ASI kepada bayi (RSCM, 1989).
Para ahli mengemukakan beberapa sebab terjadinya penurunan
penggunaan ASI antara lain:
a. Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga.
b. Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan teknologi
pembuatan makanan bayi seperti pembuatan tepung makanan bayi, susu
buatan bayi, mendorong ibu untuk mengganti ASI dengan makanan olahan
lain.
c. Para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena tugas.
d. Iklan yang menyesatkan dari berbagai produksi makanan bayi.
Memburuknya gizi anak dapat juga terjadi akibat ketidaktahuan ibu
mengenai tata cara pemberian ASI kepada anaknya. Berbagai aspek kehidupan
kota telah membawa pengaruh terhadap banyak para ibu untuk tidak menyusui
bayinya, padahal makanan pengganti yang bergizi tinggi jauh dari jangkauan
mereka (Syahmien Moehji, 1988).
Keadaan gizi yang buruk sewaktu bayi dalam kandungan maupun setelah
dilahirkan mempunyai pengaruh sangat besar terhadap perkembangan otaknya.
(21)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
yang menyusui serta berperan dalam memilih bahan pangan dan menyajikannya
untuk kepentingan keluarga (Anonim, 2004).
2.3. Kebutuhan Zat Gizi Bagi Bayi
Ada 2 tujuan pengaturan makanan untuk bayi dan anak balita:
1. Memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan hidup, yaitu untuk
pemeliharaan dan pemulihan serta peningkatan kesehatan, pertumbuhan,
perkembangan fisik, dan psikomotor, serta melakukan aktivitas fisik.
2. Untuk mendidik kebiasaan makan yang baik.
Bayi merupakan salah satu kelompok rentan gizi yaitu kelompok
masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, bila suatu masyarakat
terkena kekurangan penyediaaan bahan makanan kebutuhan bayi akan zat-zat gizi
adalah yang paling tinggi, bila dinyatakan dalam satuan berat badan karena bayi
sedang ada dalam periode pertumbuhan yang pesat (Sediaoetama, 2004).
Pengaturan makanan untuk bayi perlu dilakukan karena bayi mempunyai
ciri khas yang membedakannya dari orang dewasa yaitu berada dalan masa
pertumbuhan dan perkembangan.
Makanan untuk bayi haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai dengan umurnya.
b. Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan
makanan yang tersedia setempat, kebiasaan makan dan selera terhadap
makan.
c. Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi, dan
keadaan faali bayi.
(22)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Kebutuhan zat gizi bagi bayi adalah :
- Energi
Kebutuhan energi bayi relatif besar bila dibandingkan dengan orang
dewasa karena pertumbuhannya. Kebutuhan energi sehari anak pada tahun
pertama 100-120 kal/kg BB sehari (Depkes, 2005).
- Protein
Protein dalam tubuh merupakan sumber asam amino essensial yang
diperlukan sebagai zat pembangun. Kebutuhan protein bayi relatif lebih besar bila
dibandingkan dengan orang dewasa. Angka kecukupan protein bergantung pula
pada mutu protein. Semakin baik mutu protein, semakin rendah angka kecukupan
protein. Kecukupan protein yang dianjurkan untuk bayi adalah sebesar 2,5 gr/ kg
BB (Depkes, 2003).
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik dan dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4- 6 bulan pertama, sesudah 6 bulan bayi
memerlukan makanan pelengkap karena kebutuhan gizi bayi meningkat dan tidak
seluruhnya dapat dipenuhi oleh ASI.
Pada umur 5-6 bulan biasanya dimulai makanan padat yang pertama yaitu
makanan lumat seperti bubur susu yang dibuat dari tepung (jagung, beras), susu,
dan gula. Waktu memberikan makanan dapat dipilih yang sesuai, misalnya sekitar
jam 09.00 WIB dengan memperhatikan kira-kira 2 jam sebelumnya tidak
diberikan apapun sehingga bayi dapat menyusui dengan kebutuhannya. Pemberian
bubur 2 kali sehari juga buah-buahan dan telur.
Bayi umur 6-7 bulan dapat dimulai pemberian nasi tim yang lunak dan
(23)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
protein nabati, dan hewani serta sayuran sehingga mengandung zat gizi yang
lengkap.
Bayi umur 8-12 bulan dapat diberikan dengan nasi tim yaitu pada pagi
hari sebagai makanan pagi misalnya pukul 09.00 WIB. Pada siang hari sekitar
pukul 13.00 WIB dan pada sore hari sebagai makanan malam sekitar pukul
17.00-18.00 WIB.
Selama masa bayi, nasi tim harus disaring terlebih dahulu untuk
memudahkan menelannya dan tidak banyak mengandung serat-serat yang dapat
mempersulit pencernaan.
2.4 Penilaian Status Gizi Ibu Menyusui dan Bayi 2.4.1. Penilaian Status Gizi Ibu Menyusui
Penilaian status gizi ibu dilakukan dengan indeks massa tubuh (IMT).
IMT merupakan salah satu cara untuk memantau keadaan gizi (status gizi) bagi
orang dewasa (18 tahun ke atas) dengan IMT akan diketahui apakah status gizi
seseorang tersebut normal, kurang atau lebih.
Hanya digunakan untuk orang dewasa karena mempunyai nilai yang sama
untuk kelompok orang pendek, sedang, atau tinggi dan orang dewasa pada
dasarnya sudah mempunyai komposisi tubuh yang tidak berubah.
Untuk mengetahui nilai IMT perlu diketahui berat badan dan tinggi
badan. IMT adalah hasil bagi berat badan dengan kuadrat tinggi dengan rumus
sebagai berikut:
IMT = berat badan (kg)
(24)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Batas ambang nilai IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan
FAO/WHO. Untuk kepentingan Indonesia batas ambang dimodifikasi berdasarkan
pengalaman klinis dan hasil penelitian di negara berkembang (Depkes, 1990).
Dari hasil modifikasi tersebut ditentukan batas ambang IMT adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.1. Kategori IMT
IMT (kg/m2) Kategori
< 17,0 17,0 – 18,4
Kurus sekali Kurus
18,5 – 25,0 Normal
25,1 – 27,0 > 27,0
Gemuk Gemuk sekali
Sumber : Depkes RI, pedoman kerja tenaga gizi puskesmas,1990
2.4.2. Penilaian status Gizi Bayi
Gopalan (1974), dalam buku Alleyne et.urusal.(1981) menyarankan agar
dalam menentukan keadaan gizi perlu dikumpulkan beberapa data mengenai
tanda-tanda klinis, pemeriksaan biokimia dan pemeriksaaan antropometri, yang
umum digunakan untuk menilai status gizi adalah berat badan menurut umur
(BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB).
Kebaikan pengukuran BB/U adalah:
- Baik untuk mengukur status gizi akut/kronis.
- Berat badan dapat berfluktuasi.
- Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil.
Kelemahan pengukuran BB/U adalah:
(25)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
2.5. Status Gizi Ibu Ditinjau Dari Pola Makan dan Hubungannya dengan Status Gizi Bayi.
Masa hamil dan menyusui menjadi saat penting bagi proses tumbuh
kembang bayi selama dalam kandungan dan setelah dilahirkan. Itu sebabnya
asupan gizi nutrisi yang adekuat harus terpenuhi.
Cara terbaik untuk memastikan status gizi selama masa hamil dan
menyusui adalah memastikan asupan nutrisi yang adekuat, sebelum dan selama
masa reproduksi. Sayangnya hingga saat ini masih cukup banyak ibu hamil dan
menyusui yang kekurangan gizi. Akibatnya, tumbuh-kembang janin dan ketika
sudah lahir pun tidak sesuai dengan potensinya.
