Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Sebagian kecil ibu mengkonsumsi buah seperti pisang, pepaya, dan sebagian kecil ibu yang mengkonsumsi susu dan menggemari cemilan seperti susu, keripik, dan
roti. Makan malam
Makan malam ibu biasanya sama dengan menu makan siang. Ibu menyusui beranggapan bahwa makan yang baik itu apabila sudah ada nasi, ikan sudah
cukup. sayuran, buah-buahan dan makanan pelengkap lainnya tidak begitu diperhatikan.
5.1.2. Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Ibu Menyusui
Kebutuhan energi terutama dipenuhi oleh bahan makanan pokok. Sebagian besar wilayah Indonesia, bahkan makanan pokok itu adalah beras nasi, 70-80
dan seluruh energi untuk keperluan tubuh kebanyakan berasal dari karbohidrat Sediaotama, 1991.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi secara langsung adalah konsumsi pangan. Konsumsi pangan yang cukup akan membentuk status
gizi yang baik dan sebaliknya. Ibu menyusui membutuhkan zat gizi yang cukup untuk kebutuhan ibu dan
juga untuk bayi yang disusuinya. Bila seseorang kekurangan energi yang berlangsung lama akan mengakibatkan penurunan berat badan, dan jika
berkelanjutan akan mengakibatkan keadaan gizi kurang. pada keadaan gizi kurang akan mengakibatkan terhambatnya proses pertumbuhan badan.
Menurut Khomsan 2004 frekuensi makan perhari merupakan salah satu aspek kebiasaan makan. frekuensi makan akan dapat menjadi penduga tingkat
kecukupan konsumsi gizi, artinya semakin tinggi frekuensi makan seseorang
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
maka peluang terpenuhinya kecukupan gizi semakin besar. sesuai dengan pendapat di atas, pada tingkat konsumsi energi pada ibu terdapat konsumsi energi
yang defisit. Hal ini disebabkan karena rendahnya frekuensi makan seperti tidak menambah konsumsi dari energinya dari porsi semula sebelum menyusui untuk
memenuhi kebutuhan energinya, disamping itu menu makanan mereka sederhana dan sering tidak lengkap misalnya tanpa buah.
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting karena paling erat hubungannya dengan proses-proses kehidupan. protein terutama dipenuhi dari
makanan lauk-pauk seperti ikan, daging, tekur, susu. hal inilah yang menyebabkan perlunya tingkat konsumsi energi dan protein yang cukup pada masa menyusui.
konsumsi ibu yang cukup pada sumber protein diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bayi akan protein lengkap yang mendukung pertumbuhan bayi
Sediaoetama, 1991. Pada diagram 4.7. dapat dilihat bahwa 90 tingkat konsumsi protein ibu
menyusui baik. Tetapi masih ada 4 tingkat konsumsi protein ibu menyusui yang defisit. Konsumsi zat gizi protein yang tidak cukup kemungkinan disebabkan
kurangnya kemauan ibu menyusui untuk mengkonsumsi lauk-pauk dalam jumlah yang cukup dan masih kurangnya kemauan dan ketidaksanggupan ibu menyusui
dalam mengkonsumsi susu serta sebagian dari ibu masih belum mengkonsumsi makanan secara bervariasi terutama yang mengandung protein. sesuai dengan
penelitian Turhayati 2006 bahwa konsumsi kalori berkorelasi positif terhadap kesehatan ibu dan janin. konsumsi energi dan protein lebih dari 70 AKG
menunjukkan status gizi ibu yang normal dan status gizi bayi.
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Hal tersebut tidak mengherankan menurut survey yang dilakukan oleh Kardjati. Dkk 1989, dari Kabupaten Sidoarjo dan Madura dari Jawa Timur
menunjukkan bahwa masukan energi dan zat gizi sangat rendah untuk semua wanita dari semua daerah. tidak ada perbedaan antara wanita hamil, tidak laktasi
dan wanita laktasi. dengan perkataan lain, meskipun kebutuhan zat gizinya meningkat pada kehamilan dan laktasi, konsumsi makananya tidak meningkat Sri
Kardjati, 1985.
5.2. Pola Konsumsi Bayi 5.2.1. Jenis Makanan Bayi