Perbandingan Pengadaan Bahan Perpustakaan Masa Sebelum Dan Sesudah Bencana Tsunami Pada Badan Arsip Dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

(1)

PERBANDINGAN PENGADAAN BAHAN PERPUSTAKAAN MASA SEBELUM DAN SESUDAH BENCANA TSUNAMI

PADA BADAN ARSIP DAN PERPUSTAKAAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Proposal Skripsi

Oleh :

VENY FITRIYANTI NIM : 040709040

DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI S-1 FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBARAN PERSETUJUAN

Judul skripsi : Perbandingan Pengadaan Koleksi Bahan Perpustakaan Pada Masa Sebelum dan Sesudah Bencana Tsunami Pada Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Oleh : Veny Fitriyanti

NIM : 040709040

Pembimbing I : Drs. Syakirin Pangaribuan, SH

Tanda Tangan :

Tanggal :

Pembimbing II : Himma Dewiyana, ST, M.Hum

Tanda Tangan :


(3)

LEMBARAN PENGESAHAN

Judul : Perbandingan Pengadaan Koleksi Bahan Perpustakaan Pada Masa Sebelum dan Sesudah Bencana Tsunami Pada Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Oleh : Veny Fitriyanti

NIM : 040709040

DEPARTEMEN STUDI PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

Ketua : Drs. Jonner Hasugian M. Si.

Tanda Tangan :

Tanggal :

FAKULTAS SASTRA

Dekan : Drs. Syaifuddin M.A.Ph.D.

Tanda Tangan :


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ini adalah karya orisinal dan belum pernah disajikan sebagai suatu tulisan untuk memperoleh suatu kualifikasi tertentu atau dimuat pada media publikasi lain.

Penulis membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan penulis dengan pendapat atau gagasan yang bukan berasal dari penulis dengan mencantumkan tanda kutip

Medan, Juli 2007 Penulis


(5)

ABSTRAK

Fitriyanti, Veny. 2008. Perbandingan Pengadaan Bahan Perpustakaan Masa Sebelum dan Sesudah Bencana Tsunami Pada Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Medan: Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra USU.

Penelitian ini dilakukan di Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada bulan Juni 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pengadaan bahan perpustakaan masa sebelum dan sesudah bencana gempa dan tsunami pada Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD.

Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Teknik pengumpulan data adalah melalui wawancara dan studi kepustakaan. Data penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik statistik deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukan perbandingan jenis koleksi, alat bantu pemilihan bahan perpustakaan, dan sistematika pengadaan Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD tetap sama atau tidak mengalami perubahan sebelum dan sesudah bencana tsunami. Perbandingan rata-rata pertumbuhan judul bahan perpustakaan sebelum dan sesudah tsunami adalah 1.607 : 7.120 per tahun dengan persentase rata-rata sebesar 3,98% : 34,3%. Perbandingan rata-rata pertumbuhan eksemplar bahan perpustakaan 8.037 : 37.973 per tahun dengan persentase rata-rata sebesar 3,98% : 38,3%. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah rata-rata pengadaan bahan perpustakaan pada Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD sebelum dan sesudah bencana gempa dan tsunami adalah 1: 5, yaitu satu judul memiliki 5 eksemplar. Perbandingan anggaran pengadaan perpustakaan sebelum dan sesudah bencana tsunami mengalami peningkatan. APBN sebelum bencana tsunami memberikan anggaran sebesar Rp. 300 juta, tetapi sesudah bencana tsunami APBN memberikan kenaikan anggaran sebesar Rp.11,5 milyar. Sehinggga persentase peningkatan anggaran APBN sebesar 97,3 %. Anggaran dana APBD sebelum tsunami sebesar Rp. 5 Milyar, sesudah bencana tsunami peningkatannya sebesar Rp. 7,5 Milyar. Persentase peningkatan anggaran APBD sebesar 66,7%


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : Perbandingan Pengadaan Bahan Perpustakaan Masa Sebelum dan Sesudah Bencana Tsunami Pada Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelengkapan studi untuk menyelesaikan Program Sarjana Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangan yang disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Namun dengan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis dengan sangat tulus dan ikhlas ucapakan terima kasih kepada orang tua penulis, Ayahanda H. Syahiruddin dan Ibunda Hj. Ita Hartati yang telah membesarkan, mendidik dan mengarahkan penulis untuk menghadapi hidup di muka bumi ini.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A. Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Jonner Hasugian, M.Si, selaku Ketua Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Syakirin Pangaribuan, SH selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Himma Dewiyana, ST, M.Hum selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran dan waktu dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Zaslina Zainuddin M.Pd selaku dosen wali penulis yang telah memberikan bimbingan dan masukkan untuk menjalani perkuliahan selama ini.

6. Seluruh Staf Pengajar Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi FS-USU yang telah mendidik penulis selama perkuliahan.

7. Bapak Drs. Kamaruddin H. Husein, M. Si, selaku Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD. Bapak Mustafa Alamy, Bapak Drs. Yulizar serta


(7)

seluruh pustakawan Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Saudara-saudara tercinta bang Marta, bang Yudi dan bang Arjak yang telah memberikan semangat dan tambahan uang saku serta biaya-biaya skripsi adik perempuan satu-satunya. Juga seluruh keluarga yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh staf administrasi pada Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi FS-USU terutama buat bang Yudi Purnomo yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

10.Sahabat-sahabat penulis yang telah sangat membantu baik dukungan, bahan skripsi, serta pemeriksa skripsi ini. Tanpa mereka penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan cepat terumata buat Muswita Widya Rahma, Guntari Cici Sawitri, Shanty Kahlissta. Penulis berharap persahabatan ini untuk selamanya.

11.Teman-teman stambuk 2004 yang sangat penulis cintai dalam suka dan duka Jefri, bang Suryawan, Wahyu, Dayat, Mega, Ani, Tiaman, Audio, Joshep, geng BeTaDin, Mala, Kaselta, Valen, Jelita, Sophina, Alex dan yang masih banyak lagi tiada habis disebutkan satu-satu.

12.Adik-adik stambuk 2006 yang penulis sayangi telah memberikan dukungan semangat, dan berbagi kecerian kepada penulis. Terutama buat Nur, Richard, Inggit, Dila, dan yang lainnya.

13.Buat teman-teman di Perpustakaan Mesjid Baiturahman, Keluarga Besar Zulkifli, Keluarga Besar Wak Agam, dan Kakanda Desy. Penulis mengucapkan sangat berterima kasih karena selama di Banda Aceh telah membantu dalam pembuatan skripsi ini.

Medan, Juli 2007 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah……… 1

1.2Rumusan Masalah………. 3

1.3Tujuan penulisan……… 3

1.4Manfaat Penulisan………... 3

1.5Ruang Lingkup………...3

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Umum... 4

2.1.1 Pengertian Perpustakaan Umum... 4

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Umum... 5

2.1.3 Jenis Perpustakaan Umum... 6

2.2 Jenis Koleksi Perpustakaan ... 6

2.3 Pengadaan Bahan Pustaka... 7

2.3.1 Pengertian Pengadaan Bahan Pustaka... 7

2.3.2 Pemilihan Bahan Pustaka... 7

2.4.2.1 Pihak yang Berwenang Dalam Pemilihan Bahan Pustaka...8

2.4.2.2 Pedoman Pemilihan Bahan Pusaka... 8

2.4.2.3 Alat Bantu Pemilihan Bahan Pustaka... 10

2.3.3 Sistem Pengadaan Bahan Pustaka... 10

2.3.3.1 Pembelian... 11

2.3.3.2 Hadiah/Sumbangan... 12


(9)

2.3.3.4 Titipan... 14

2.3.3.5 Penerbitan Sendiri... 15

2.4 Anggaran... 15

2.5 Inventarisasi Bahan Pustaka... 16

2.6 Dampak Bencana Tsunami terhadap Perpustakaan... 17

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian... 18

3.2 Metode Penelitian... 18

3.3 Jenis dan Sumber Data...,19

3.3 Instrumen Penelitian... 19

3.4 Kisi-Kisi Wawancara... 20

3.5 Analisis Data... 21

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam... 23

4.1.1 Jenis Koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam... 23

4.1.2 Jumlah Koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam... 24

4.1.2.1 Jumlah Koleksi Berdasarkan Judul... 25

4.1.2.2 Jumlah Koleksi Berdasarkan Eksemplar... 28

4.2 Alat Bantu Pemilihan Bahan Perpustakaan di Perpustakaan Umum Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam... 31

4.3 Sistem Pengadaan Bahan Perpustakaan... 32

4.3.1 Pembelian... 33

4.3.2 Hadiah... 34

4.4 Kendala Pengadaan Bahan Perpustakaan... 35


(10)

BAB V . KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 38

5.2 Saran... 40

DAFTAR PUSTAKA... 41


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel -1 : Kisi-kisi wawancara...22 Tabel -2 : Kuantitas Koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam (NAD)... 26 Tabel –3 : Kuantitas Judul Koleksi Tahun 2003-2004... 27 Tabel –4 : Kuantitas Judul Koleksi Tahun 2005-2007... 28 Tabel –5 : Perbandingan Rata-rata Perkembangan Judul Koleksi Badan Arsip dan

Perpustakaan Provinsi NAD... 29 Tabel –6 : Perbandingan Persentase Rata-rata Perkembangan Kuantitas Judul

Koleksi BadanArsip dan Perpustakaan Provinsi NAD... 30 Tabel –7 : Kuantitas Eksemplar Koleksi Tahun 2003-2004... 30 Tabel –8 : Kuantitas Eksemplar Koleksi Tahun 2005-2007... 31 Tabel –9 : Perbandingan Rata-rata Perkembangan Eksemplar Koleksi Badan Arsip dan

Perpustakaan Provinsi NAD... 32 Tabel –10:Perbandingan Persentase Rata-rata Perkembangan Eksemplar Judul

Koleksi Badan Arsi Perpustakaan dan Provinsi NAD... 33 Tabel -11: Pihak-Pihak Penyumbang Setelah Pada Masa Bencana Tsunami pada

Badan Arsip dan Perpustakaan NAD... 36 Tabel –12:Perbandingan Dana Anggara APBN dan APBD Sebelum dan Sesudah

Bencana tsunami ...38


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Gambaran Umum Tentang Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam... 43

Lampiran 2: Daftar Pertanyaan Wawancara...……….. 47


(13)

ABSTRAK

Fitriyanti, Veny. 2008. Perbandingan Pengadaan Bahan Perpustakaan Masa Sebelum dan Sesudah Bencana Tsunami Pada Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Medan: Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra USU.

Penelitian ini dilakukan di Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada bulan Juni 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pengadaan bahan perpustakaan masa sebelum dan sesudah bencana gempa dan tsunami pada Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD.

Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Teknik pengumpulan data adalah melalui wawancara dan studi kepustakaan. Data penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik statistik deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukan perbandingan jenis koleksi, alat bantu pemilihan bahan perpustakaan, dan sistematika pengadaan Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD tetap sama atau tidak mengalami perubahan sebelum dan sesudah bencana tsunami. Perbandingan rata-rata pertumbuhan judul bahan perpustakaan sebelum dan sesudah tsunami adalah 1.607 : 7.120 per tahun dengan persentase rata-rata sebesar 3,98% : 34,3%. Perbandingan rata-rata pertumbuhan eksemplar bahan perpustakaan 8.037 : 37.973 per tahun dengan persentase rata-rata sebesar 3,98% : 38,3%. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah rata-rata pengadaan bahan perpustakaan pada Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD sebelum dan sesudah bencana gempa dan tsunami adalah 1: 5, yaitu satu judul memiliki 5 eksemplar. Perbandingan anggaran pengadaan perpustakaan sebelum dan sesudah bencana tsunami mengalami peningkatan. APBN sebelum bencana tsunami memberikan anggaran sebesar Rp. 300 juta, tetapi sesudah bencana tsunami APBN memberikan kenaikan anggaran sebesar Rp.11,5 milyar. Sehinggga persentase peningkatan anggaran APBN sebesar 97,3 %. Anggaran dana APBD sebelum tsunami sebesar Rp. 5 Milyar, sesudah bencana tsunami peningkatannya sebesar Rp. 7,5 Milyar. Persentase peningkatan anggaran APBD sebesar 66,7%


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada tanggal 26 Desember 2004, di Indonesia, tepatnya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara terjadi bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami yang menghancurkan infrastruktur kehidupan manusia, dan kebudayaan. Pemerintah Republik Indonesia menyatakan bencana tersebut sebagai bencana nasional.

Banyak masyarakat yang terpanggil untuk memberikan bantuan kepada masyarakat Aceh baik dari masyarakat Indonesia di berbagai daerah serta negara-negara luar Indonesia. Tujuan bantuan itu adalah meringankan penderitaan masyarakat Aceh dan membangkitkan semangat hidup masyarakat Aceh serta membangun infrastuktur pembangunan yang rusak akibat tsunami.

Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD juga rusak akibat bencana tsunami, walaupun gedung perpustakaan NAD tidak terlalu mengalami kerusakan yang cukup parah, akan tetapi bahan perpustakaan mereka mengalami kondisi yang cukup memprihatinkan. Berbagai koleksi tidak dapat dipergunakan kembali kecuali koleksi deposit yang terletak di lantai III, karena dapat diselamatkan oleh Kepala Bidang Layanan.

Menurut Yusnidar (2005: 1) menyatakan bahwa: ”Dari 200 ribu eksemplar buku yang dimiliki perpustakaan NAD ini, sekitar 95 persen di antaranya telah lenyap hilang dibawa arus tsunami yang menghantam ruang bacaan utama perpustakaan tersebut”.

Banyak terjadi rekonstruksi pembangunan infrastruktur yang ada di sekitar daerah Aceh, begitu juga dengan Badan Arsip dan Perpustakaan NAD yang telah mengalami rekonstruksi dan rehabilitasi pembangunan. Mereka optimis bahwa Badan Arsip dan Perpustakaan NAD dapat bangkit dan berjalan seperti biasanya setelah bencana tsunami walaupun perlu waktu untuk mewujudkan keinginan tersebut. Hal ini jelas didukung oleh pemerintah melalui peraturan-peraturan rekonstruksi pembangunan Perpustakaan NAD.

Dalam acara penyerahan bantuan ruang layanan perpustakaan dan Mobil Perpustakaan Keliling (MPK) dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), menurut Nazar (2007: 1) menyatakan bahwa :


(15)

”Pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004 – 2009, secara eksplisit telah menetapkan program yang ingin dicapai yaitu Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan. Dalam rangka menyikapi hal tersebut di atas, Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah menetapkan Peraturan Daerah No. 39 Tahun 2001 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dengan adanya Lembaga ini di Tingkat Provinsi, diharapkan mampu membantu tugas Gubernur dalam bidang Perpustakaan, yang memiliki otoritas dalam perpustakaan dan mampu bertindak profesional serta mendayagunakan secara maksimal seluruh potensi yang ada dalam upaya mendukung pembangunan khususnya pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas, cerdas, kreatif serta berwawasan luas”. Berdasarkan dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pustakawan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, cerdas, kreatif serta berwawasan luas

Hal ini dapat dilihat dari Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mulai melakukan sistem pengadaan bahan perpustakaan dari awal kembali yaitu dengan pembelian, menerima hadiah/sumbangan, dan sebagainya, agar dapat memenuhi kebutuhan informasi pengguna dengan koleksi perpustakaan. Usaha untuk membangun Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD ini juga banyak didukung oleh pemerintah Republik Indonesia, negara asing dan lembaga bantuan masyarakat Indonesia serta masyarakat luar negeri, baik berupa dana bantuan, mobil untuk perpustakaan keliling, sumbangan buku untuk koleksi perpustakaan dan sebagainya.

Dari uraian diatas penulis membahas dan meneliti bagaimana perbandingan yang terjadi pada sistem pengadaan koleksi bahan perpustakaan sebelum dan sesudah bencana tsunami di Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Sehingga penulis memilih judul skripsi “PERBANDINGAN PENGADAAN BAHAN PERPUSTAKAAN MASA SEBELUM DAN SESUDAH BENCANA TSUNAMI PADA BADAN ARSIP DAN PERPUSTAKAAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM”.


(16)

1.2 Rumusan Masalah

Didasari oleh latar belakang yang telah dipaparkan di atas, rumusan masalah

dari penelitian ini adalah: Bagaimanakah perbandingan sistem pengadaan bahan perpustakaan yang meliputi jenis koleksi, jumlah koleksi, alat bantu pemilihan koleksi bahan perpustakaan, sistematika pengadaan dan anggaran yang didapatkan oleh Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada masa sebelum bencana tsunami dan masa sesudah bencana tsunami?

1.3 Tujuan Peneletian

Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah ingin mengetahui perbandingan sistem pengadaan bahan perpustakaan, yang meliputi jenis koleksi, jumlah koleksi, alat bantu pemilihan koleksi bahan perpustakaan, sistematika pengadaan dan anggaran pada masa sebelum dan sesudah bencana tsunami pada Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebagai

masukan untuk membuat kebijakan sehingga dihasilkan sebuah sistem pengadaan bahan perpustakaan yang lebih baik.

2. Program studi, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan tentang

pengadaan bahan perpustakaan dan kajian anggaran perpustakaan untuk penelitian lebih lanjut.

3. Penulis, untuk memenuhi rasa ingin tahu dan menambah wawasan serta

pengetahuan dalam bidang pengadaan bahan pustaka.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup perpustakaan umum dengan penekanan pada sistem pengadaan bahan perpustakaan, koleksi perpustakaan, kajian anggaran perpustakaan pada Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dalam hal ini pengadaan koleksi yang akan dibandingkan adalah pengadaan koleksi bahan perpustakaan pada masa sebelum bencana tsunami dan pada masa sesudah bencana tsunami. Hal yang akan dibandingkan adalah jenis, jumlah koleksi perpustakaan berdasarkan judul dan eksemplar, alat bantu pemilihan koleksi, dan anggaran perpustakaan.


(17)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Perpustakaan Umum

2.1.1 Pengertian Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum sering diibaratkan Universitas Rakyat atau Universitas masyarakat karena, merupakan lembaga pendidikan bagi masyarakat umum dengan menyediakan berbagai informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya, sebagai sumber belajar untuk meningkatkan pengetahuan seluruh lapisan masyarakat. Perpustakaan umum memberi kesempatan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk mencari tambahan ilmu pengetahuan, mengikuti apa yang terjadi di dunia, menumbuhkan daya berpikir secara kritis, memupuk kebebasan berbicara dan menambah kepandaian, sehingga mendapat kemajuan dalam keadaan sosial ekonominya. Menurut Sjarial-Pamuntjak (2000: 3) menyatakan bahwa :

Perpustakaan umum ialah perpustakaan yang menghimpun koleksi buku, bahan tercetak serta rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum. Perpustakaan umum berdiri sebagai lembaga yang diadakan untuk dan oleh masyarakat. Setiap warga dapat menggunakan perpustakaan tanpa dibedakan pekerjaan, kedudukan, kebudayaan dan agama. Meminjam buku dan bahan lain dari koleksi perpustakaan dapat dengan cuma-cuma atau dengan membayar iuran sekedarnya sebagai tanda keanggotaan dari perpustakaan tersebut.

Sedangkan dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000: 4) dinyatakan bahwa:

“Perpustakaan Umum adalah Perpustakaan yang diselenggarakan di pemukiman penduduk (kota atau desa) diperuntukkan bagi semua lapisan dan golongan masyarakat penduduk pemukiman tersebut untuk melayani kebutuhannya akan informasi dan bahan bacaan.”

Selanjutnya menurut Sulistyo-Basuki (1991: 46) “Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani umum”. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa, perpustakaan umum adalah lembaga yang menyediakan layanan informasi dan bahan pustaka untuk seluruh lapisan dan golongan masyarakat tanpa dibedakan jenis kelamin, pekerjaan, kedudukan, kebudayaan, dan agama. Perpustakaan ini diselenggarakan dengan dana umum serta memberikan layanan jasa perpustakaan dan memanfaatkan bahan pustaka dengan secara cuma-cuma.


(18)

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Umum

Pentingnya peranan perpustakaan umu bagi kecerdasan bangsa sehingga UNESCO mengeluarkan Manifesto Perpustakaan Umum pada tahun 1972. menyatakan bahwa perpustakaan umum mempunyai 4 tujuan utama yaitu:

1. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang

dapat membantu meningkatkan mereka ke arah kehidupan yang lebih baik.

2. Menyediakan sumber informasi yang cepat tepat dan murah bagi mereka dan

murah bagi masyarakat, terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan sedang hangat dalam kalangan masyarakat.

3. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya,

sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka. Fungsi ini sering disebut fungsi pendidikan perpustakaan umum, lebih tepat disebut sebagai pendidikan perpustakaan umum, lebih tepat disebut sebagai pendidikan berkesinambungan ataupun pendidikan seumur hidup. Pendidikan sejenis ini hanya dapat dilakukan oleh perpustakaan umum karena perpustakaan umum merupakan satu-satunya pranata kepustakawanan yang terbuka bagi umum. Perpustakaan Nasional juga terbuka bagi umum namun untuk memanfaatkannya tidak selalu terbuka langsung bagi perorangan, adakalanya harus melalui perpustakaan lain.

4. Bertindak selaku agen kultural artinya perustakaan umum merupakan pusat

utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya. Perpustakaan umum bertugas menumbuhkan apresiasi budaya masyarakat sekitarnya dengan cara menyelenggarakan pameran budaya, ceramah, pemutaran film dan menyediakan informasi yang dapat meningkatkan keikutsertaan, kegemaran dan apresiasi masyarakat terhadap segala bentuk seni budaya (Sulistyo-Basuki, 1991:46).