Makanan ibu selama menyusui diharapkan dapat memenuhi kebutuhan zat
gizi untuk mencukupi kebutuhan zat gizi dalam ASI serta kebutuhan zat gizi
untuk kesehatan ibu sendiri. Untuk memperoleh kecukupan tersebut setiap ibu
menyusui harus mempunyai kebiasaan makan yang baik, dimana jumlah bahan
makanan, jenis bahan makanan, serta frekuensi makan harus sesuai dengan
anjuran. Dengan demikian ASI yang dihasilkan akan cukup jumlahnya serta
kualitasnya mampu meningkatkan status gizi bayi yang disusuinya dan juga ibu
tersebut (Suheimi, 1994).
Makanan erat hubungannya dengan gizi, karena dari makanan itulah kita
Peroleh zat gizi, zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menjamin
kelangsungan hidup, maka dari itu makanan yang dikonsumsi harus bergizi tinggi,
bersih, dan aman. Makhluk hidup memerlukan makan untuk kelangsungan
hidupnya. Demikian juga halnya dengan manusia. Konsumsi zat gizi yang dapat
(26)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Bila status zat gizi si ibu cukup baik, ASI bisa menyediakan kebutuhan
zat gizi yang baik pula. Sebaliknya, bila asupan zat gizi yang berasal dari
makanan yang dikonsumsi ibu tidak baik, tidak cukup baik pula zat gizi yang
diperoleh bayi itu. (Admin, 2002).
Untuk dapat memenuhi kebutuhan akan tambahan kalori (energi) tersebut,
tentu saja terkait dengan kuantitas dan kualitas asupan makanan. Bila ibu
meyusui, sangat tidak mendapat asupan karbohidrat, sementara cadangan lemak
dalam tubuhya juga telah habis dipergunakan sebagai bahan membuat ASI bagi
anaknya, maka selain akan membuat tubuh si ibu tampak kurus, kulitnya keriput,
produksi hormon terganggu, dan daya tahan tubuhnya menurun hingga
membuatnya kekurangan tenaga. Yang sangat berbahaya, bila ibu yang sedang
menyusui kekurangan protein akan membuat produksi ASI menjadi sedikit
dengan kualitas yang rendah. Hal ini tentu akan mempengaruhi kualitas kesehatan
bahkan tingkat kecerdasan bayinya. Belum lagi lemahnya tingkat kesehatan ibu
yang sedang menyusui akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengasuh dan
merawat bayinya dan hal ini merupakan pertanda buruk bagi kualitas hidup anak.
Kondisi tersebut disebabkan oleh kurangnya asupan makanan bergizi.
Bila untuk ibu yang sedang hamil saja, begitu minim perhatiannya, apalagi
terhadap ibu yang sedang menyusui (Neni, 2005).
2.6. Pengaruh Keadaan Gizi Pada Komposisi ASI
Wanita hamil yang normal mendapat kenaikan berat badan sebesar 10-12
kg selama kehamilannnya.setengah dari angka itu digunakan untuk
mempersiapkan tubuh ibu sehingga mampu membentuk air susu dengan
(27)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
makanan tambahan karena selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran, dimana ASI
merupakan sumber makanan tunggal pertama bagi bayi, jumlah dan kualitasnya
yang dihasilkan harus tetap cukup sesuai dengan kebutuhan bayi.
Berdasarkan penelitian Ismadi, dkk (2002) di Yogyakarta diperoleh
bahwa keadaan gizi ibu berpengaruh terhadap komposisi zat gizi ASI’
Tabel 2.2. Komposisi Zat Gizi ASI Pada Ibu yang Berstatus Gizi Baik dan Gizi Kurang
Komposisi ASI Ibu Gizi Kurang Ibu gizi baik
Protein (gr %) Lemak (gr %)
1,63 2,99
1,73 3,00 Karbohidat (gr %)
Kalori (per 100 ml)
7,13 65,9
7,05 61,2
Sumber : Kumpulan Naskah Simposium Peningkatan Penggunaan ASI (2002)
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ibu
yang memiliki status gizi baik mempunyai komposisi ASI (protein dan lemak)
yang lebih besar dibandingkan dengan ibu yang mengalami gizi kurang. Akan
tetapi ibu yang status gizinya baik mempunyai komposisi ASI (karbohidrat dan
kalori) yang lebih kecil dibandingkan dengan ibu yang mengalami gizi kurang,
sehingga akan mempengaruhi kondisi bayi yang disusuinya.
Menurut Mudjianto (1996) bayi yang lahir dari ibu yang status gizinya
baik selain dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, juga akan memberikan
ASI yang cukup untuk bayinya. ASI merupakan makanan bergizi yang paling
lengkap, aman, higienis dan murah. Itulah sebabnya ASI terbaik untuk bayi. Oleh
karena itu, ibu dalam masa menyusui perlu memperhatikan gizinya agar si ibu
dapat memberi ASI yang cukup bagi bayinya.
Menurut Burn (2000) produksi ASI yang cukup dipengaruhi oleh
(28)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
selain untuk memenuhi kebutuhan ibu juga untuk produksi ASI sebagai makanan
terbaik bagi bayi yang baru lahir karena ASI mengandung gizi yang sesuai untuk
menopang bayi.
Menurut Djaeni (1990) makanan erat hubungannya dengan gizi, karena
dari makanan itulah kita peroleh zat gizi atau zat makanan yang dibutuhkan oleh
tubuh untuk menjamin kelangsungan hidup, maka dari itu makanan yang
dikonsumsi harus bergizi tinggi, bersih dan aman. Setiap makhluk memerlukan
makanan untuk kelangsungan hidupnya. Apalagi untuk ibu menyusui dan hamil
sehingga juga akan mempengaruhi gizi kepada anaknya. Demikian juga halnya
dengan manusia konsumsi zat gizi yang dapat diterima oleh orang berbeda-beda.
2.7. Status Gizi Berdasarkan Pemanfaatan ASI
Anak yang tidak mendapat gizi akan mengalami gangguan pertumbuhan,
sehingga menyebabkan terjadinya sel otak dengan konsekuensi sel yang lebih
sedikit. Sebaliknya anak yang mendapat gizi lebih akan memperoleh kalori yang
lebih tinggi juga dengan kata lain, konsumsi yang melebihi kebutuhan akan
menyebabkan gizi lebih, sebaliknya konsumsi gizi yang kurang menyebabkan
kondisi gizi kurang atau defisiensi.
2.8. Jenis Makanan Bayi 0-12 Bulan. 2.8.1. Air Susu Ibu
ASI merupakan makanan utama yang terbaik untuk bayi, terutama pada
bulan-bulan pertama dengan frekuensi yang dapat diberikan tanpa batasan. ASI
selain mempunyai nilai gizi yang paling tinggi juga merupakan makanan yang
(29)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Komposisi zat gizi yang terkandung dalam ASI adalah lemak, protein,
karbohidrat, mineral dan vitamin. (Krisnatoto dan Rina, 2004).
ASI dibagi menjadi 3 tahap yaitu (Roesli, 2005).
1. Kolostrum
ASI yang pertama keluar dari hari pertama sampai hari ke 4
- Lebih banyak mengandung protein dibanding ASI matang, mengandung zat anti
infeksi 10-17 kali lebih banyak dibanding ASI matang, kadar karbohidrat dan
lemak rendah dibandingkan dengan ASI matang. Volume kolostrum antara
150-300 ml/24 jam.
