PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI BIAYA MAHASISWA SEMESTER VI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FKIP UM METRO TAHUN AKADEMIK 2011/2012

(1)

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJARAKUNTANSI BIAYA MAHASISWA

SEMESTER VI PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN EKONOMI FKIP

UM METROTAHUN

AKADEMIK

2011/2012

Oleh

WAKIJO

Tesis

DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar MagisterPendidikanIPS

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG


(2)

ABSTRACT

The Implementasi of Inquiry-based Instruction to Improve the Student’ Activities and Their Learning Achievementin Financial Accounting at Sixth Semester Undergraduate Students of Economics Major of FKIP UM Metro

Academic Year 2011-e012 By

Wakijo

This research is the classroom action research which purposed of the through the implementation of inquiry in improving activities and their learning result based Intruction with specific topic: base price process method subject of the research is the sixth semester undergraduate students of economics major of FKIP UM Metro academic year 2011-e 012.

The method which used in this research is Classroom Action Research Model. The subject of this research is the sixth semester undergraduate students of economics major. It is 36 students. The data collection technique of this research is the observation used to get the data of activity and tse used to get the data of the result of student’s learning. The procedure of this research is planning,action, implement action, observation, and evaluation or reflection. The final of data analysis of research that used are tabulation among the cycles.

The result of this research shows that first is the students’ learning activity from the first cycle to the second cycle has the improvement up to 5,65%. It was from 61,02% in the first cycle up to 66,67% in the second cycle. Where as from the second cycle to the third cycle has improvement up to 16,66%. It was from 66,67% in the second cycle up to 83,33% in the third cycle. The second is the result of students’ learning has the improvement between the first cycle to the second cycle was 15,45%. It was from 58,33% in the first cycle up to 77,78% in the second cycle. In the second cycle to the third cycle has the improvement up to 16,66%. It was from 77,78% in the first cycle up to 94,44% in the third cycle. Based on the research, it can be concluded that the implementation of inquiry-based topic: base price process method subject of the research is the sixth semester undergraduate students of economics major of FKIP UM Metro academic year 2011-e 012.


(3)

ABSTRAK

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI BIAYA MAHASISWA SEMESTER VI PROGRAM

STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FKIP UM METRO TAHUN AKADEMIK 2011/2012

Oleh Wakijo

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mata kuliah akuntansi biaya pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Tahun Akademik 2011/2012

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Subjek penelitian adalah dosen dan mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Ekonomi yang berjumlah 36 mahasiswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan observasi untuk memperoleh data aktivitas belajar dan tes untuk memperoleh data hasil belajar mahasiswa. Prosedur penelitian yang dilakukan adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Analisis data penelitian yang digunakan adalah tabulasi antar siklus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Aktivitas belajar mahasiswa dari siklus pertama ke siklus kedua mengalami peningkatan sebesar 5,65%, dari 61,02% pada siklus pertama menjadi 66,67% pada siklus kedua. Sedangkan dari siklus kedua ke siklus ketiga mengalami peningkatan sebesar 16,66%, dari 66,67% pada siklus kedua menjadi 83,33% pada siklus yang ketiga. (2) Hasil belajar mahasiswa mengalami peningkatan antara siklus satu ke siklus dua yaitu sebesar 15,45%, dari 58,33% pada siklus yang pertama menjadi 77,78% pada siklus yang ke dua, dan dari siklus dua ke siklus tiga sebesar 16,66%, dari 77,78% pada siklus yang ke dua menjadi 94,44% pada siklus yang ke tiga.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan metode pembelajaran inkuiri pada Standar Kompetensi Memahami metode harga pokok proses telah diuji terbukti dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar mahasiswa semester VI Program studi pendidikan ekonomi Tahun Akademik 2011/2012.


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR TABEL … ... ……….. DAFTAR GAMBAR ……… ... ………..

xiii xiv I. PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakangMasalah ………. 1

