Dengan melawan hukum. ANALISA KASUS

c. Tindak pidana dilakukan oleh pelaku atas perintah pemberi perintah dalam rangka tugasnya dalam korporasi d. Tindak pidana tersebut dilakukan dengan maksud memberikan manfaat bagi korporasi e. Pelaku atau pemberi perintah tidak mempunyai alasan pembenar atau alasan pemaaf untuk dibebaskan dari pertanggungjawaban pidana. Saksi ahli juga mengatakan jika kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang sesuai dengan maksud dan tujuan korporasi sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasarnya, maka perbuatan pengurus tersebut dapat dibebankan kepada korporasi. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa, perjanjian kerja sama pembangunan Pasar Sentra Antasari yang ditandatangani oleh Direktur Utama PT Giri Jaladhi Wana yaitu ST. Widagdo merupakan perbuatan dalam rangka pemenuhan maksud dan tujuan korporasi dan untuk memberikan manfaat bagi korporasi. Sehingga pertanggungjawaban pidana dapat juga dibebankan kepada korporasi. Berdasarkan hal tersebut, Hukum indonesia telah berani menjerat tindakan korporasi sebagai suatu tindak pidana, dalam hal ini tindak pidana korupsi. BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Jika dilihat dalam undang-undang tindak pidana korupsi, bahwa yang menjadi subjeknya bukan hanya orang tetapi juga termasuk korporasi, sebagaimana diatur di dalam Pasal 1 ayat 3 jo. Pasal 2 ayat 1 jo Pasal 3 jo. Pasal 20 undang-undang No 31 tahun 1999 jo. undang-undang No. 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. Korporasi sebagai subjek hukum pidana di Indonesia hanya ditemukan dalam perundang-undangan khusus diluar KUHP, karena KUHP sendiri hanya mengakui manusia sebagai subjek hukum pidana. Pada umumnya secara garis besar perkembangan korporasi sebagai subjek hukum pidana dapat dibedakan dalam beberapa tahap Pengaturan korporasi sebagai pelaku tindak pidana korupsi bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya tindak pidana korupsi oleh korporasi. 2. Dengan diterimanya korporasi sebagai subjek hukum dalam tindak pidana korupsi, maka korporasi dapat dimintai pertanggungjawaban pidana atas tindak pidana korupsi yang dilakukannya. Ada tiga model pertanggungjawaban korporasi sebagai subjek tindak pidana, yaitu: a. Pengurus korporasi sebagai pembuat, maka penguruslah yang bertanggung jawab 125

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banjarmasin No. 04/Pid. Sus/2011/Pt. Bjm)

1 140 155

Tindak Pidana Pencucian Uang Yang Dilakukan Oleh Korporasi Menurut UU No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

2 82 117

Eksistensi Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Terhadap Pemberantasan Korupsi (Studi Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Semarang Di Semarang)

0 34 179

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan MA No. 1384 K/PID/2005)

1 65 124

Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Tindak Pidana Korupsi

0 61 4

Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Pejabat Negara (Studi Putusan Nomor : 01/Pid.Sus.K/2011/PN.Mdn)

2 43 164

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pelaku Tindak Pidana Perusakan dan Pencemaran Lingkungan (Studi Putusan MA RI No. 755K/PID.SUS/2007)

1 50 100

Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banjarmasin No. 04/Pid. Sus/2011/Pt. Bjm)

3 98 139

BAB II PENGATURAN KORPORASI SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI A. Sejarah Korporasi Sebagai Subjek Hukum Pidana - Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banj

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banjarmasin No. 04/Pid. Sus/2011/Pt. Bjm)

0 0 35