2. ASI Transisi/Peralihan
- ASI yang keluar sejak hari ke-4/ke-7 sampai hari ke-10/ke 14.
- ASI yang keluar setelah kolostrum sampai belum menjadi ASI matang.
- Kadar protein makin merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin
meninggi.
- Volume semakin meningkat.
3. ASI matang (mature)
ASI yang dikeluarkan pada hari ke-14 dan seharusnya komposisi relatif konstan.
Selama enam bulan pertama kehidupan bayi hendaknya diberikan ASI saja yang
sering disebut ASI eksklusif, yaitu ASI saja tanpa makanan atau cairan lain.
2.8.1.1. Komposisi ASI.
1. Lemak
ASI merupakan susu sapi mengandung lemak cukup tinggi yaitu sekitar 3,5%.
Namun keduanya mempunyi susunan lemak yang berbeda. ASI mengandung
(30)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
2. Karbohidrat.
Peranan karbohidrat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi. laktosa adalah
sumber karbohidrat yang terdapat dalam ASI maupun susu sapi. ASI mengandung
laktosa sekitar 70%, sedangkan dalam susu sapi sekitar 4,4% (Soetjiningsih,
1997).
3. Protein
Kebutuhan protein ASI pada bayi sekitar 1,8 per kilogram berat badan (Krisnatuti
dan Rina, 2002).
4. Mineral
Kandungan mineral dalam ASI lebih kecil dibandingkan dengan kandungan
mineral dalam susu sapi (1:4) (Pudjiaji,2002).
5. Vitamin
Kadar vitamin dalam ASI diperoleh dari asupan makanan ibu yang harus cukup
dan seimbang(Almatiser, 2000).
6.Air
Kira-kira 80% dari ASI terdiri dari air. Air ini berguna untuk melarutkan zat-zat
yang tidak berguna didalam tubuh. Air yang tinggi didalam ASI ini akan
meredakan rangsangan haus bagi bayi (Soetjiningsih, 1997).
2.8.2. Pengganti ASI (PASI).
Pemberian PASI dapat disebabkan oleh masalah pada ibu :
- Jumlah dan mutu ASI kurang memadai sehingga tidak mencukupi.
- Ibu menderita infeksi, luka putting.
(31)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Berdasarkan hal tersebut diatas, makanya bayi harus diberi makanan pengganti
ASI (PASI) berupa susu formula. Untuk mencukupi kebutuhan bayi susu
diberikan sesuai dengan takarannya. Takaran akan bertambah sesuai dengan
bertambahnya umur. Jadwal menyusu dengan susu formula tetap seperti pada bayi
yang diberi ASI (Nadesul, 2005).
Dalam kenyataannya ibu-ibu sekarang menggunakan susu formula bukan
sebagai PASI yang diakibatkan oleh keadaan-keadaan seperti yang diatas, oleh
sebab itu tidak jarang produsen memberikan informasi yang berlebihan dalam
rangka pemasaran susu formula. Apabila hal ini dibiarkan terus berlangsung tidak
tertutup kemungkinanan suatu saat, ibu yang memiliki bayi lebih cenderung
memberikan susu formula bagi bayinya. Daripada memberikan ASI walaupun
produksi ASInya normal yang pada gilirannya akan menghambat keberhasilan
produksi ASI eksklusif (Depkes, 2005).
2.8.3. Makanan Pendamping ASI (MP ASI).
Pola konsumsi makanan ibu mempunyai peran yang sangat penting dalam
memilih jenis makanan yang bergizi seimbang. MP ASI diberikan setelah anak
berusia dari 6 bulan dan berlanjut sampai usia 24 bulan, karena pada masa itu
produksi ASI makin menurun sehingga suplai zat gizi dari ASI tidak lagi
(32)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009 2.9. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian menggambarkan bahwa setiap ibu menyusui
harus mempunyai pola makan yang baik dilihat dari frekuensi makan, jumlah
energi dan protein harus sesuai dengan anjuran. Dari pola makan ibu yang baik
tentunya status gizi ibu juga baik, sehingga ASI yang dihasilkan akan cukup
jumlahnya serta kualitasnya mampu meningkatkan status gizi bayi yang
disusuinya.
Disamping pola makan ibu yang paling utama mempengaruhi status gizi bayi
tersebut, pola makan bayi juga mempengaruhi yaitu selain ASI ditambah juga
dengan MP ASI, dengan demikian status gizi bayi menyusui dipengaruhi oleh
pola makan ibu dan pola makan bayi itu sendiri. Pola Makan Ibu Menyusui
- Frekuensi Makan - Jumlah Energi - Jumlah Protein
Status Gizi Bayi Status Gizi Ibu
Pola Makan Bayi
- Frekuensi Makan MP-ASI
- Jenis Makanan - Konsumsi Energi
MP-ASI
- Konsumsi Protein MP-ASI
(33)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan rancangan cross
sectional untuk melihat gambaran status gizi ibu dan bayi ditinjau dari pola makan
ibu menyusui dan bayi.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
lokasi penelitian adalah di puskesmas Polonia, adapun alasan dalam
pemilihan lokasi karena daerah Polonia termasuk wilayah perkotaan tapi masih
juga ditemukan bayi gizi buruk. penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai
dengan Juni 2008.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu menyusui yang
mempunyai bayi umur 0-12 bulan yang datang berkunjung ke puskesmas Polonia,
jumlah populasi yaitu semua ibu menyusui yang berkunjung kepuskesmas polonia
pada bulan Mei sampai Juni 2008 sebanyak 47 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi.
3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data
1. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dengan
responden ibu menyusui tentang frekuensi makan, jumlah energi dan
protein ibu menyusui serta jenis makanan dan frekuensi pemberian
makanan pada bayi.
(34)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
2. Data sekunder meliputi gambaran umum puskesmas yang diperoleh dari
profil puskesmas.
3.4.2. Cara Pengumpulan Data
a. Data frekuensi makan diperoleh dari wawancara pada ibu dengan
menggunakan formulir food frequency sehingga diperoleh frekuensi
setiap jenis bahan makanan yang dimakan.
b. Data jumlah energi dan protein pada ibu diperoleh dengan cara
melakukan food recall 2x24 jam.
c. Data status gizi bayi diperoleh melalui pengukuran berat badan bayi
dengan menggunakan timbangan dacin dan pengukuran panjang bayi
dengan menggunakan microtoise.
d. Data status gizi ibu diperoleh melalui pengukuran berat badan ibu
dengan menggunakan timbangan dan pengukuran panjang bayi dengan
menggunakan alat pengukur tinggi badan.
e. Data jumlah energi dihitung berdasarkan rata-rata dari total jumlah
konsumsi energi MP-ASI bayi.
f. Data jumlah protein dihitung berdasarkan rata-rata dari total jumlah
konsumsi protein MP-ASI bayi.
3.5. Definisi Operasional
1. Pola makan ibu dan bayi adalah informasi yang memberikan gambaran
meliputi frekuensi dan jumlah makanan yang dimakan setiap hari oleh
(35)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
2. Frekuensi makan adalah yang menyatakan berapa kali setiap jenis
bahan makanan dikonsumsi oleh ibu menyusui, misalnya dalam satu
hari, satu minggu, atau tidak pernah.
3. Jumlah energi dan protein adalah banyaknya masukan energi dan
protein yang dikonsumsi oleh ibu menyusui dalam satu hari.
4. Status gizi ibu menyusui adalah keadaan yang dapat menggambarkan
petunjuk tentang keadaan gizi yang dilihat dengan pengukuran Indeks
Massa Tubuh (IMT).