1.2 IdentifikasiMasalah ………... 5

1.3 PembatasanMasalah ………... 5

1.4 RumusanMasalah ………... 6

1.5 TujuanPenelitian ………. 6

1.6 ManfaatPenelitian ………. 6

1.7 RuangLingkupPenelitian……….. 7

II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar………... 10

2.1.1 TeoriBelajardanPembelajaran……… 15

2.1.2 TeoriBelajarKonstruktisme………... 15

2.2 MetodePembelajaranInkuiri ………... 19

2.2.1 PengertianpembelajaranInkuiri ………... 19

2.2.2 Beberapa Model PembelajaranInkuiri ………. 22

2.2.3 Prinsip-PrinsipPembelajaranInkuiri ………... 24

2.3.4 Langkah-LangkahPembelajaranInkuiri ……… 27

2.3 PerananPembelajaranInkuiriTerhadapPeningkatanAktivitas Dan HasilBelajar ………. 37

2.4 AktivitasBelajar ……….. 39

2.4.1 PengertianAktivitasBelajar ……… 39

2.4.2 Jenis-JenisAktivitasBelajar ……… 41

2.4.3 ManfaatAktivitasDalamPembelajaran ………... 42

2.5 HasilBelajar ……… 43

2.5.1 PengertianHasilBelajar ……….. 43

2.5.2 Faktor-Faktor Yang MempengaruhiHasilBelajar ………. 44

2.5.3 KategoriHasilBelajar ………... 45

2.6 PembelajaranAkuntansiBiaya ……… 46

2.6.1 PengertianAkuntansiBiaya ………. 46

2.6.2 Karakteristik Mata KuliahAkuntansiBiaya ……… 47

2.6.3 TujuanPembelajaran Mata KuliahAkuntansiBiaya ……….. 49

2.7 HasilPenelitian Yang Relevan ………. 49

2.8 HipotesisPenelitian ………. 50

III. METODE PENELITIAN 3.1 MetodePenelitian ………. 52

3.2 3.3 ProsedurPenelitian ………… .………... TempatdanWaktuPenelitian ……….. 53 58 3.3.1 TempatPenelitian ………. 58

3.3.2 WaktuPenelitian ………... 58

3.4 SubjekdanObjekPenelitian……….. 3.4.1 SubjekPenelitian……… 58

3.4.2 ObjekPenelitian ……… 59

3.4.2.1 AktivitasBelajar ……… 61


(8)

3.6 TeknikPengumpulan Data ……… 65

3.6 ValidasiInstrumenPenelitian ……… 66

3.6.1 AnalsisisIsntrumenLembarSkala ……… 66

3.6.1.1 AnalisisValiditasdanReliabilitasLembarSkala……….. 66

3.6.2 AnalisisInstrumenTesHasilBelajar………. 67

3.6.2.1 AnalisisValiditasTesHasilBelajar………... 67

3.6.2.2 AnalisisReliabelTes………... 68

3.7 Kisi-Kisi Instrumen……… 69

3.7.1 InstrumenAktivitasBelajarMahasiswa………. 69

3.7.2 InstrumenHasilBelajar……….. 69

3.8 Validitas Data………. 74

3.9 TehnikPengolahan Data………. 75

3.9.1 MenelaahSeluruh Data Yang Terkumpul………. 75

3.9.2 3.9.3 Reduksi Data……….. Penyimpulan Data ………. 76 76

3.10 IndikatorKeberhasilan ……….. 76

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 KondisiUmum Wilayah Penelitian ……… 77

4.1.1 LokasiPenelitian……… 77

4.1.2 SejarahSingkat FKIP UM Metro……….. 78

4.1.3 VisiMisidanTujuan Prodi PendidikanEkonomi………. 81

4.1.3.1 Misi Program StudiPendidikanEkonomi……….. 81

4.1.3.2 Tujuan Program Studi………. 82

4.1.4 KeadaanDosen Program StudiPendidikanEkonomi……… 82

4.1.5 KeadaanMahasiswa Program StudiPendidikanEkonomi……… 84

4.1.6 4.1.6.1 KeadaanSaranadanPrasarana Prodi PendidikanEkonomi…….. KeadaanSaranadanPrasaranaPembelajaran Mk IPS …………. 85 85

4.2 DeskripsiHasilPenelitian……….. 86

4.2.1 SiklusPertama……… 86

4.2.2 SiklusKedua……….. 103

4.2.3 SiklusKetiga………... 120

4.3 Pembahasan……… 136

V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan………. 164

5.2 Implikasi………. 164

5.3 Saran……… 165

DAFTAR PUSTAKA 167

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR


(9)

I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah.

Universitas sebagai lembaga pendidikan formal adalah suatu tempat di mana terjadinya proses pembelajaran. Proses pembelajaran mengandung suatu arti bahwa adanya kegiatan interaksi dari tenaga pendidik yang melaksanakan tugas mengajar dan di satu pihak dengan mahasiswa yang sedang melaksanakan kegiatan belajar di pihak lain.

Proses pembelajaran tidak terlepas dari tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Tujuan pembelajaran mengarahkan dan membimbing kegiatan dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran. Dengan adanya tujuan yang jelas maka semua kegiatan dan pemikiran dosen tertuju kearah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran memberikan motivasi kepada dosen dan mahasiswa, karena tujuan yang baik akan mendorong aktivitas dosen dan mahasiswa untuk mencapainya.