Sedangkan dalam Buku Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (1992: 2) tujuan perpustakaan umum adalah

1. Untuk pendidikan masyarakat (sebagai sarana pendidikan non formal) dan

membudidayakan kreasi, prakasa dan swadaya masyarakat guna meningkatkan kemajuan kehidupan dan kesejahteraannya.

2. Menyediakan berbagai kebutuhan untuk penerangan, informasi dan data

sekunder serta pengetahuan ilmiah.

3. Memberi semangat dan hiburan yang sehat dan pemanfaatan hal-hal yang

bersifat membangun dalam waktu senggang.

4. Mendorong, menggairahkan, memelihara dan membina semangat membangun

dan semangat belajar masyrakat.

5. Membekali berbagai pengetahuan dan ilmu serta pedoman-pedoman kepada

masyarakat di berbagai bidang

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan tujuan perpustakaan umum adalah membina, meningkatkan serta mengembangkan kemampuan yang dimiliki masyarakat menjadi bermanfaat untuk meningkatkan kehidupan mereka yang lebih


(19)

baik. Dengan menyediakan bahan pustaka yang sesuai dan bermanfaat dengan kebutuhan informasi masyarakat, serta menjadi pusat kehidupan sumber informasi kebudayaan masyarakat sekitar.

2.1.3 Jenis Perpustakaan Umum

Perpustakaan Umum dapat satu-satunya perpustakaan yang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Menurut Sutarno (2003: 33) dinyatakan yang termasuk di dalam kategori perpustakaan umum adalah :

1. Perpustakaan Umum Kabupaten / Kota

2. Perpustakaan Umum Kecamatan,

3. Perpustakaan Umum Desa / Kelurahan

4. Perpsutakaan Cabang

5. Perpustakaan Taman Bacaan Rakyat / Perpustakaan Umum Taman Bacaan

Masyarakat

6. Perpustakaan Keliling.

2.2 Jenis Koleksi Perpustakaan

Menurut Yulia (1993: 3) berikut ini akan dijelaskan secara garis besar jenis bahan pustaka yang tercakup dalam koleksi perpustakaan.

1. Karya tercetak

Kaya tercetak adalah hasil pikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak seperti:

a. Buku

b. Terbitan berseri

2. Karya noncetak

Yang termasuk jenis bahan pustaka karya noncetak ini adalah:

a. Rekaman suara

b. Gambar hidup dan rekaman video

c. Bahan grafika d. Bahan kartografi

3. Bentuk mikro

Ada 3 macam bentuk mikro yang sering menjadi koleksi perpustakaan yaitu :

a. Mikrofilm

b. Mikrofis

c. Microopaque

4. Karya dalam bentuk elektronik

media elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk membaca diperlukan perangkat keras seperti komputer, CD-ROM player, dan sebagainya.


(20)

2.3 Pengadaan Bahan Perpustakaan

2.3.1 Pengertian Pengadaan Bahan Perpustakaan

Pengadaan bahan perpustakaan merupakan salah satu pelayanan teknis suatu perpustakaan yang menyediakan dan mengupayakan penambahan bahan perpustakaan terbaru sesuai dengan kebutuhan pengguna. Koleksi perpustakaan merupakan sumber informasi yang tidak saja menggambarkan hasil karya manusia masa lampau dan masa sekarang, namun juga masa yang akan datang. Bila koleksi perpustakaan dikembangkan tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perpustakaan akan ditinggalkan penggunanya. Oleh sebab itu kegiatan pengadaan bahan perpustakaan sangat penting bagi perpustakaan. Dengan adanya pengadaan bahan perpustakaan, koleksi perpustakaan dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan memenuhi kebutuhan informasi pengguna perpustakaan.

Menurut Yulia (1993: 41) “Pengadaan bahan perpustakaan mencakup perolehan bahan/buku melalui pembelian, hadiah atau pertukaran, pembayaran atau tanda terima pembayaran, dan memelihara catatan-catatan yang berkaitan dengan pengadaan”.

Dari pernyataan di atas kita dapat melihat bahwa pengadaan bahan perpustakaan tidak hanya dilakukan dengan pembelian tetapi dapat juga dengan hadiah atau pertukaran.

2.3.2 Pemilihan Bahan Perpustakaan

Perpustakaan umum memiliki jenis pengguna yang beraneka-ragam, sehingga banyak sekali kebutuhan pengguna yang harus dipenuhi. Akan tetapi tidak semua kebutuhan tersebut dapat dipenuhi karena berbagai alasan seperti anggaran terbatas, banyaknya publikasi yang telah diterbitkan dan berkembangnya ilmu pengetahuan. Untuk itulah diadakan pemilihan bahan perpustakaan.

Menurut Sulistyo-Basuki (1993: 426) menyatakan bahwa “Pemilihan bahan perpustakaan adalah proses kerja memilih atau menentukan koleksi yang mana yang cocok dijadikan koleksi perpustakaan. Dalam dunia kepustakawan proses pemilihan bahan pustaka merupakan aspek kegiatan yang intelek”. Dengan adanya pemilihan bahan perpustakaan maka bahan perpustakaan memiliki keseimbangan dengan cabang ilmu yang yang lain.


(21)

2.3.2.1 Pihak yang berwenang dalam pemilihan bahan perpustakaan

Pemilihan bahan perpustakaan dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang yang harus menguasai subjek dan mengetahui kebutuhan pengguna akan koleksi yang ada di perpustakaan. Hal ini bertujuan agar pengadaan bahan perpustakaan dilakukan dengan cermat tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Pihak-pihak yang berwenang dalam pemilihan koleksi di perpustakaan umum adalah sebagai berikut ini:

1. Dewan penasehat/penyantun perpustakaan.

2. Tokoh masyarakat dimana perpustakaan umum itu berada.

3. Pustakawan

Sulistyo-Basuki (1993: 429) menyatakan bahwa kriteria untuk menjadi seorang selektor bahan perpustakaan yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Menguasai sarana bibliogarfi yang tersedia, paham akan dunia penerbitan

khususnya mengenai penerbit, spesialis para penerbit, kelemahan mereka, standar hasil terbitan yang ada selama ini dan sebagainya.

2. Mengetahui latar belakang para pemakai perpustakaan misalnya siapa saja

yang menjadi anggota, kebiasaan membaca anggota, minat dan penelitian yang sedang dan telah dilakukan, berapa banyak mereka menggunakan perpustakaan, dan mengapa ada kelompok yang menggunakan koleksi perpustakaan lebih banyak daripada kelompok lainnya.

3. Memahami kebutuhan para pemakai.

4. Hendaknya personil pemilihan buku bersikap netral, tidak bersikap mendua,

menguasai informasi, memiliki akal sehat dalam pemilihan buku. Biasanya pustakawan berpengalaman memiliki naluri tajam mengenai buku, apakah perlu dibeli dan tidak walaupun dia tidak dapat menjelaskan alasan logis pembelian atau penolakan sebuah buku. Sering kali keputusan pustakawan tersebut benar.

5. Pengetahuan mendalam mengenai koleksi perpustakaan.

6. Mengetahui buku melalui proses membuka-buka ataupun melalui proses

membaca.

Selain dari persyaratan di atas, seorang selektor juga harus memiliki kemampuan menggunakan alat bantu pemilihan bahan pustaka, yang mana alat bantu tersebut berfungsi untuk mempermudah dan mengetahui informasi buku secara lengkap.

2.3.2.2 Pedoman Pemilihan Bahan Perpustakaan

Menurut Milburga (1992: 75) Pedoman berikut ini dapat membimbing pustakawan atau selektor untuk selektif di dalam pemilihan bahan perpustakaan antara lain :


(22)

1. Pilihan disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan pemakai perpustakaan dan tidak bertentangan dengan tujuan dan fungsi perpustakaan.

2. Dipilih untuk para pemakai. Dihindari jangan sampai pemilihan terlalu

dipengaruhi oleh selera pribadi pustakawan atau sekelompok orang saja.

3. Membawa manfaat bagi kemajuan pengetahuan dan kekayaan jika yang

bersifat informatif, inspiratif maupun rekreatif.

4. Bahan yang dipilih memenuhi syarat/kualitas bahan pustaka yang baik antara lain orientasi pengarang, reputasi, pengarang, penerbit, daftar isi, penyajian, susunan karangan, edisi fisik buku, dan lai-lain.

Dengan pedoman ini pemilihan bahan perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan pengguna dan sesuai dengan kemampuan perpustakaan. Serta menyediakan koleksi yang berkualitas, bermanfaat dengan kebutuhan pengguna perpustakaan.

Pustakawan juga harus mempunyai prinsi-prinsip untuk mengevaluasi atau menilai buku yang baik dan sesuai dengan Perpustakaan Nasional RI (2007: 2) seperti berikut ini:

1. Otoritas

Yang dimaksud dengan otoritas adalah kepercayaan terhadap pembuat buku tersebut seperti :

• Pengarang

• Penerbit

2. Isi Buku

Pustakwan harus melihat bagaimana penyajian informasi dalam isi buku tersebut seperti

• Susunan/sistematika

• Isi (materi)

• Tahun Penerbitan

3. Penyajian

• Ketepatan

• Bahasa

4. Hal Khusus

• Indeks

• Bibliografi

• Peta, Diagram, Daftar Ilustrasi 5. Format

• Penjilidan

• Kertas

• Tipografi 6. Edisi

• Terbitan revisi • Terbitan terbaru

• Harga


(23)

2.3.2.3 Alat Bantu Pemilihan Bahan Perpustakaan

Menurut Soeatminah (1992: 76) alat bantu seleksi bahan perpustakaan yang digunakan oleh perpustakaan antara lain:

1. Katalog penerbit dalam dan luar negeri 2. Bibliografi Nasional dan International 3. Bibliografi khusus berbagai bidang ilmu 4. Daftar tambahan koleksi perpustakaan 5. Timbangan buku, iklan dan lain-lain.

Berdasarkan uraian di atas, pihak-pihak yang melakukan pemilihan bahan perpustakaan dapat menentukan koleksi mana yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan.

Menurut Perpustakaan Nasional RI (2007: 5) alat bantu pemilihan bahan perpustakaan telah tersedia baik dalam ruang lingkup dalam negeri maupun luar negeri, baik dalam bentuk cetak maupun akses online melalui internet yaitu:

a.

a. Katalog penerbit Dalam negeri

b. Daftar buku IKAPI

c. Berita bibliografi

d. Bibliografi Nasional Indonesia e. Bibliografi Daerah

f. Daftar buku beranotasi dari penerbit, instansi atau lembaga pemerintah maupun swasta

b. Luar negeri

a. Books in print

b. British books in print

c. Katalog (daftar terbitan) dari penerbit luar negeri d. Daftar terbitan dari kedutaan asing

e. Ulrich's International Periodical's Directory f. Daftar buku asing lainnya.

2.3.3 Sistem Pengadaan Bahan Perpustakaan

Pengadaan bahan perpustakaan tidak mudah karena banyak pertimbangan yang harus diperhatikan salah satunya wawasan pustakawan yang luas dalam memilih bahan perpustakaan yang sesuai dengan perpustakaan dan juga melibatkan pihak luar yang bukan dari perpustakaan untuk menjalankan sistem pengadaan bahan perpustakaan tersebut.