5. Status gizi bayi adalah kondisi yang dapat memberi petunjuk tentang
keadaan gizi bayi yang dilihat berdasarkan BB/U, TB/U, BB/TB.
6. Jenis makanan adalah berbagai macam dan bahan makanan yang
diberikan pada bayi, sesuai dengan umur bayi.
7. Frekuensi makan adalah berapa kali pemberian dari tiap jenis makanan
yang dikonsumsi bayi dalam satu hari
8. Berat badan bayi dan ibu adalah berat badan yang dinyatakan dalam
kilogram.
9. Panjang bayi adalah panjang badan yang dinyatakan dalam centimeter.
10.Umur bayi adalah usia bayi yang dilihat melalui tanggal lahirnya.
3.6. Instrument Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. formulir food recall 24 jam.
2. formulir food frequency.
3. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
(36)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
5. microtoise.
6. timbangan injak.
3.7. Aspek Pengukuran
1. Pengukuran status gizi ibu menyusui dengan menggunakan indeks massa
tubuh (IMT) . yaitu : IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi badan (m) × Tinggi badan (m)
Untuk menentukan klasifikasi status gizi dilihat dari nilai IMT sebagai
berikut:
Nilai dibawah 17,0 artinya kurus tingkat berat
Nilai 17,0-18,4 artinya kurus tingkat ringan
Nilai 18,5-25,0 artinya normal
Nilai 25,1-27,0 artinya gemuk tingkat ringan
Nilai diatas 27,0 artinya gemuk tingkat berat (Depkes RI, 1995)
2..Pengukuran status gizi bayi menggunakan indikator BB/U.
3. Jumlah energi dan protein pada ibu diperoleh dengan cara melakukan food
recall 24 jam dan dikonversikan menjadi zat gizi dengan menggunakan
DKBM. Kemudian membandingkan jumlah masukan energi dan protein yang
dikonsumsi ibu menyusui dengan perbandingan pencapaian konsumsi zat gizi
individu tersebut terhadap AKG dengan standar menurut Widya Karya Pangan
dan Gizi VI tahun 1998.
Tingkat konsumsi energi (AKG) = konsumsi energi per hari
AKG
x 100%
Klasifikasi tingkat konsumsi dibagi menjadi empat dengan masing - masing
(37)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
- baik : > 100% AKG
- sedang : 80 - 99%
- kurang : 70 – 80%
- defisit : < 70% (Supariasa, 2002)
3.8. Pengolahan dan Analisa Data 3.8.1. Pengolahan Data
a. Editing
Data yang dikumpulkan kemudian diperiksa bila terdapat kesalahan
dalam pengumpulan data segera diperbaiki.
b. Coding
Semua data yang dikumpulkan dan diperiksa dilakukan pengkodean
untuk mempermudah pengolahannya.
c. Tabulating
Untuk mempermudah pengolahan dan analisa data serta pengambilan
kesimpulan maka data ditabulasikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi, dan diagram pie sehingga dapat diperoleh gambaran terhadap
hasil penelitian.
3.8.2. Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan software
Gizicom. Kemudian data yang telah diolah tersebut dianalisis secara deskriptif
(38)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran umum daerah penelitian
4.1.1. Geografi
Puskesmas Polonia berada di kecamatan Medan Polonia tepatnya di
Jalan Polonia Gang puskesmas, dimana dapat dengan mudah dicapai dengan
kendaraan roda 4 dan roda 2. Jarak dari puskesmas dengan pusat pemerintah kota
Medan ± 4 Km.
Kecamatan Medan Polonia terdiri atas 5 kelurahan yang menjadi
wilayah kerja puskesmas polonia.
Secara geografis, puskesmas polonia berbatasan dengan :
- Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Medan Petisah.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Medan Johor.
- Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Medan Baru.
- Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Medan Maimun.
4.1.2. Demografi
Jumlah penduduk Kecamatan Medan Polonia pada tahun 2007 sebesar
40423 jiwa dengan 8888 kepala keluarga yang terdiri dari 19895 orang laki-laki
dan 20528 orang perempuan.
(39)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009 4.1.3. Sosial Ekonomi
Tabel 4.1.Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kecamatan Medan Polonia.
No Mata Pencaharian n %
1 PNS 1902 21,54
2 ABRI 1296 14,67
3 Swasta 1576 17,84
4 Pengusaha 1106 12,52
5 Pensiunan 1143 12,94
6 Buruh 968 10,96
7 Jualan 560 6,34
8 Dll 279 3,15
Jumlah 8830 100,00
Dari tabel 4.1. menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk di
kecamatan Medan Polonia terbanyak adalah PNS sebanyak 1902 orang (21,54%)
dan yang paling sedikit adalah pekerjaan tidak tetap sebanyak 279 orang (3,15%).
4.1.4. Suku
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku
No Suku n %
1 Batak 1732 19,83
2 Jawa 1586 18,16
3 Minang 1230 14,08
4 Mandailing 1203 13,78
5 Cina 1087 12,45
6 Melayu 898 10,28
7 India 491 5,62
8 Aceh 193 2,21
9 Nias 134 1,53
10 Dll 176 2,01
Jumlah 8730 100,00
Sumber : Data Profil Puskesmas Polonia
Dari tabel 4.2. menunjukkan bahwa mayoritas suku penduduk kecamatan
Medan Polonia adalah suku Batak sebanyak 1732 orang (19,83%) dan minoritas
(40)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
4.2. Karakteristik Ibu Menyusui 4.2.1. Umur Ibu Menyusui
Dari diagram 4.1. dapat dilihat bahwa ibu menyusui yang datang
berkunjung ke puskesmas Polonia mayoritas tergolong dalam usia produktif yaitu
dari usia 18-50 tahun. Kelompok umur 26-30 tahun merupakan umur responden
yang tertinggi yang datang berkunjung kepuskesmas Polonia.
Umur Ibu Menyusui
26-30 tahun 19 (40%) 31-35 tahun
14 (30%)
20-25 tahun 5 (11%) 41-45 tahun
1(2%) 36-40 tahun
8(17%)
20-25 tahun 26-30 tahun 31-35 tahun 36-40 tahun 41-45 tahun
Diagram 4.1. Distribusi Umur Ibu Menyusui 4.2.2. Suku Ibu Menyusui
Dari diagram 4.2. dapat dilihat bahwa responden yang datang
berkunjung kepuskesmas Polonia bersifat heterogen baik suku maupun agama.
suku responden terbanyak adalah suku Jawa yaitu 24 orang (51%). dan terendah
(41)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Suku Ibu Menyusui
Jawa 24 (51%) Batak 15
(32%)
India 2 (4%)
Minang 2 (4%) Melayu 4(
9%)
Jawa Minang Melayu Batak India Diagram 4.2. Distribusi Suku Ibu menyusui
4.2.3. Agama Ibu Menyusui
Diagram 4.3. dapat dilihat bahwa hanya ada 3 agama responden yaitu
agama responden yang terbanyak adalah agama islam yaitu 34 orang (73%) dan
terendah adalah agama hindu yaitu 2 orang (4%).
Agama Ibu Menyusui
Islam 34( 73%) Kristen 11 (23%)
Hindu 2 (4%)
Islam Kristen Hindu
(42)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
4.2.4. Pekerjaan Kepala Keluarga
Pada diagram 4.4. dapat dilihat bahwa pekerjaan kepala keluarga
responden yang terbanyak adalah wiraswasta yaitu 25 orang (54%) seperti
karyawan, buruh bangunan, dll, dan yang terendah adalah PNS yaitu 2 orang
(4%).
