UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
penyimpanan, dan keluar pada tempat yang tepat misalnya, usus kecil dalam saluran pencernaan. Keuntungan dari enkapsulasi adalah melindungi bakteri dari
pH lambung yang rendah yang telah teruji di beberapa penelitian serta sebagai basis produk seperti olahan susu Chávarri dkk, 2012. Enkapsulasi merupakan
proses fisikokimia atau mekanik untuk melapisi suatu bahan.
2.7 Mikroenkapsulasi
Mikroenkapsulasi merupakan teknik penjerapan sel-sel mikroorganisme dengan melapiskannya pada hidrokoloid yang tepat untuk memisahkan sel-sel dari
lingkungan. Salah satu prinsip metode mikroenkapsulasi probiotik adalah struktur microbead Mortazavian dkk, 2007. Mikrokapsul yang terbentuk dapat berupa
partikel tunggal atau membentuk agregat yang biasanya memiliki rentang ukuran partikel antara 5-
5000 μm. Ukuran tersebut bervariasi tergantung metode dan ukuran bahan inti yang digunakan Benita, 1996.
Keuntungan mikroenkapsulasi adalah mikroenkapsulasi terdiri atas membran yang semipermeabel, bulat melingkar, tipis, dan kuat sehingga sel
bakteri dapat tertahan dengan mikroenkapsulasi. Jika dibandingkan dengan penjerapan matriks, mikroenkapsulasi tidak ada inti padat pada mikrokapsul dan
diameter yang kecil membantu menurunkan keterbatasan perpindahan massa sel. Nutrisi dan metabolit akan mudah menyebar melewati membran semipermeabel.
Membran akan mengeluarkan sel dan menurunkan kontaminasi Kailasapathy, 2002.
Teknik yang paling sering digunakan untuk mikroenkapsulasi probiotik adalah emulsi, ekstrusi, dan semprot kering. Enkapsulasi merupakan proses,
secara fisikokimia atau mekanik, penjerapan bahan dalam material untuk memproduksi partikel yang berukuran nanometer sampai milimeter Chen and
Chen, 2007.
2.7.1 Teknik Emulsi
Penelitian yang dilakukan Sheu dan Marshall menjerapkan bakteri dengan menggunakan sistem air dalam minyak. Bahan enkapsulasi, misalnya natrium
alginat, awalnya dicampurkan dengan sel bakteri kemudian disuspensi dengan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
fase minyak, Tween 80 sebagai emulsifier. Emulsi kemudian dipecah dengan penambahan CaCl
2
, dan membentuk mikroenkapsulasi yang dikumpulkan dengan sentrifugasi. Bahan lainnya, misalnya k-karagenan, dapat menggunakan KCl
sebagai pemecah emulsi atau dilakukan cross-linked dengan gelatin Rokka, 2010.
2.7.2 Teknik Ekstrusi
Pada teknik ekstrusi larutan hidrokoloid disiapkan pertama kali, kemudian probiotik ditambahkan dan campuran tersebut diteteskan melalui syringe atau
nozzle. Droplet atau butiran akan jatuh ke larutan. Ukuran mikroenkapsulasi dipengaruhi oleh ukuran syringe. Selain itu, diameter bead alginat akan meningkat
ketika konsentrasi natrium alginat juga meningkat Rokka, 2010. Pada umumnya, metode ekstrusi merupakan metode yang sederhana dan murah, serta
pengoperasiannya dapat menurunkan kerusakan sel probiotik sehingga didapatkan viabilitas yang tinggi pada bakteri probiotik Kailasapathy, 2002.
Keuntungan: prosesnya sederhana dan murah, tidak menyebabkan kerusakan pada sel probiotik, memberikan viabilitas probiotik yang tinggi, dapat dilakukan dalam
kondisi aerobik maupun anaerobik Solanki, 2013. Kerugian: sulit untuk memproduksi skala besar karena pembentukan mikrobead
yang lama, penggunaan bahan penyalut terbatas, rentan rusak pada struktur karbohidrat Solanki, 2013.
2.7.3 Teknik Adesi
Beragam pati dan modifikasi pati telah diuji dalam kemampuannya menjerap bakteri probiotik. Misalnya, kalsium akan menginduksi polimer alginat
yang terdiri atas pati Hi-Maize
TM
sebagai bahan pengisi yang digunakan untuk enkapsulasi probiotik. Granul pati Hylon VII memiliki luas permukaan yang
tinggi sehingga baik digunakan untuk mengikat bahan aktif. pH yang rendah dan protease telah ditemukan fungsinya dalam menghambat adesi antara
Bifidobacterium dengan pati Rokka, 2010.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.7.4 Teknik Semprot Kering