Menurut Perpustakaan Nasional RI (2007: 5) sistem yang digunakan dalam hal pengadaan bahan perpustakaan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:


(24)

1. Pengadaan Bahan Perpustakaan melalui Pembelian

2. Pengadaan Bahan Perpustakaan melalui Pertukaran

3. Pengadaan Bahan Perpustakaan melalui Hibah / Hadiah

4. Pengadaan Bahan Perpustakaan melalui Titipan

5. Pengadaan Bahan Perpustakaan melalui Penerbitan Sendiri 2.3.3.1 Pembelian

Pengadaan bahan perpustakaan dengan pembelian merupakan sistem pengadaan yang sering dilakukan oleh semua jenis perpustakaan. Menurut Soetminah (1992: 75), “untuk mengadakan koleksi lewat pembelian, perpustakaan perlu menyediakan anggaran. Di samping anggaran perpustakaan harus menentukan macam dan jenis bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan.”

Pembelian dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:

1. Toko buku

2. Penerbit, baik di dalam negeri maupun luar negeri 3. Agen buku, baik di dalam negeri maupun luar negeri

Ada pun keuntungan dan kelemahan dari 3 tempat menurut Perpustakaan Nasional RI (2007: 6) tersebut yaitu :

1. Toko Buku Keuntungannya

• Lebih efesien dari segi waktu dan biaya Kelemahannya

• Tidak semua subjek atau judul buku yang dibutuhkan perpustakaan tersedia di toko buku

• Tidak semua toko buku menyediakan buku-buku luar negeri

2. Penerbit

Keuntungannya

• Potongan harga yang besar, dibandingkan jika langsung membeli toko buku

Kelemahannya

• Untuk memperoleh buku – buku luar negeri, harus melalui penerbit luar negeri (dikirim).

3. Agen

Keuntungannya

• Memiliki buku-buku terbitan luar negeri

• Tidak hanya melayani pemesanan buku saja, tetapi melayani permasalahan

yang mungkin akan timbul dari pemesanan Kelemahannya


(25)

2.3.3.2 Hadiah/Sumbangan

Pengadaan bahan perpustakaan dapat dilakukan melalui hadiah/sumbangan baik itu dari lembaga pemerintah maupun swasta, organisasi perorangan serta organisasi/lembaga dari luar negeri. Akan tetapi tidak semua bahan perpustakaan yang berasal dari sumbangan/hadiah dapat diterima karena hal tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna atau dengan perpustakaan. Untuk itu pustakawan harus teliti dalam menyeleksi koleksi bahan perpustakaan yang disesuaikan oleh kebutuhan pengguna.

Berbagai instansi pemerintah, yayasan, maupun LSM umumnya memiliki publikasi yang dapat diberikan cuma-cuma kepada perpustakaan. Pustakawan sebaiknya pro aktif dalam mencari unit kerja, instansi, LSM yang mana dapat menghadiahkan buku-buku bagi keperluan perpustakaan. Pendekatan antar unit kerja/instansi mutlak diperlukan, sebab dengan adanya surat resmi dari pejabat perpustakaan akan melancarkan tugas pustakawan dalam memperoleh koleksi yang disumbangkan dari instansi tersebut. Hadiah juga dapat diberikan bila perpustakaan yang bersangkutan memiliki banyak duplikasi terbitan. Melalui berita acara yang jelas, koleksi-koleksi duplikat tersebut dapat diberikan kepada perpustakaan lain yang dibutuhkan. Demikian pula dengan koleksi yang tidak sesuai dengan subyek yang sesuai dengan perpustakaan. Pada umumnya mereka akan menyeleksi dan menawarkannya pada perpustakaan lain.

Bahan perpustakaan yang diperoleh dari sumbangan/hadiah dapat dilakukan dengan 2 cara:

1. Hadiah atas pemintaan

Hadiah atas permintaan dilakukan dengan mengajukan permintaan langsung kepada lembaga penyumbang. Perpustakaan mengajukan permintaan secara tertulis dengan surat yang sah sebagai bukti autentik.

Berikut ini akan dijelaskan langkah perolehan bahan perpustakaan melalui hadiah atas permintaan antara lain:

a. Menyusun daftar bahan pustaka yang akan diminta

b. Mengirimkan daftar ke alamat yang dituju

c. Mengirimkan surat ucapan terima kasih kepada pengirim atau

sumbangan atau hadiah yang telah diberikan. 2. Hadiah tak langsung

Hadiah tak langsung dapat diperoleh melalui hadiah dari instansi,lembaga atau organisasi tanpa diminta. Bila suatu perpustakaan memiliki bahan perpustakaan yang jumlah eksemplarnya banyak maka bahan perpustakaan tersebut dapat diberikan kepada perpustakaan yang lain yang lebih membutuhkan diberikan sebagai hadiah.


(26)

Tujuan dalam permintaan dari pemberian hadiah adalah untuk mengembangkan dan membangun koleksi perpustakaan dan akan menguntungkan perpustakaan karena dapat menambah atau memperbesar koleksi. Perpustakaan yang menerima dan memberikan hadiah bahan pustaka karena mempertimbangkan :

• Apakah koleksi sesuai dengan subjek dan tujuan perpustakaan.

• Dapatkah perpustakaan menanggung pengolahan penempatan,

penyimpanan dan penggunaan koleksi.

• Dapatkah perpustakaan mengalokasikan dana untuk pengolahan dan

perantaraan bahan perpustakaan tersebut. Soetminah , (1992: 72). 2.3.3.3 Tukar-Menukar

Pengadaan buku melalui tukar menukar dan hadiah (gift and exchange) merupakan potensi yang besar dalam pengadaan koleksi bahan perpustakaan di suatu perpustakaan karena dapat diperoleh secara cuma-cuma apabila bahan perpustakaan tersebut tidak menyimpang dari tujuan perpustakaan. Dalam tukar menukar bahan perpustakaan untuk koleksi perpustakaan perlu memperhatikan tujuan pertukaran, tugas unit pertukaran, pelaksanaan kegiatan pertukaran dan sumber pertukaran.

Menurut Sulistyo-Basuki (1993: 56) pertukaran bahan perpustakaan antara perpustakaan mempunyai beberapa tujuan yaitu:

1. Untuk memperoleh buku-buku tertentu yang tidak dapat dibeli di toko buku,

atau tidak tersedia karena alasan lain. Sebagai contoh terutama buku-buku terbitan pemerintah, majalah-majalah dan lain-lain yang dikirim perpustakaan hanya pertukaran.

2. Sistem pertukaran memberi jalan bagi perpustakaan untuk buku-buku duplikat dan hadiah yang tidak sesuai

3. Pertukaran mengembangkan kerjasama yang baik antara perpustakaan khususnya pada tingkat internasional.

Untuk dapat melakukan pertukaran, perpustakaan perlu memperhatikan prosedur tukar-menukar. Menurut Yulia (1993: 43), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan tukar-menukar bahan perpustakaan antara lain:

1. Perpustakaan yang menawarkan, langkah pertama adalah menyusun daftar

bahan perpustakaan yang akan ditukarkan. Penawaran dapat dilakukan melalui judul maupun pengarang.

2. Perpustakaan mengirimkan penawaran kepada sejumlah perpustakaan lain

yang diperkirakan memiliki bahan yang sesuai dengan bahan yang ditawarkan, serta menjalin kerjasama dengan perpustakaan yang menawarkan. Dalam penawaran tersebut disebutkan syarat-syarat tukar menukar, misalnya bahan perpustakaan apa yang diinginkan, ongkos kirim, dan sebagainya.

3. Perpustakaan yang menerima penawaran harus mempelajari tawaran dan

persyaratan dari pihak yang menawarkan.

4. Perpustakaan yang menerima memilih daftar yang diinginkan dan menyusun

daftar bacaan yang ditawarkan sebagai bahan penukaran.

5. Apabila kedua perpustakaan telah sepakat dalam melakukan tukar-menukar,


(27)

6. Kemudian diolah sesuai dengan prosedur inventarisasi setelah kedua belah pihak menerima hasil pertukaran.

Selain prosedur diatas, ada beberapa sumber pertukaran bahan perpustakaan seperti yang dikemukakan oleh Yulia, (1993: 57), antara lain :

1. Universitas/akademik yang berupa terbitan resmi, disertai atau abstrak bahan pustaka duplikat, terbitan univeristy press, terbitan perustakaan, reprint, terbitan unit penelitian.

2. Pemerintah, berupa undang-undang, peraturan-peraturan, lembaran negara,

dan terbitan resmi lainnya. 3. Organisasi ilmiah dan profesi 4. Perusahaan-perusahaan industri.

Dari penjelasan di atas maka pustakawan harus mempedomani prosedur tersebut, agar tidak merugikan perpustakaan dan pustakawan juga harus mengetahui beberapa sumber pertukaran bahan perpustakaan sehingga tidak mengalami kesulitan untuk mengadakan pertukaran.

2.3.3.4 Titipan

Pengadaan bahan perpustakaan melalui titipan biasanya dilaksanakan oleh pecinta buku yang menitipkan koleksinya di perpustakaan agar dibaca oleh pemakai perpustakaan. Pustaka yang dititip boleh dipinjamkan tetapi statusnya tetap milik penitip. Soetminah (1992: 74), memberi langkah-langkah pengelolaannya sebagai berikut:

1. Pustaka beserta daftarnya diterima, kemudian dicocokan dan apabila sudah

cocok pustaka dapat langsung diinventaris dan diproses sampai dapat dipinjamkan.

2. Perpustakaan dan penitip menandatangani surat serah terima yang dilengkapi dengan keterangan seperti :

a. Pustaka sesuai daftar terlampir dititipkan pada perpustakaan selama jangka waktu ...x... tahun.

b. Pustaka boleh dipinjamkan kepada masyarakat pemakai, maka boleh

diperlakukan sama dengan koleksi lain.

c. Perpustakaan akan memelihara dan merawat pustaka sebaik-baiknya seperti

koleksi yang lain.

d. Apabila ada pustaka yang rusak, perpustakaan akan memperbaiki, tetapi

apabila hilang perpustakaan tidak menggantinya.

e. Setelah ketentuan berikut disepakati bersama, maka kedua belah pihak

menandatanganin dan masing-masing menyimpan satu dokumen serah terima. Kegiatan penitipan bahan perpustakaan ini sering terjadi di perpustakaan khusus.


(28)

2.3.3.5 Penerbitan Sendiri

Pengadaan bahan perpustakaan juga bisa dilakukan dengan membuat penerbitan sendiri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menerbitkan indeks, bibliogarfi dan terbitan berkala (buletin) perpustakaan. Penerbitan sendiri biasanya berasal dari lembaga induk dimana perpustakaan tersebut bernaung ataupun dari perpustakaan itu sendiri. Menurut Buku Pedoman Pembinaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1982: 19), penerbitan sendiri mencakup pengertian

a). Penerbitan dari lembaga induk tempat perpustakaan berada.