Pekerjaan KK Ibu Menyusui
Wiraswasta 25 (54%) Jualan 3 (6%)
PNS 2 (4%)
Buruh 17 (36%) Wiraswasta
PNS Buruh Jualan Diagram 4.4. Distribusi Pekerjaan Kepala Keluarga Responden 4.3. Karakteristik Bayi
4.3.1. Umur Bayi
Pada diagram 4.5. dapat dilihat bahwa usia bayi yang berumur 0-6 bulan
berjumlah 27 orang(57%) dan usia 7-12 bulan berjumlah 20 orang(43%).
Umur Bayi
0-6 bulan 27 (57%) 7-12 bulan
20(43%)
0-6 bulan 7-12 bulan Diagram 4.5. Distribusi Umur Bayi.
(43)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
4.4. Pola Makan Ibu Menyusui
4.4.1. Pola Makan Berdasarkan Jenis dan Frekuensi Makan Tabel 4.3. Disribusi Frekuensi Makan Ibu Menyusui.
Jenis bahan makanan yang dikonsumsi terdiri dari makanan pokok,
lauk-pauk,sayur, buah, dan lain-lain. Jenis dan frekuensi makan yang dikonsumsi oleh
ibu menyusui pada penelitian itu dapat dilihat pada tabel berikut :
n % n % n % n %
1.Nasi 47 100,00 0 0 0 0 47 100
2.Roti 20 42,55 13 27,65 14 29,78 47 100
3. Mie 0 0 32 68,1 15 31,91 47 100
4.Singkong 0 0 10 21,27 37 78,72 47 100
5.Jagung 0 0 15 31,91 32 68,1 47 100
1.Ikan Basah 38 80,85 9 19,14 0 0 47 100
2.Ikan Asin 2 4,25 12 25,53 33 70,21 47 100
3.Ikan teri 2 4,25 8 17,02 37 78,72 47 100
4.Telur 5 10,63 22 46,80 20 42,55 47 100
5.Daging Ayam 0 0 2 4,25 45 95,74 47 100
6.Daging Sapi 0 0 0 0 47 100 47 100
1.Tempe 20 42,55 24 51,06 3 6,38 47 100
2.Tahu 10 21,27 30 63,82 7 14,89 47 100
1.Daun Ubi 6 12,76 29 61,70 12 25,53 47 100
2.Kangkung 5 10,63 15 31,91 27 57,44 47 100
3.Bayam 15 31,91 16 34,02 16 34,02 47 100
4.Buncis 9 19,14 13 27,65 25 53,19 47 100
5.Jipang 1 2,12 10 21,27 36 76,59 47 100
6.Wortel 6 12,76 28 59,57 13 27,65 47 100
7.Terong 10 21,27 20 42,55 17 36,17 47 100
1.Pisang 22 46,80 20 42,55 5 10,63 47 100
2.Jeruk 4 8,51 18 38,29 25 53,19 47 100
3.Pepaya 12 25,53 24 51,06 11 23,40 47 100
4.Salak 0 0 17 36,17 30 63,82 47 100
5.Sawo 0 0 8 17,02 39 82,97 47 100
6.Nenas 0 0 5 10,63 42 89,36 47 100
1.Teh Manis 4 8,51 20 42,55 23 48,93 47 100
2.Susu 10 21,27 8 17,02 29 61,70 47 100
3.Krupuk 5 10,63 25 53,19 17 36,17 47 100
4-5x/mgg 1x/2-3 mgg
D.Sayur-sayuran E.Buah-buahan F.lain-lain Jumlah A.Makanan Pokok B.Lauk-pauk Hewani C.Lauk-pauk Nabati
Jenis Makanan Frekuensi Makan
(44)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Pada tabel 4.3. menunjukkan bahwa frekuensi makan setiap bahan
makanan sehari-hari ibu menyusui bervariasi antara >1x/hari, 4-5x/mgg, dan
1x/2-3 mgg.
Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa seluruh ibu menyusui mengkonsumsi
nasi sebagai bahan makanan pokok yang paling utama dengan frekuensi makan >
1x/hari dan jenis makanan pokok terendah yang dikonsumsi adalah roti sebanyak
20 orang (42,55%) . jenis makanan pokok diluar nasi hanya merupakan makanan
tambahan dalam menu sehari-hari.
Pada jenis lauk-pauk, mayoritas ibu mengkonsumsi ikan basah dengan
frekuensi makan >1x/hari sebanyak 38 orang (80,85%). dan yang paling sedikit
yaitu mengkonsumsi ikan asin dan ikan teri dengan frekuensi makan >1x/hari
sebanyak 2 orang (4,25%).
Pada jenis sayuran, mayoritas ibu mengkonsumsi bayam dengan
frekuensi makan >1x hari sebanyak 15 orang (31,91%). dan jenis sayuran yang
paling sedikit dikonsumsi adalah jipang dengan frekuensi makan >1x/hari
sebanyak 1 orang (2,12%).
Pada jenis buah-buahan, mayoritas ibu mengkonsumsi pisang dengan
frekuensi makan >1x/hari sebanyak 22 orang (46,80%) dan yang paling sedikit
yaitu mengkonsumsi jeruk dengan frekuensi makan >1x/hari sebanyak 4 orang
(8,51%).
Pada jenis makanan lainnya, mayoritas ibu mengkonsumsi susu dengan
frekuensi minum 1-3x/minggu sebanyak 29 orang (61,70%) dan yang paling
sedikit yaitu mengkonsumsi krupuk dengan frekuensi makan >1x/hari sebanyak 5
(45)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
4.4.2. Pola Makan Berdasarkan Jumlah Konsumsi Energi Ibu Menyusui
Jumlah makanan pada penelitian ini diukur dengan melihat angka
kecukupan energi dan protein dari makanan yang dikonsumsinya. Jumlah
makanan yang dikonsumsi ibu menyusui dapat dilihat pada diagram 4.6.
Konsumsi Energi Ibu Menyusui
Sedang 23( 48%) Kurang 8( 17%)
Baik 12( 26%) Defisit 4( 9%)
Baik Sedang Kurang Defisit Diagram 4.6. Distribusi Jumlah Konsumsi Energi Ibu Menyusui
Pada diagram 4.6. ditunjukkan bahwa sebagian besar kecukupan energi
ibu menyusui tergolong sedang yaitu 23 orang (48%) sedangkan kecukupan
energi yang defisit 4 orang (9%).
4.4.3. Pola Makan Berdasarkan Jumlah Konsumsi Protein Ibu Menyusui
Konsumsi Protein Ibu Menyusui
Defisit 2 (4%) Kurang 0 (0%)
Sedang 3 (6%)
Baik 42 (90%)
Baik Sedang Kurang Defisit
(46)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Dari diagram 4.7. menunjukkan bahwa konsumsi protein ibu dengan
kategori baik adalah sebanyak 42 orang (90%) dan yang defisit adalah sebanyak 2
orang (4%).
4.5. Pola Makan Bayi 4.5.1.Jenis Makanan Bayi
Pada kelompok umur 0-6 bulan bayi yang mendapat ASI eksklusif
sebanyak 13 orang (48,14%) dan yang mendapatkan ASI non eksklusif sebanyak
14 orang (51,85%), sedangkan pada kelompok umur 7-12 bulan bayi tidak ada
yang hanya mendapatkan ASI eksklusif tetapi juga non eksklusif diberikan yaitu
sebanyak 20 orang (100%).
Pada diagram 4.8 menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI non
eksklusif yaitu 34 orang (72%) sedangkan yang mendapatkan ASI eksklusif saja
sebanyak 13 orang (28%).