1. Perpustakaan hendaknya dijadikan pusat penyimpanan (depository) semua

penerbitan lembaga itu

2. Perpustakaan dapat ditunjuk sebagai penyalur dari semua penerbitan lembaga yang bersangkutan.

b). Penerbitan oleh perpustakaan sendiri seperti daftar tambahan koleksi, bulletin, manual bibliografi, dan sebagainya.

Penerbitan sendiri yang dilakukan oleh perpustakaan umum biasanya bahan perpustakaan yang berisikan tentang penelitian-penelitian tentang daerah perpustakaan umum tersebut, daftar katalog buku dan sebagainya.

2.4 Anggaran

Setiap perpustakaan harus dapat tumbuh dan berkembang baik, dalam arti koleksi jasa maupun sumber daya manusianya dan hal ini tidak lepas dengan anggaran rutin. Perpustakaan harus mempunyai anggaran rutin, hal ini bertujuan untuk mebiayai keperluan operasional serta penambahan koleksi perpustakaan.

Anggaran merupakan salah satu modal utama dalam pengadaan bahan pustaka perpustakaan. Menurut Sulistyo-Basuki sumber keuangan untuk perpustakaan diperoleh dari berbagai sumber, antara lain :

a. Anggaran dari badan induk, biasanya pada perpustakaan pemerintah sudah

termasuk gaji pegawai.

b. Daftar isian proyek, terutama untuk perpustakaan pemerintah di Indonesia.

Bagi perpustakaan swasta, daftar ini biasanya diganti dengan daftar usulan kegiatan yang diajukan pada pimpinan badan induk.

c. Bagi perpustakaan perguruan tinggi, dana tambahan diperoleh dari sumbangan wajib mahasiswa.

d. Uang iuran anggota, biasanya untuk perpustakaan khusus, umum maupun

perguruan tinggi.

e. Penjualan terbitan perpustakaan maupun bahan induk. Pada berbagai lembaga

ada kebiasaan bahwa penerbitan dilakukan oleh perpustakaan dengan ketentuan sampai keuntungan diperuntukkan perpustakaan.


(29)

g. Penghasilan dari jasa reprografi, terjemahan, penyusunan bibliografi, penelusuran informasi, pembuatan tinjauan literatur.

h. Denda atas buku yang terlambat dikembalikan.

i. Sumbangan pemerintah.

j. Sumbangan swasta dan yayasan asing, biasanya digunakan untuk membeli

perlengakapan khusus (seperti microreader) atau untuk berlangganan majalah terbitan luar negeri.

Dari uraian di atas dapat perpustakaan memiliki beberapa sumber anggaran baik dari anggaran rutin maupun dari sumbangan dari pemerintah maupun swasta. Dari semua sumber anggaran perpustakaan mempunyai tujuan yang sama agar perpustakaan dapat tumbuh dan berkembang serta mampu membiayai kegiatan operasional perpustakaan umum. Dan diharapkan perpustakaan menjalani fungsi dan tugas dengan sebaik-baiknya.

2.5 Inventarisasi Bahan Perpustakaan

Inventarisasi bahan perpustakaan merupakan kegiatan pencatatan bahan perpustakaan ke buku inventaris atau buku induk. Kegiatan inventarisasi bertujuan untuk mengontrol kepemilikan koleksi dan jumlah koleksi yang dimiliki perpustakaan. Dalam kegiatan inventarisasi, perpustakaan dapat membuat laporan, menyusun statistik bahan perpustakaan yang dimiliki atau mengetahui bahan pustaka yang belum /sudah dimiliki, serta untuk mengetahui bahan perpustakaan yang hilang. Kegiatan tersebut mengunakan perlengkapan seperti buku inventaris, stempel inventaris, stempel milik perpustakaan.

Menurut Yulia (1993 :151) fungsi inventarisasi bahan perpustakaan sebagai berikut:

1. Sebagai daftar inventaris koleksi perpustakaan

2. Mengetahui jumlah koleksi perpustakaan dengan cepat

3. Mengetahui jumlah koleksi buku yang dimiliki perpustakaan pada saat/tahun

tertentu.

4. Untuk membantu mengetahui judul-judul buku yang hilang

5. Mengetahui jumlah koleksi buku, menurut jenis, bahasa, pembelian, hadiah

maupun berdasarkan tukar-menukar

Sjahrial-Pamuntjak (2000: 36) menyatakan bahwa “Keterangan yang diperlukan dalam pembuatan buku inventaris adalah tanggal penerimaan – nomor urut buku induk – nama penulis – judul buku (boleh disingkat) – tahun – cetakan – penerbit – pengirim – harga – keterangan”.


(30)

2.6 Dampak Bencana Tsunami Terhadap Perpustakaan

Minggu tanggal 26 Desember 2004 jam 07.58 WIB bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 Skala Richter yang diikuti gelombang tsunami yang melanda sebagian besar kawasan pesisir NAD telah menelan korban jiwa maupun harta dalam jumlah yang sangat besar. Akibat dari bencana tersebut, Provinsi NAD mengalami kelumpuhan hampir di seluruh sektor kehidupan. Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sendiri tidak lepas dari terjangan becana tsunami.

Gedung perpustakaan milik pemerintah memang terletak ditengah-tengah daerah, yang diporak-poranda oleh bencana Tsunami. Gedung-gedung tersebut memang tetap bertahan akibat guncangan gempa bumi beberapa menit, yang kemudian berakibat terjadinya gelombang Tsunami. Tetapi gelombang air yang dahsyat menghanyutkan seluruh koleksi buku yang merupakan jiwa sebuah perpustakaan. Saat ini gedung Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD telah selesai direnovasi, tetapi koleksi buku yang tersedia baru sekitar 30 % dari jumlah 200.000 eksemplar.

Ratusan ribu eksemplar buku yang dimiliki Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam hancur dihantam tsunami, sehingga tak bisa dimanfaatkan lagi untuk bacaan warga Banda Aceh terutama mahasiswa dan pelajar yang berada di Banda Aceh.

Dua ratus ribu eksemplar buku yang dimiliki perpustakaan NAD ini, sekitar 95 persen di antaranya telah lenyap hilang dibawa arus tsunami yang menghantam ruang bacaan utama perpustakaan. Ratusan ribu eksemplar buku yang hilang dibawa tsunami ini, adalah buku-buku yang bernilai sejarah tinggi, seperti sejarah Indonesia dan buku-buku adat dan budaya Aceh yang selama ini dijadikan referensi para mahasiswa dan peneliti. Buku yang sekitar 5 % tersisa itu merupakan buku deposit yang belum diedarkan untuk dikirim ke semua perpustakaan di Aceh. Buku-buku tersebut merupakan buku sejarah aceh yang dicetak oleh Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan juga buku tersebut merupakan buku yang bernilai yang masih tersisa, (Yusnidar, 2007)

Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam juga kehilangan beberapa karyawannya, baik yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun tenaga honorer. Salah satunya adalah Kepala Badan Perpustakaan NAD Bachtiar Azis.


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Jl. T. Nyak Arief (Lamgugop) Banda Aceh.

3.2 Metode Penelitian

Suatu penelitian harus menggunakan metode untuk mendapatkan data penelitian. Banyak peneliti memakai atau memilih jenis-jenis metode dalam melaksanakan penelitianya. Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, Nazir (2003: 56) menyatakan bahwa :

Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Metode survei membedah dan mengulit serta mengenal masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktik-praktik yang sedang berlangsung.

Penelitian ini bersifat deskriptif komparatif artinya sejenis penelitian yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu (Nazir, 1988:68)

Tugas pertama penelitian perbandingan adalah untuk mengetahui persamaan dan perbedaan. Tugas kedua ialah menanyakan mengapa terdapat persamaan ataupun perbedaan itu. Sedangkan tugas ketiga yang menyangkut kajian kebijakan ialah apa konsekuensi perbedaan yang diobservasi itu (Suyanto, 1995: 131)

Sesuai dengan pendapat ahli di atas penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dengan cara membuat perbandingan-perbandingan antar fenomena yang terjadi beberapa tahun yang lalu, dengan mengobservasi persamaan dan perbedaan menganalisa mengapa terdapat persamaan dan perbedaan tersebut serta melihat konsekuensi akibat dari perbedaan.

Penelitian skripsi ini akan membandingkan sistem pengadaan bahan perpustakaan meliputi jenis koleksi, jumlah koleksi, alat bantu pemilihan koleksi dan anggaran pengadaan pada masa sebelum dan sesudah bencana tsunami pada Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam .


(32)

3.3 Jenis dan Sumber Data.

Jenis dan sumber data penelitian ini sebagai berikut:

1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden melalui wawancara

2. Data sekunder adalah data yang mendukung data primer yang bersumber dari

buku laporan tahunan dan buku inventaris pengadaan koleksi perpustakaan Badan Perpustakaan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

3.4 Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (1998: 137) bahwa “Instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode”. Pemilihan instrumen penelitian harus dievaluasi sebaik mungkin sehingga instrumen penelitian tersebut cocok dengan informasi yang diinginkan untuk memperoleh data yang terpercaya. Sebagai instrumen penelitian, penulis membuat daftar pertanyaan wawancara.

Menurut Nazir (2003: 193) menyatakan bahwa “Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)”. Wawancara yang akan digunakan adalah wawancara personal, yaitu wawancara yang dilakukan antara peneliti dengan responden dengan tujuan memperoleh informasi yang relevan. Penulis melakukan metode wawancara kepada Kepala Bidang Pengelolaan Khasanah yang diwakilkan oleh anggota Sub. Bidang Akusisi dan pengolahan oleh Bapak Yulizar.

Penelitian ini juga berdasarkan hasil pengamatan penulis terhadap laporan tahunan, buku inventarisasi dan tata usaha pada Bidang Akusisi dan Pengolahan di Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD.


(33)

3.5 Kisi-Kisi Wawancara

Untuk membangun daftar pertanyaan wawancara diperlukan kisi-kisi wawancara terlebih dahulu. Menurut Arikunto (2002:138) “kisi-kisi adalah sebuah tabel menunjukkan hubungan antara hal yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom kisi-kisi ini dibuat untuk mengontrol dan memudahkan pengoreksian”.

Kisi-kisi wawancara pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel – 1 : Kisi-Kisi wawancara

Variabel Indikator No Item

Wawancara Jumlah Item Pengadaan Bahan Pustaka

1. Kondisi koleksi Badan Perpustakaan NAD

a. Jenis koleksi yang diadakan b. Jumlah Koleksi

2. Pengadaan bahan pustaka

a. Sistematika pengadaan bahan

pustaka

b. Alat bantu yang digunakan dalam

pengadaan kembali bahan pustaka yang lama

3. Bantuan koleksi untuk pengadaan

4. Kendala pengadaan bahan pustaka

5. Anggaran perpustakaan

a. Sumber anggaran

b. Perbandingan anggara sebelum

dan sesudah bencana tsunami

1 2 3 4 5 6 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1

Jumlah 9


(34)

Data yang akan dianalisis dibagi menjadi dua bagian yaitu data kuantitatif dan data kualiatatif.

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif yaitu teknik analisis dan diinterpretasikan dalam bentuk uraian.

Untuk mengetahui perkembangan bahan perpustakaan, penulis mengambil 5 tahun ke belakang dengan membagi tahun tersebut ke dalam dua peride waktu yaitu :

1. Masa sebelum bencana tsunami 2003-2004

2. Masa sesudah bencana tsunami 2005-2007

Untuk mengetahui rata-rata pertumbuhan pengadaan bahan perpustakaan setiap periode waktu, penulis menggunakan rumus perhitungan per kapita sederhana (Hasugian, 2004: 3) yaitu :

1. Masa sebelum bencana tsunami 2003-2004

a. Jumlah koleksi tahun 2003 : A

b. Jumlah koleksi tahun 2004 : B

c. Jumlah Tahun : n

d. Rata-rata penambahan per tahun : x

x = (B-A)

n

2. Masa sesudah bencana tsunami 2005-2007

a. Jumlah koleksi tahun 2005 : A

b. Jumlah koleksi tahun 2006 : B

c. Jumlah koleksi tahun 2007 : C

d. Rata-rata penambahan per tahun : x

x

= (C-B) + (B-A) n

Untuk mengetahui persentase pertumbuhan pengembangan koleksi tiap periodenya ( x %) yaitu dengan rumus :


(35)

x

= [(B-A/B)] x 100%

n

2. Masa sesudah bencana tsunami 2005-2007 x

= [(C-B/C) + (B-A/B)] x 100%

n

Setelah mendapatkan hasil perhitungan dengan rumus di atas, maka dapat dilihat presentase pengadaan koleksi.

b. Data Kualitatif

Data ini diperoleh dari hasil wawancara Kepala Bidang Pengelolaan Khasanah yang diwakilkan oleh anggota Sub. Bidang Akusisi dan pengolahan yaitu Bapak Yulizar. Hasil wawancara tersebut diinterpretasikan secara deskriptif sesuai dengan teori yang telah dicantumkan dalam kajian teoritis. Hasil wawancara dapat dilihat pada Lampiran 3.


(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)

Koleksi perpustakaan adalah semua bahan perpustakaan yang dikumpulkan, diolah, dan disimpan untuk disajikan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi. Tugas utama setiap perpustakaan adalah membangun koleksi untuk kepentingan pengguna perpustakaan. Kualitas jasa yang diberikan serta kepuasan pengguna ditentukan oleh tersedianya koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mencoba menyesuaikan koleksinya dengan kebutuhan pengguna atau minimal mengusahakan agar koleksinya dapat memenuhi semua kebutuhan informasi yang diperlukan oleh masyarakat Banda Aceh tersebut, baik pada masa sebelum dan sesudah bencana tsunami .

4.1.1 Jenis Koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD

Sebelum bencana tsunami Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD tidak memiliki koleksi bahan perpustakaan terekam dan juga mereka tidak mempunyai koleksi majalah serta jurnal. Sehingga kebutuhan informasi masyarakat Banda Aceh sangat terbatas hanya menggunakan buku teks saja.

Hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan anggota bagian akusisi dan pengolahan Bapak Yulizar. Beliau mengatakan bahwa “Koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam hanya terdiri buku saja. Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD tidak memiliki koleksi layanan audio visual sehingga mereka tidak melakukan pengadaan bahan perpustakaan yang bersifat terekam. Akan tetapi sudah ada perencanaan untuk mendirikan layanan audiovisual, hanya tinggal menunggu waktu beberapa bulan mendatang untuk pelaksanaannya saja”.

Perbandingan jenis koleksi bahan perpustakaan sebelum dan sesudah bencana tsunami tidak mengalami perubahan atau tetap sama dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan tidak adanya perubahan pada kebijakan pengembangan koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan NAD. Seharusnya pada zaman era informasi sekarang ini


(37)

jenis bahan perpustakaan sudah beralih pada file elektronik seperti CD, journal, e-book dan sebagainya. Keuntungannya adalah menghemat tempat penyimpangan dan perawatannya.

4.1.2 Jumlah Koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD

Jumlah (kuantitas) koleksi yang dimiliki koleksi perpustakaan umum Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD pada masa sebelum bencana tsunami (2003-2004) dan sesudah bencana tsunami (2005-2007) dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel – 2 : Kuantitas Koleksi Bahan Perpustakaan Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD

Tahun

Jumlah

Judul Eksemplar

2003 37.130 185.651

2004 40.345 201.725

2005 6.337 24.565

2006 11.281 55.625

2007 27.697 138.483

Sumber : Data Statistik Pengadaan Bahan Perpustakaan dan Tata Usaha

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa koleksi judul bahan perpustakaan terbanyak adalah pada tahun 2004 (40.345 judul) sebelum terjadinya bencana tsunami tahun 2004. Koleksi eksemplar bahan perpustakaan terbanyak juga terdapat pada tahun 2004 (201.725 eksemplar). Hal ini menunjukkan koleksi bahan perpustakaan yang hilang pada peristiwa bencana tsunami sebesar 201.725 eksemplar.

Jumlah koleksi dalam 3 tahun sesudah bencana tsunami (2005-2007) adalah 218.673. Peningkatan ini bersumber pada pembelian sebesar 171.019 eksemplar dan hadiah sebesar 47.654 eksemplar.


(38)

4.1.2.1 Jumlah Koleksi Berdasarkan Judul

Untuk mengetahui rata-rata pertumbuhan koleksi pada masa sebelum dan sesudah bencana tsunami dapat dilihat pada perhitungan berikut :

1. Masa sebelum bencana tsunami 2003-2004

Untuk mengetahui pertumbuhan koleksi berdasarkan judul sebelum bencana tsunami dapat dilihat tabel berikut ini:

Tabel – 3 : Kuantitas Judul Koleksi Tahun 2003-2004

Tahun Jumlah Judul Koleksi

2003 37.130

2004 40.345

Selanjutnya data tabel diatas akan digunakan dalam perhitungan pertumbuhan koleksi berdasarkan judul sebelum bencana tsunami sebagai berikut :

a. Jumlah koleksi tahun 2003 : A

b. Jumlah koleksi tahun 2004 : B

c. Jumlah Tahun : n

d. Rata-rata pertumbuhan per tahun : x

x = (B-A) n

x = (40.345-37.130) 2

x = 3215 2

x = 1607,5 dibulatkan = 1.607 judul

Berdasarkan perhitungan diatas pada sebelum bencana tsunami pertumbuhan koleksi berdasarkan judul sebesar 1.607 judul per tahun

Untuk mengetahui persentase rata-rata pertumbuhan kuantitas judul koleksi per tahun yaitu dengan dilakukan perhitungan dengan pedoman rumus halaman 22 yaitu sebagai berikut:

x = [(B-A/B)] x 100% n


(39)

x = [(40.345 - 37.130/40.345)] x 100% 2

x = [(3.215/40.345)] x 100% 2

x = 3,98 %

Berdasarkan perhitungan diatas pada sesudah bencana tsunami persentase pertumbuhan koleksi berdasarkan judul sebesar 3,98% judul per tahun

Rata-rata pertumbuhan kuantitas judul koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 1.607 judul per tahun dengan persentase rata-rata sebesar 3,98%.

2. Masa sesudah bencana tsunami 2005-2007

Untuk mengetahui pertumbuhan koleksi berdasarkan judul sesudah bencana tsunami dapat dilihat tabel berikut ini:

Tabel – 4 : Kuantitas Judul Koleksi Tahun 2005-2007 Tahun Jumlah Judul Koleksi

2005 6.337

2006 11.281

2007 27.697

Selanjutnya data tabel diatas akan digunakan dalam perhitungan pertumbuhan koleksi berdasarkan judul sebelum bencana tsunami sebagai berikut :

a. Jumlah koleksi tahun 2005 : A

b. Jumlah koleksi tahun 2006 : B

c. Jumlah koleksi tahun 2007 : C

d. Rata-rata pertumbuhan per tahun : x x = (C-B) + (B-A)

n

x = (27.697-11.281) + (11.281-6.337)

3

x = 16.416 + 4.944 3


(40)

x = 21.360 3 x = 7.120 judu l

Berdasarkan perhitungan diatas pada sebelum bencana tsunami pertumbuhan koleksi berdasarkan judul sebesar 7.120 judul per tahun.

Untuk mengetahui persentase rata-rata pertumbuhan kuantitas judul koleksi per tahun yaitu dengan melakukan perhitungan sebagai berikut:

x = [(C-B/C) + (B-A/B)] x 100% n

x = [(27.697-11.281/27.697) + (11.281-6.337/11.281)] x 100% 3

x = [0,59 + 0,44] x 100% 3

x = 1.03 x 100% 3

x = 34,3 %.

Berdasarkan perhitungan diatas pada sesudah bencana tsunami persentase pertumbuhan koleksi berdasarkan judul sebesar 3,98% judul per tahun.

Dapat disimpulkan rata-rata pertumbuhan kuantitas judu l koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 7.120 judul per tahun dengan persentase rata-rata sebesar 34,3%

Untuk melihat perbandingan rata-rata pertumbuhan judul koleksi Badan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel – 5 : Perbandingan Rata-rata Pertumbuhan Judul Koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan NAD

Periode Rata-rata Perkembangan

Sebelum bencana tsunami 1.607


(41)

Dari tabel di atas dapat diketahui rata-rata pertumbuhan judul koleksi Perpustakaan Umum Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD per tahun berdasarkan priode sebelum dan sesudah bencana tsunami .

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Perpustakaan Umum Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam rata-rata pertumbuhan judul koleksinya mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sebelum bencana tsunami rata-rata pertumbuhan judul koleksinya hanya mencapai 1.607 judul. Sesudah bencana tsunami rata-rata perkembangan judul koleksinya mengalami kenaikan yang cukup pesat mencapai 7.210 judul. Peristiwa bencana tsunami yang dialami Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD telah menyebabkan hilangnya seluruh koleksi bahan perpustakaan. Sehingga pengadaan bahan perpustakaan menjadi prioritas utama Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD. Dengan koleksinya yang minim Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD berupaya menambah koleksi sebanyak mungkin. Peningkatan jumlah koleksi sebagian besar bersumber dari sumbangan/hadiah.

Tabel – 6 : Perbandingan Persentase Rata-rata Pertumbuhan Kuantitas Judul Koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD

Periode Rata-rata Perkembangan

Sebelum bencana tsunami 3,98 %

Sesudah bencana tsunami 34,3 %

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa perbandingan persentase rata-rata pertumbuhan kuantitas judul koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mengalami kenaikan yang sangat pesat. Pengadaan koleksi bahan perpustakaan secara besar-besaran ini menyebabkan persentase rata-rata pertumbuhan kuantitas judul koleksi sebelum tsunami hanya 3,98%. Sesudah bencana tsunami peningkatannya mencapai 34,3%.