Distribusi Makanan Bayi
ASI NON EKSKLUSIF 34
(72%)
ASI EKSKLUSIF 13 (28%)
ASI
ASI + MP ASI Diagram 4.8. Distribusi makanan Bayi
(47)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
4.5.2. Pola Makan Berdasarkan Jenis dan Frekuensi Makan MP-ASI.
Tabel 4.4. Distribusi Pola Makan Bayi Menurut Jenis Makan dan Frekuensi Makan.
n % n % n % n % n %
1.Nasi 5 14,70 8 23,52 2 5,88 19 55,88 34 100
2.Bubur Tepung 3 8,82 16 47,05 5 14,70 10 29,41 34 100
3.Bubur sun 13 38,23 16 47,05 2 5,88 3 8,82 34 100
4.Roti 5 14,70 15 44,11 3 8,82 11 32,35 34 100
5.Bubur Saring 0 0 15 44,11 3 6,38 16 47,05 34 100
1.Daging Ayam 0 0 4 11,76 3 8,82 27 79,41 34 100
2.Telur 0 0 0 0 0 0 34 100 34 100
3.Ikan Basah 6 17,64 7 20,58 1 2,94 20 58,82 34 100
4.Telur 0 0 0 0 1 2,94 33 97,05 34 100
1.Tempe 2 5,88 15 44,11 1 2,94 16 47,05 34 100
2.Tahu 4 11,76 15 44,11 1 2,94 14 41,17 34 100
1.Bayam 13 38,23 15 44,11 2 5,88 4 11,76 34 100
2.Wortel 10 29,41 12 35,29 2 5,88 10 29,41 34 100
1.Pisang 20 58,82 9 26,47 3 8,82 2 5,88 34 100
2.pepaya 13 38,23 16 47,05 1 2,94 4 11,76 34 100
3.Jeruk 1 2,94 14 41,17 7 20,58 12 35,29 34 100
1.susu 2 5,88 15 44,11 6 17,64 11 32,35 34 100
2.Kc.Ijo 3 8,82 16 47,05 3 8,82 12 35,29 34 100
F.Lain-lain Jenis Makanan
>1x/hari
A.Makanan Pokok
B.Lauk-pauk Hewani
C.Lauk-pauk Nabati
Frekuensi Makan (MP-ASI)
< 2x/bln tdk pernah
1-5x/ mgg jumlah
D.Sayur-sayuran
(48)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa paling banyak bayi mengkonsumsi bubur
sun yaitu13 orang (38,23%) dengan frekuensi makan >1x/hari tanpa tambahan
lauk yang lain.
Lauk-pauk hewani yang paling sering dikonsumsi adalah ikan basah
sebanyak 6 orang (17,64%) dengan frekuensi >1x/hari. sedangkan lauk-pauk
nabati yang paling sering dikonsumsi adalah tahu sebanyak 4 orang (11,76%)
dengan frekuensi >1x/hari.
Sayur-sayuran yang paling sering dikonsumsi adalah bayam sebanyak 13
orang (38,23%), dan buah-buahan yang paling sering dikonsumsi adalah pisang
sebanyak 20 orang (58,82%) dengan frekuensi >1x/hari.
Untuk serba-serbi yang paling sering dikonsumsi adalah kacang hijau
sebanyak 3 orang (8,82%) dengan frekuensi >1x/hari.
Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian besar dari ibu
menyusui hanya mengutamakan makanan tambahan daripada ASI. Sejak bayi
mulai diberikan makanan tambahan, frekuensi menyusui menjadi semakin
berkurang. Ibu menyusui mempunyai anggapan bahwa bayi akan kenyang bila
diberikan makanan tambahan daripada ASI. Dari hal tersebut ibu-ibu masih
kurang memahami tentang pentingnya ASI.
4.5.3. Pola Intake Zat Gizi Bayi dari MP-ASI. Tabel 4.5. Distribusi Energi dan Protein MP-ASI.
No Kategori Konsumsi MP-ASI Rata-rata
1 Konsumsi energi 96,50 kal
(49)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Pada tabel 4.5. dapat dilihat bahwa kategori konsumsi energi
berdasarkan rata dari jumlah total konsumsi energi yaitu 96,50 kal dan
rata-rata dari jumlah total konsumsi protein yaitu 1,8 gr.
4.6. Status Gizi Ibu Menyusui
Dari diagram 4.9 dapat dilihat bahwa dari hasil pengukuran yang telah
dilakukan terhadap 47 ibu dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT)
sebagian besar ibu menyusui mempunyai status gizi normal, yaitu terdapat 45
orang (96%) dengan status gizi normal, 2 orang (4%) dengan status gizi kurus.
Status Gizi Ibu Menyusui
Normal 45 (96%) Kurus 2 (4%)
Kurus Normal
Diagram 4.9 Distribusi Status Gizi Ibu Menyusui Berdasarkan Kategori IMT Tabel 4.6. Distribusi Status Gizi Ibu Berdasarkan Jumlah Konsumsi Energi
Ibu Menyusui
No Kategori Konsumsi Energi
Status Gizi Ibu
Kurus Normal Jumlah
n % n % n %
1 Baik 1 8,33 11 91,66 12 100
2 Sedang 1 4,34 22 95,65 23 100
3 Kurang 0 0 8 100,00 8 100
4 Defisit 0 0 4 100,00 4 100
Dari tabel 4.6. dapat dilihat bahwa status gizi ibu yang paling banyak
berdasarkan jumlah konsumsi energi sedang dengan kategori status gizi normal
(50)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 4.7. Distribusi Status Gizi Ibu Berdasarkan Jumlah Konsumsi Protein Ibu Menyusui.
No Kategori Konsumsi Protein
Status Gizi Ibu
Kurus Normal Jumlah
n % n % n %
1 Baik 1 2,38 41 97,61 42 100
2 Sedang 1 33,33 2 66,66 3 100
3 Defisit 0 0 2 100,00 2 100
Dari tabel 4.7. dapat di lihat bahwa status gizi ibu yang paling banyak
adalah berdasarkan jumlah konsumsi protein baik dengan kategori status gizi
normal yaitu 41 orang (97,61%).
4.7. Status Gizi Bayi
Status Gizi Bayi
Baik 42 (90%)
Lebih 3 (6%) Kurang 2 (4%)
Lebih Baik Kurang
Diagram 4.10. Distribusi Status Gizi Bayi Berdasarkan Indeks BB/U
Dari diagram 4.10 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran yang telah
dilakukan terhadap 47 bayi dengan menggunakan indeks BB/U terdapat status gizi
(51)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 4.8. Distribusi Status Gizi Bayi Menurut Kelompok Umur
No Kelompok Umur
Status Gizi Bayi
Lebih Baik Kurang Jumlah
n % N % n % n %
1 0-6 bl 3 11,11 23 85,18 1 3,70 27 100
2 7-12 bl 0 0 19 95 1 5 20 100
Dari tabel 4.8. dapat dilihat bahwa kelompok umur bayi digolongkan
menurut 2 kelompok umur bayi yaitu umur 0-6 bulan dan 7-12 bulan. dan status
gizi bayi dengan kategori baik lebih tinggi pada usia 0-6 bl yaitu 85,18%
dibandingkan dengan usia 7-12 bulan yaitu 95%.
Tabel 4.9. Distribusi Status Gizi Bayi Berdasarkan Umur dan Pola Pemberian ASI
Umur ASI
Status Gizi Bayi
Jumlah Lebih Baik Kurang
N % n % n % n %
0-6 bulan Eklusif 3 23,1 9 69,2 1 7,6 13 100
Non Eklusif 0 0 14 100 0 0 14 100
7-12 bulan Non Eklusif 0 0 19 95 1 5 20 100
Dari tabel 4.9. dapat dilihat bahwa bayi yang mendapatkan ASI eklusif
hanya 13 orang (100%), dan mempunyai status gizi bayi yang baik sebanyak 9
orang (69,2%). Tetapi pada usia 0-6 bulan yang seharusnya hanya mendapatkan
ASI eklusif , ada juga terdapat 14 orang (100%) yang diberi makanan tambahan.
Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa pada daerah tersebut
banyak bayi yang tidak mendapatkan ASI eklusif. Dan mayoritas pada usia 4
(52)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
4.7.1. Status Gizi Bayi Berdasarkan Status Gizi Ibu
Tabel 4.10. Distribusi Status Gizi Bayi Berdasarkan Status Gizi Ibu
No
Status Gizi
Ibu
Status Gizi Bayi
Lebih Baik Kurang Buruk Jumlah
n % n % n % n % n %
1 Kurus 0 0 2 100,00 0 0 0 0 2 4,25
2 Normal 3 6,66 38 84,44 3 6,66 1 2,22 45 95,74
Jumlah 3 6,38 40 85,10 3 6,38 1 2,12 47 100,00
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa diantara 2 orang ibu yang kurus yang
mempunyai status gizi bayi yang baik ada 100%. Diantara 45 orang ibu dengan
(1)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM
Waktu
Makan
Nama
Makanan
Bahan Makanan
Jenis
Banyaknya
URT
g
Pagi
Siang
(2)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR : Status Gizi Ibu Menyusui Yg Datang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan Thn 2008
No Nama Ibu Pekerjaan Pend Terakhir Umur BB IMT Kategori
1 kristina IRT SMP 36 52 21,66 Normal
2 Ana IRT SMP 32 55 23,50 Normal
3 Marina IRT SMU 34 50 20,83 Normal
4 Yani IRT SMU 28 52 22,51 Normal
5 Sinta IRT SMP 30 52 22,22 Normal
6 Risa IRT SMU 33 53 21,28 Normal
7 Kasih IRT SMP 31 54 23,07 Normal
8 Leni IRT SMP 35 55 23,50 Normal
9 Riski IRT SMP 29 56 22,48 Normal
10 Fina IRT SMU 35 57 22,89 Normal
11 Irawaty IRT SMP 26 56 23,04 Normal
12 Rina IRT SMU 29 57 23,45 Normal
13 Karol IRT SMP 27 57 23,17 Normal
14 Dewi IRT SMU 30 57 23,17 Normal
15 Sally IRT SMP 29 52 23,11 Normal
16 Devi IRT SMP 32 56 24,24 Normal
17 Ria IRT SMU 28 56 24,24 Normal
18 Yuni IRT SMP 28 58 23,29 Normal
19 Rasti IRT SMP 32 55 23,20 Normal
20 Diah IRT SMP 33 56 22,76 Normal
21 Suci IRT SMU 35 56 23,93 Normal
22 Reni IRT SMP 34 59 23,41 Normal
23 Neli IRT SMP 35 57 23,17 Normal
24 Ani IRT SMP 31 57 23,75 Normal
25 Kasih IRT SMU 34 54 22,78 Normal
26 Yuli IRT SMEA 25 44 18,31 Kurus
27 Hasanah IRT SMA 30 56 23,04 Normal
28 Wiwik IRT SMEA 31 56 22,76 Normal
29 Farida IRT SMEA 28 57 22,89 Normal
30 Neli IRT SD 29 53 22,36 Normal
31 Ruli IRT SMU 30 54 22,78 Normal
32 Nurcahaya IRT SMU 36 54 21,95 Normal
33 Naiboho IRT SMU 37 54 22,22 Normal
34 Ninik IRT SMP 27 57 22,61 Normal
35 Farah IRT SMU 28 58 23,01 Normal
36 Safrida IRT SMU 28 59 23,04 Normal
37 Nila IRT SMU 30 54 23,07 Normal
38 Riris s IRT SMU 30 56 22,22 Normal
39 Suyanti IRT SD 49 59 23,04 Normal
40 Nita IRT SMU 59 59 24,89 Normal
41 Nurrahmi IRT SMP 35 55 21,48 Normal
42 Suhaila IRT SMP 34 60 23,43 Normal
43 Siti IRT SMU 37 57 22,61 Normal
44 Rusti IRT SMU 31 57 22,26 Normal
45 Rini Sundari IRT SMU 23 40 17,77 Kurus
46 Yanti IRT SD 26 56 23,33 Normal
(3)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR : Jumlah Konsumsi Energi dan Protein Ibu Menyusui
No
Nama KK
Pekerjaan
Total Energi
%Energi Total Protein %Protein
1 Rafi
Wiraswasta
1459 Kal
52,25
63,4
102,8
2 Ayundi
Wiraswasta
2858 Kal
96,75
138,8
212,9
3 Rusli
Wiraswasta
2469 Kal
91,95
89,0
150,2
4 Rahmad
Wiraswasta
2601 Kal
93,13
87,51
141,9
5 Krisna
PNS
2212 Kal
79,20
192
313,1
6 Fadil
Buruh
2091 Kal
73,45
91
145,1
7 Ahmad
Wiraswasta
2245 Kal
77,42
63,8
99,68
8 Paris
Buruh
1827 Kal
66,44
74,1
121,25
9 Andri
Wiraswasta
2116 Kal
75,58
84,5
135,8
10 Ferdi
Wiraswasta
2823 Kal
99,05
110,4
174,3
11 Suhendra
Peg Swasta
2898 Kal
96,36
149,7
174,3
12 Rudi
Wiraswasta
2767 Kal
90,40
117
173,2
13 Naigolan
Wiraswasta
2708 Kal
88,46
23,4
34,64
14 Serli
Wiraswasta
1909 Kal
62,36
110,1
162,99
15 Rendi
Buruh
2092 Kal
80,50
63,8
102,5
16 Jendra
Buruh
2826 Kal
100,93
70,5
226,3
17 Zulfi
Peg Swasta
2091 Kal
69,53
62,1
93,56
18 Hendri
Buruh
2857 Kal
91,27
113,1
164,5
19 Rusli
Wiraswasta
2235 Kal
75,67
99,2
155
20 Zulfadli
Wiraswasta
2142 Kal
76,50
136,1
218,7
21 Radit
Wiraswasta
2555 Kal
91,25
110,9
178,2
22 Fatir
Buruh
2875 Kal
90,74
74,7
10,72
23 Rafi
Wiraswasta
2920 Kal
102,45
74,6
117,8
24 Herman
Wiraswasta
3125 Kal
102,1
116,8
172,9
25 Zulham
Wiraswasta
2969 Kal
109,90
103,4
172,3
26 Feri
Buruh
2212 Kal
94,13
74,3
84,83
27 Amir Hasan
Buruh
2864 Kal
95,23
90,7
136,6
28 Didik
Wiraswasta
3001 Kal
99,79
92,3
139,1
29 Kumpul
Buruh
2794 Kal
98,03
109,6
173,06
30 Ramli Marbun Wiraswasta
2732 Kal