4.1.2.2 Jumlah Koleksi Berdasarkan Eksemplar

Untuk mengetahui rata-rata pertumbuhan koleksi pada masa sebelum dan sesudah bencana tsunami dapat dilihat pada perhitungan berikut :


(42)

1. Masa sebelum bencana tsunami 2003-2004

Untuk mengetahui pertumbuhan koleksi berdasarkan eksemplar sebelum bencana tsunami dapat dilihat tabel berikut ini:

Tabel -7 : Kuantitas Eksemplar Koleksi Tahun 2003-2004 Tahun Jumlah Eksemplar Koleksi

2003 185.651

2004 201.725

Selanjutnya data tabel diatas akan digunakan dalam perhitungan pertumbuhan koleksi berdasarkan judul sebelum bencana tsunami sebagai berikut :

a. Jumlah koleksi tahun 2003 : A

b. Jumlah koleksi tahun 2004 : B

c. Jumlah Tahun : n

d. Rata-rata pertumbuhan per tahun :

x

x = (B-A) n

x = (201.725-185.651) 2

x = 16074 2

x = 8.037 eksemplar

Berdasarkan perhitungan diatas pada sebelum bencana tsunami pertumbuhan koleksi berdasarkan judul sebesar 8.037 eksemplar per tahun

Untuk mengetahui persentase rata-rata pertumbuhan kuantitas eksemplar koleksi pertahun yaitu dengan melakukan perhitungan sebagai berikut:

x = [(B-A/B)] x 100% n

x = [(201.725-185.651/201.725)] x 100% 2

x = [(16.074 / 201.725)] x 100% 2


(43)

x = 3,98 %

Berdasarkan perhitungan diatas pada sesudah bencana tsunami persentase pertumbuhan koleksi berdasarkan judul sebesar 3,98% judul per tahun.

Rata-rata pertumbuhan kuatitas eksemplar koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 8.037 per tahun dengan persentase rata-rata sebesar 3,98%

2. Masa sesudah bencana tsunami 2005-2007

Untuk mengetahui pertumbuhan koleksi berdasarkan eksemplar sesudah bencana tsunami dapat dilihat tabel berikut ini:

Tabel – 8 : Kuantitas Eksemplar Koleksi Tahun 2005-2007 Tahun Jumlah Ekseplar Koleksi

2005 24.565

2006 55.625

2007 138.483

Selanjutnya data tabel diatas akan digunakan dalam perhitungan pertumbuhan koleksi berdasarkan judul sebelum bencana tsunami sebagai berikut :

a. Jumlah koleksi tahun 2005 : A

b. Jumlah koleksi tahun 2006 : B

c. Jumlah koleksi tahun 2007 : C

d. Rata-rata pertumbuhan per tahun : x

x = (C-B) + (B-A) n

x = (138.483-55.625) + (55.625-24.565) 3

x = 82.858 + 31.060 3

x = 113.918 3


(44)

Berdasarkan perhitungan diatas pada sebelum bencana tsunami pertumbuhan koleksi berdasarkan judul sebesar 37.973 eksemplar per tahun.

Untuk mengetahui persentase rata-rata pertumbuhan kuantitas eksemplar koleksi pertahun yaitu dengan melakukan perhitungan sebagai berikut:

x = [(C-B/C) + (B-A/B)] x 100% n

x = [(138.483-55.625/138.483) + (55.625-24.565/55.625)] x 100%

3

x = 0.59 + 0.56 x 100% 3

x = 38,3 %

Berdasarkan perhitungan diatas pada sesudah bencana tsunami persentase pertumbuhan koleksi berdasarkan judul sebesar 38,3 % judul per tahun

Rata-rata pertumbuhan eksemplar koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 37.973 per tahun dengan persentase rata-rata sebesar 38,3%.

Untuk melihat perbandingan rata-rata perkembangan eksemplar koleksi Badan Arsip Perpustakaan Provinsi NAD dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel - 9 : Perbandingan Rata-rata Pertumbuhan Eksemplar Koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD

Periode Rata-rata Pertumbuhan

Sebelum bencana tsunami 8.037

Sesudah bencana tsunami 37.973

Dari tabel di atas dapat diketahui rata-rata pertumbuhan eksemplar koleksi Perpustakaan Umum Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD per tahun berdasarkan priode sebelum dan sesudah bencana tsunami.

Berdasarkan tabel-9 diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Perpustakaan Umum Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam rata-rata pertumbuhan eksemplar koleksinya mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sebelum bencana tsunami rata-rata pertumbuhan eksemplar koleksinya hanya


(45)

mencapai 8.037 eksemplar. Sesudah bencana tsunami rata-rata pertumbuhan eksemplar koleksinya mengalami kenaikan yang cukup pesat mencapai 37.973 eksemplar. Pengadaan secara besar-besaran ini memang selayaknya dilakukan mengingat bencana tsunami telah memusnahkan semua koleksi tanpa sisa.

Tabel – 10 : Perbandingan Persentase Rata-rata Pertumbuhan Eksemplar Koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD

Periode Rata-rata Pertumbuhan

Sebelum bencana tsunami 3,98 %

Sesudah bencana tsunami 38,3 %

Berdasarkan tabel–10 di atas, dapat disimpulkan bahwa perbandingan persentase rata-rata pertumbuhan kuantitas eksemplar koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mengalami kenaikan yang sangat pesat. Pengadaan secara besar-besaran ini menyebabkan persentase rata-rata pertumbuhan kuantitas judul koleksi sebelum tsunami hanya 3,98%. Sesudah bencana tsunami peningkatan persentase rata-rata pertumbuhan kuantitas eksemplar mencapai 38,3 %.

Rasio perbandingan sebelum bencana tsunami 1.607 judul : 8.037 eksemplar dan rasio perbandingan sesudah bencana tsunami 7.120 judul :37.973 eksemplar. Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan jumlah rata-rata pengadaan koleksi bahan perpustakaan pada Badan Arsip dan Perpustakaan NAD sebelum dan sesudah bencana tsunami adalah 1 : 5, yaitu satu judul memiliki 5 eksemplar.

4.2 Alat Bantu Pemilihan Koleksi Bahan Perpustakaan di Perpustakaan Umum Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD

Bahan perpustakaan yang akan dijadikan koleksi perpustakaan haruslah bahan perpustakaan yang sudah dipilih dengan cermat. Pemilihan dapat dilakukan dengan alat bantu pemilihan yang disesuaikan dengan kebutuhan informasi masyarakat Banda Aceh.

Pemilihan bahan perpustakaan memerlukan alat bantu untuk mengetahui informasi tentang bahan perpustakaan yang baru diterbitkan oleh penerbit untuk menjadi koleksi di suatu perpustakaan. Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis


(46)

dengan Anggota Bagian akusisi dan pengolahan Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Bapak Yulizar, beliau mengatakan bahwa:

Alat bantu pemilihan bahan perpustakaan yang bisa digunakan di Badan Perpustakaan Provinsi NAD baik pada saat masa sebelum dan sesudah bencana tsunami yaitu:

• Katalog penerbit

• Katalog online (internet )

• Resensi buku dari koran

• Pengunjung

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa alat bantu pemilihan koleksi pada masa sebelum dan sesudah tsunami tetap sama atau tidak mengalami perubahan. Hal ini dapat dipahami karena jenis koleksi diadakan tetap sama yaitu buku teks saja. Berdasarkan uraian di atas, alat bantu pemilihan koleksi bahan perpustakaan Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada umumnya sudah cukup membantu dalam mendapatkan informasi tentang bahan perpustakaan yang baru.

4.3 Sistem Pengadaan Bahan Perpustakaan

Perpustakaan akan berfungsi sebagai sumber informasi dan sarana belajar yang baik, apabila di dalam perpustakaan tersebut tersedia banyak koleksi bahan perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna yang dilayani, maka perpustakaan harus menyediakan koleksi bahan perpustakaan yang lengkap dan tepat.

Agar koleksi bahan perpustakaan terbina dengan baik, perpustakaan harus melaksanakan pengadaan bahan perpustakaan secermat mungkin sehingga perpustakaan tersebut dapat berjalan lancar.

Sebelum dan sesudah bencana tsunami Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD menggunakan cara atau sistem pengadaan bahan perpustakaan sebagai berikut:

• Pembelian


(47)

4.3.1 Pembelian

Pembelian bahan perpustakaan merupakan cara yang efektif dan terbaik untuk melengkapi koleksi perpustakaan karena koleksi yang diadakan dapat kita pilih dan disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Untuk melaksanakan pembelian ini, tentunya perpustakaan harus memiliki dana atau anggaran yang memadai.

Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam melakukan pembelian dengan 2 sistem yang sering dilakukan baik pada masa sebelum dan sesudah bencana tsunami yaitu sebagai berikut:

1. Pembelian dengan mengadakan pelelangan

Pembelian dengan cara pelelangan ini dilakukan menurut Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Pembelian dengan melalui pelelangan dapat dilakukan, jika anggaran pembelian bahan perpustakaan minimal mencapai Rp.100 juta ke atas. Pihak Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam akan menyebarkan selebaran di koran tentang pelelangan kepada berbagai pihak distributor buku atau yang dikenal dengan istilah rekanan, dengan memenuhi syarat yang telah ditentukan Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kemudian pihak Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD memilih rekanan mana yang memenuhi syarat.

Setelah menentukan rekanan, pihak Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam akan memberikan daftar buku-buku yang harus dibeli oleh rekanan dengan uang yang telah ditentukan. Jika ada buku yang tidak dapat dibeli maka rekanan wajib memberitahukan kepada pihak Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD sehingga mereka dapat menentukan penggantinya. Rekanan diberi waktu selama 3 bulan untuk membeli semua buku yang telah ditentukan dan langsung di periksa oleh Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

2. Pembelian dengan cara biasa

Pembelian dengan cara biasa dapat dilakukan, jika anggarannya tidak sampai Rp.100 juta. Pembelian dilakukan oleh pihak Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD sendiri ke toko-toko, penerbit, atau distributor buku menurut daftar susunan buku-buku yang akan dibeli.


(48)

4.3.2 Hadiah

Penambahan koleksi juga dilakukan dengan menerima sumbangan. Sebelum pada masa bencana gempa dan tsunami, Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sangat jarang menerima sumbangan buku dari pihak luar baik dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Instansi pemerintah baik dalam maupun luar negeri, swasta dan penerbit. Akan tetapi pada masa sesudah bencana tsunami, sangat banyak sumbangan hadiah yang diterima oleh Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pihak-pihak yang turut menyumbang buku setelah tsunami dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel - 11 : Pihak-Pihak Penyumbang Setelah Pada Masa Bencana Tsunami pada Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

No Nama Penyumbang Jumlah

Eksemplar

1 Perpustakaan Nasional RI 24.054

2 Perpustakaan Nasional Australia 4.764

3 Yayasan Gurun Sukarno 615

4 DPR RI 149

5 PT. Sampoerna 898

6 Dispora NAD 15

7 Lembaga Swadaya Masyarakat 10

8 Pemerintahan Singapura 373

9 Deputi Mentari Koperasi 204

10 World Vision 5.720

11 BRR 2006 16.000

Total eksemplar 47.654

Sumber : Data Statistik Pengadaan Bahan Perpustakaan

Dapat dilihat dari tabel di atas penymbang terbanyak berasal dari Perpustakaan Nasional RI. Hadiah yang diberikan kepada Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tidak hanya berupa hanya koleksi buku-buku, akan tetapi banyak yang berupa barang-barang perlengkapan kantor, bantuan pembangunan gedung, serta 11 mobil untuk perpustakaan keliling. Badan Arsip dan Perpustakaan


(49)

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam juga turut menyumbangkan buku-buku kepada Perpustakaan umum di seluruh kabupaten hingga ke desa-desa.