103,04
102,2
173,6
31 Rusli Munthe Wiraswasta
2971 Kal
110,03
93,6
156
32 Alamsyah
Buruh
2673 Kal
99,00
130
216,6
33 E. Naiboho
Wiraswasta
1969 Kal
72,92
64,8
108
34 Mariadi
Wiraswasta
2740 Kal
94,48
90,9
134,6
35 Junaedi
Buruh
3020 Kal
104,14
99,9
145,3
36 Kristianto
Buruh
2875 Kal
90,74
80,3
125,47
37 Susilo
Wiraswasta
2771 Kal
102,63
82,1
136,83
38 Suardi
Buruh
2241 Kal
77,30
111,8
168,45
39 Sugiono
Buruh
3027 Kal
95,53
91,4
130,72
40 Didi
Wiraswasta
3348 Kal
113,49
238,9
398,2
41 Edi
Wiraswasta
2796 Kal
101,70
173,4
283,8
42 Joko
Buruh
2814 Kal
873,90
123,7
173,9
43 Hendra
Wiraswasta
2786 Kal
91,01
261,2
386,6
44 Sucipto
Wiraswasta
2738 Kal
89,44
73,9
109,4
45 Herman
Buruh
2381 Kal
110,74
112,9
236,34
46 Mani Balen
PNS
2791 Kal
92,80
90,1
135,7
47 Suprapto
Wiraswasta
2754 Kal
98,36
98,4
158,1
(4)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR : Status Gizi Bayi yang Datang Berkunjung ke Puskesmas Polonia Medan 2008
NAMAANAK TGL LAHIR BERAT TINGGI KAT1BBUMKAT2TBUM KAT3BBTB
1 KRISTIAN 2/26/2008 3.5 50.0 KURANG SANGAT PENDEK N O R M A L
2 KENDY 3/24/2008 4.6 54.0 BAIK N O R M A L N O R M A L
3 MARIA SANDRA 1/1/2008 5.5 54.0 BAIK SANGAT PENDEK G E M U K
4 RAHMAT YUDA NST 2/22/2008 5.2 52.0 BAIK P E N D E K G E M U K
5 ROSI 1/3/2008 2.2 49.0 BURUK P E N D E K N O R M A L
6 SANDY 2/5/2008 5.6 57.0 BAIK N O R M A L N O R M A L
7 M SATRIA 4/17/2008 3.2 48.0 BAIK P E N D E K N O R M A L
8 PUNKE 8/12/2007 7.0 64.0 BAIK P E N D E K N O R M A L
9 AUCHI 7/5/2007 7.6 68.0 BAIK N O R M A L N O R M A L
10 FINKA 8/5/2007 7.4 66.0 BAIK N O R M A L N O R M A L
11 RAFI 12/3/2007 6.8 62.0 BAIK N O R M A L N O R M A L
12 HAFIS 3/14/2008 3.4 49.0 KURANG SANGAT PENDEK N O R M A L
13 KAROLIN 2/13/2008 3.7 49.0 KURANG P E N D E K G E M U K
14 SARAH 12/12/2007 6.3 60.0 BAIK N O R M A L N O R M A L
15 SANDI YUDISTIRA 11/10/2007 7.0 60.0 BAIK P E N D E K N O R M A L
16 RISKI 9/2/2007 7.5 65.0 BAIK P E N D E K N O R M A L
17 YUDI 12/10/2007 6.7 60.0 BAIK P E N D E K N O R M A L
18 ECHI 12/15/2007 6.4 61.0 BAIK N O R M A L N O R M A L
19 RANO 1/9/2008 6.2 58.0 BAIK P E N D E K N O R M A L
20 IFNUWANDA 7/16/2007 7.7 67.0 BAIK P E N D E K N O R M A L
21 DAMAR 10/16/2007 7.4 63.0 BAIK P E N D E K N O R M A L
22 RADIA 1/15/2008 6.2 59.0 BAIK N O R M A L N O R M A L
23 NADIA 10/25/2007 6.9 63.0 BAIK N O R M A L N O R M A L
24 ANDITA 12/24/2007 6.4 60.0 BAIK N O R M A L N O R M A L
25 SELA 10/22/2007 7.0 62.0 BAIK N O R M A L N O R M A L
26 QSYA 8/7/2007 7.0 64.0 BAIK P E N D E K N O R M A L
27 FADIL 12/29/2007 7.1 62.0 BAIK N O R M A L N O R M A L
28 SUKRI 6/30/2007 8.2 69.0 BAIK N O R M A L N O R M A L
29 INTAN 7/14/2007 7.5 67.0 BAIK N O R M A L N O R M A L
30 KENDI 8/10/2007 7.5 65.0 BAIK P E N D E K N O R M A L
31 WILLY 11/2/2007 7.1 62.0 BAIK P E N D E K N O R M A L
32 PINKA 8/1/2007 7.2 64.0 BAIK P E N D E K N O R M A L
33 ESTER 7/5/2007 7.9 67.0 BAIK N O R M A L N O R M A L
34 PUTRI 1/10/2008 6.2 60.0 BAIK N O R M A L N O R M A L
35 PARIT 12/2/2007 6.7 61.0 BAIK P E N D E K N O R M A L
36 ASKAR 4/12/2008 5.5 52.0 LEBIH N O R M A L G E M U K
37 DIAS 10/11/2007 7.2 62.0 BAIK P E N D E K N O R M A L
38 PANDI 3/3/2008 5.3 55.0 BAIK N O R M A L N O R M A L
39 ROI 1/2/2008 6.7 61.0 BAIK N O R M A L N O R M A L
40 RIRI 8/3/2007 7.4 66.0 BAIK N O R M A L N O R M A L
41 BAYU 4/2/2008 5.1 54.0 LEBIH N O R M A L N O R M A L
42 NITA 4/1/2008 4.6 54.0 LEBIH N O R M A L N O R M A L
43 RADIT 1/1/2008 6.7 61.0 BAIK N O R M A L N O R M A L
44 EWIN 7/17/2007 8.0 69.0 BAIK P E N D E K N O R M A L
45 KAILA 2/11/2008 5.2 55.0 BAIK P E N D E K N O R M A L
46 RIDO PRATAMA 9/2/2007 0.8 68.0 BAIK N O R M A L N O R M A L
(5)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR : JUMLAH KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN BAYI
No
Nama
Total Energi
% Energi Total Protein
% Protein
1
Maria Sandra
104
94,5
1,6
64
2
Rosi
4,1
3,5
0,4
15,20
3
Punke
101
111,5
1,9
90,5
4
Auchi
113
114,9
2,5
113,6
5
Finka
136
141,9
3,8
172,7
6
Rafi
103
75,7
3,5
112,9
7
Sarah
101
80,15
1,9
65,5
8
Sandi Yudistira
91
100,5
1,5
71,42
9
Riski
102
105,1
2,1
95,45
10
Yudi
107
79,8
1,6
51,6
11
Echi
121
94,5
2,2
75,9
12
Rano
100
80,6
1,5
53,6
13
Ibnu Wanda
100
100,4
1,4
60,9
14
Damar
99
103,3
2,4
109
15
Nadia
108
120,9
1,7
80,9
16
Andita
89
69,5
1,3
44,8
17
Sela
101
111,5
0,6
68,3
18
qesya
108
119
2,2
107,3
19
Fadil
116
81,7
2,2
68,3
20
sukri
101
95,1
1,9
79,2
21
Intan
117
120,5
1,8
81,9
22
Kendi
99
101,9
1,9
86,4
23
Willi
68
73,9
1,1
57,2
24
Vinca
100
107,3
1,9
86,4
25
Ester
102
96,1
1,8
78
26
Putri
101
81,4
1,9
67,8
27
Farid
94
70,2
1,4
45,2
28
Diaz
62
54,5
1,2
66,5
29
Roy
81
45,2
1,4
60,4
30
Aulia
74
39,1
0,9
73,3
31
Riri
109
113,8
1,6
72,7
32
Radit
60
44,8
1,5
48,4
33
Ewin
114
110,2
3,2
133,3
(6)
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009