Dapat disimpulkan bahwa sebelum bencana gempa dan tsunami Badan Arsip dan Perpustakaan tidak mengalami sumbangan koleksi bahan perpustakaan sebanyak sumbangan sesudah bencana tsunami. Hal ini disebabkan oleh mulainya kesadaran masyarakat Indonesia maupun luar negeri pentingnya kebutuhan koleksi bahan perpustakaan untuk masyarakat Banda Aceh.

4.4 Kendala Pengadaan Bahan Perpustakaan.

Dalam melakukan pengadaan bahan perpustakaan banyak kendala yang ditemukan baik dari dalam maupun dari luar perpustakaan itu sendiri. Pada masa sebelum bencana tsunami kendala yang dialami oleh Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah kurangnya perhatian baik dari pemerintah pusat maupun daerah tentang pentingnya perpustakaan umum di wilayah Provinsi NAD dan kurangnya sumbangan buku-buku dari berbagai instansi pemerintah maupun swasta. Sehingga menyebabkan jumlah koleksi buku Badan Arsip dan pertumbuhan koleksi buku Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tidak banyak

Pada masa sesudah bencana tsunami Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD sudah mendapatkan perhatian baik dari pemerintah pusat maupun daerah tentang pentingnya perpustakaan umum di wilayah Provinsi NAD dan banyaknya sumbangan buku-buku dari berbagai instansi pemerintah maupun swasta. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan dana anggaran untuk pengadaan bahan pustaka. Sehingga menyebabkan peningkatan jumlah koleksi buku Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang cukup tinggi

Dapat disimpulkan bahwa tidak adanya kendala yang dialami Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD dalam melakukan pengadaan bahan pustaka.


(1)

1.4 Gedung Badan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Gedung Badan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam berlokasi di jalan T. Nyak Arief (Lamgugop) Banda Aceh.

1.5Pengguna Perpustakaan

Sesuai dengan pengertian Perpustakaan umum yaitu perpustakaan yang diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani masyarakat umum, maka pengguna Badan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah seluruh masyarakat umum mulai dari anak-anak, siswa, mahasiswa, PNS (Pegawai Negeri Sipil), Polri, TNI dan umum.

1.6 Layanan Perpustakaan

Jenis layanan perpustakaan terdiri dari :

1. Layanan Stasioner yaitu layanan yang dilakukan di gedung perpustakaan meliputi:

a. Sirkulasi atau peminjaman buku yang boleh dibawa pulang. b. Refensi atau buku/koleksi untuk dibaca ditempat

2. Layanan Ekstensi yaitu layanan jarak jauh untuk masyarakat yang tidak bisa mendatangi Badan Perpustakaan NAD, meliputi:

a. Layanan unit mobil keliling pada tempat-tempat tertentu;

b. Layanan paket bagi organisasi seperti sekolah, rumah sakit, panti asuhan dan perpustakaan mesjid.

1.7 Jam Buka Perpustakaan

Senin – Jumat : 08.00 s/d 16.45 WIB

1.8 Badan Organisasi dan Tata Kerja Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Fungsi struktur organisasi adalah untuk mengetahui secara jelas pembagian tugas, fungsi dan wewenang dari masing-masing pegawai yang ada pada organisasi yang bersangkutan. Pengelompokan kerja Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah :


(2)

LAMPIRAN 2

Daftar Pertanyaan Wawancara

1. Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan koleksi apa saja yang diadakan di Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada masa sebelum dan sesudah becana gempa dan tsunami?

2. Berapa jumlah bahan pustaka Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada:

a. Masa sebelum bencana gempa dan tsunami (2003-2004) b. Massa sesudah bencana gempa dan tsunami (2005-2007)

3. Bagaimana sistematika pengadaan bahan perpustakaan Badan Arsip dan Perpustakaan? Apakah dilakukan pengadan untuk bahan perpustakaan yang lama?

4. Alat bantu yang digunakan oleh Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada masa sebelum dan sesudah bencana gempa dan tsunami?

5. Apakah ada tambahan bantuan dana atau bahan perpustakaan baik dari Pemerintah, swasta atau Badan asing untuk pengadaan buku sehubungan dengan peristiwa tsunami?

6. Kendala seperti apakah yang ditemukan dalam kegiatan pengadaan bahan pustaka pada masa sebelum dan sesudah bencana gempa dan tsunami pada Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam?

7. Darimanakah sumber anggaran Badan Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pasca bencana tsunami?

8. Bagaimana perbandingan anggaran Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada masa sebelum dan sesudah bencana tsunami


(3)

LAMPIRAN 3

Daftar Jawaban Wawancara

2. Koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam hanya terdiri buku saja. Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD tidak memiliki koleksi layanan audio visual sehingga mereka tidak melakukan pengadaan bahan perpustakaan yang bersifat terekam. Akan tetapi sudah ada perencanaan untuk mendirikan layanan audiovisual, hanya tinggal menunggu waktu beberapa bulan mendatang untuk pelaksanaannya saja

3. Jumlah bahan pustaka Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebelum bencana tsunami (2003-2004) dan sesudah tsunami (2005-2007)

Tahun

Jumlah

Judul Eksemplar

2003 37.130 185.651

2004 40.345 201.725

2005 6.337 24.565

2006 11.281 55.625

2007 27.697 138.483

4. Sistematika pengadaan bahan perpustakaan Badan Arsip dan Perpustakaan • Pembelian

Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam melakukan pembelian dengan 2 sistem yang sering dilakukan baik pada masa sebelum dan sesudah bencana tsunami yaitu sebagai berikut:

a. Pembelian dengan mengadakan pelelangan

Pembelian dengan cara pelelangan ini dilakukan menurut Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Pembelian dengan melalui pelelangan dapat dilakukan, jika anggaran pembelian bahan perpustakaan minimal mencapai Rp.100 juta ke atas. Pihak Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam akan menyebarkan selebaran di koran tentang pelelangan kepada berbagai pihak distributor buku atau yang dikenal dengan istilah rekanan, dengan memenuhi syarat yang telah


(4)

ditentukan Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kemudian pihak Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD memilih rekanan mana yang memenuhi syarat.

Setelah menentukan rekanan, pihak Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam akan memberikan daftar buku-buku yang harus dibeli oleh rekanan dengan uang yang telah ditentukan. Jika ada buku yang tidak dapat dibeli maka rekanan wajib memberitahukan kepada pihak Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD sehingga mereka dapat menentukan penggantinya. Rekanan diberi waktu selama 3 bulan untuk membeli semua buku yang telah ditentukan dan langsung di periksa oleh Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

b. Pembelian dengan cara biasa

Pembelian dengan cara biasa dapat dilakukan, jika anggarannya tidak sampai Rp.100 juta. Pembelian dilakukan oleh pihak Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD sendiri ke toko-toko, penerbit, atau distributor buku menurut daftar susunan buku-buku yang akan dibeli.

• Hadiah

No Nama Penyumbang Jumlah Eksemplar

1 Perpustakaan Nasional RI 24.054 2 Perpustakaan Nasional Australia 4.764

3 Yayasan Gurun Sukarno 615

4 DPR RI 149

5 PT. Sampoerna 898

6 Dispora NAD 15

7 Lembaga Swadaya Masyarakat 10

8 Pemerintahan Singapura 373

9 Deputi Mentari Koperasi 204

10 World Vision 5.720


(5)

Hadiah yang diberikan kepada Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tidak hanya berupa hanya koleksi buku-buku, akan tetapi banyak yang berupa barang-barang perlengkapan kantor, bantuan pembanguan gedung, serta 11 mobil untuk perpustakaan keliling. Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam juga turut menyumbangkan buku-buku kepada Perpustakaan umum di seluruh Kabupaten hingga ke desa-desa. Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD tidak melakukan pengadaan untuk bahan perpustakaan yang lama, semuanya koleksi bahan perpustakaan baru.

4 Alat bantu pemilihan bahan perpustakaan yang bisa digunakan di Badan Perpustakaan Provinsi NAD baik pada saat masa sebelum dan sesudah bencana tsunami yaitu:

• Katalog penerbit

• Katalog online (internet ) • Resensi buku dari koran

• Pengunjung

5 Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi kebanyakan sumbangan berbentuk materi seperti bahan perpustakaan, mobil perpustakaan keliling, inventaris kantor dan sebagainya.

6 Pada masa sebelum bencana tsunami kendala yang dialami oleh Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah kurangnya perhatian baik dari pemerintah pusat maupun daerah tentang pentingnya perpustakaan umum di wilayah Provinsi NAD dan kurangnya sumbangan buku-buku dari berbagai instansi pemerintah maupun swasta. Sehingga menyebabkan jumlah koleksi buku Badan Arsip dan pertumbuhan koleksi buku Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tidak banyak

Pada masa sesudah bencana tsunami kendala yang dialami oleh Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD adalah tidak ada pengadaan bahan perpustakaan berjenis audio visual seperti CD, mikrofis, mikrofilm, VCD, DVD, peta, Slide serta bahan perpustakaan jenis non-book seperti majalah, jurnal, buletin, tabloid.


(6)

7 Sumber anggaran Badan Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pasca bencana tsunami berasal dari APBN dan APBD. 8 Perbandingan anggaran Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam pada masa sebelum dan sesudah bencana tsunami

Pada masa sebelum bencana tsunami anggaran pengadaan koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD sumber anggaran perpustakaan berasal dari APBN sekitar Rp.300 juta dan dari APBD sekitar Rp 5 milyar untuk Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD, perpustakaan kabupaten dan perpustakaan daerah setiap tahunnya.

Pada masa sesudah bencana tsunami anggaran pengadaan koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD terjadi penambahan dana seperti dari APBN memberikan hadiah sumbangan buku serta dana sebesar Rp.300 juta. Tahun 2007 Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD mendapatkan anggaran sebesar Rp. 11,5 Milyar untuk 20 perpustakaan umum Kabupaten dan 500 perpustakaan desa. Anggaran dana berasal dari APBD tahun 2007 meningkat menjadi Rp. 7,5 Milyar dan ditambah dengan dana sumbangan baik dari instansi pemerintah baik daridalam maupun luar negeri, dan swasta

No. Priode Anggaran APBN (Rp) APBD

1 Sebelum bencana tsunami

(2002-2004)

300 juta 5 Milyar

2 Sesudah bencana tsunami

(2005-2007)