Program Studi Pendidikan Ekonomi merupakan salah satu dari jurusan Pendididkan IPS yang ada di FKIP Universitas Muhammadiyah Metro. Mata kuliah akuntansi biaya adalah salah satu mata kuliah yang diberikan pada semester genap yaitu semester VI. Materi akuntansi biaya ini terdiri atas sejumlah


(10)

konsep, prinsip dan tema yang berkenaan dengan metode harga pokok proses. Tujuan pembelajaran mata kuliah akuntansi biaya diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan:

a) konsep dasar penentuan harga pokok proses

b) menghitung harga pokok proses produk yang diolah melalui satu departemen c) menghitungharga pokok proses produk yang diolah melalui lebih dari satu

departemen.

d) menghitung harga pokok produk persatuan terhadap produk yang hilang, pada awal proses.

Terkait dengan tujuan pembelajaran mata kuliah akuntansi biaya tersebut, diperlukan kemampuan dosen untuk melaksanakan pembelajaran yang sebaik-baiknya, sejak dari persiapan, proses maupun evaluasi. Lebih lanjut, seorang pengajar atau dosen harus dapat memilih metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Metode pembelajaran mungkin dapat dikatakan tepat untuk satu mata kuliah tertentu, akan tetapi belum tentu tepat untuk menyampaikan mata kuliah yang lain.

Metode pembelajaran yang selama ini digunakan dalam perkuliahan akuntansi biaya ternyata belum mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa, hal tersebut terlihat:

1) tidak semua mahasiswa melakukan pembahasan materi sesuai dengan LKM; 2) hanya beberapa mahasiswa yang berani mengemukakan pendapatnya dalam


(11)

3) hanya beberapa mahasiswa yang mampu memberikan tanggapan dalam diskusi;

4) hanya beberapa mahasiswa yang mau bertanya ketika pembelajaran dilaksanakan;

5) hanya beberapa mahasiswa yang berani mempresentasikan hasil diskusi; 6) masih banyak mahasiswa yang melakukan kegiatan lain yang tidak ada

kaitannya dengan kegiatan pembelajaran;

7) hanya beberapa mahasiswa yang menghargai pendapat teman lain dalam diskusi;

8) hanya beberapa mahasiswa yang mampu menjawab pertanyaan dosen/teman; 9) hanya beberapa mahasiswa yang berani menyanggah pendapat teman lain. Rendahnya aktivitas belajar tersebut berdampak pada hasil belajar mata kuliahAkuntansi Biaya yang diperoleh oleh mahasiswa. Rendahnya hasil belajar mata kuliah Akuntansi Biaya tercermin belum tercapainya Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu sebesar 65. Hal tersebut dapat dilihat pada perolehan nilai Quis Semester Genap Tahun Akademik 2011/2012. Tingkat ketuntasan belajar mahasiswa tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Nilai Hasil QuisAkuntansi Biaya Semester Genap 2011/2012

No Nilai Kriteria Jumlah

Mhs Presentase

1. ≥ 65 Tuntas 20 55,56 %

2. < 65 Belum Tuntas 16 44,44 %

Jumlah mhs 36 100 %

Sumber : Daftar Angka Kelas (nilai) Semester Genap TA. 2011/20102

Pada Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa dari 36 mahasiswa Semester VI Program Studi Pendidikan Ekonomi, terdapat 16mahasiswa (44,44%) yang mendapatkan


(12)

nilai di bawah KKM, dan 20 mahasiswa yang telah mencapai KKM (66,66 % ) mahasiswa yang telah tuntas.

Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa, perlu merubah metode pembelajaran yang lebih menekankan adanya aktivitas mahasiswa yang lebih tinggi dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri.

Menurut Sanjaya (2008: 196) strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara dosen dan mahasiswa. Selajutnya Sudrajat (2012) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan mahasiswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi perkuliahan tidak diberikan secara langsung, peran mahasiswa dalam pembelajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi perkuliahan, sedangkan dosen berperan sebagai fasilitator dan pembimbing mahasiswa untuk belajar.

Menurut Sapriya (2009: 70) pendekatan inkuri adalah salah satu cara untuk mengatasi maslah kebosanan mahasiswa dalam belajar di kelas karena proses belajar lebih berpusat kepada kebutuhan siswa (student centred instruction) daripada kepada guru (teacher centred instruction). Para ahli Social


(13)

Studieskhususnya di Amirika Serikat dan Australia memilih pendekatan inkuiri yang lebih menekankan belajar secara individual sebagai alternative untuk mengembangkan kemampuan berpikir dalam belajar social studies. Kemampuan individual bagi para mahasiswa dalam memecahkan masalah-masalah pribadi maupn kelompok menuntut adanya pelayanan dari pihak fakultas yang lebih khusus.

Berdasarkan pemaparan di atas pembelajaran inkuri dapat diterapkan untuk mata kuliah Akuntansi Biaya dengan harapan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah. 1) Aktivitas belajar mahasiswa masih rendah.

2)Hasil belajar mahasiswa masih banyak yang belum mencapai KKM.

3)Dalam pelaksanaan pembelajaran, dosen masih menggunakan metode pembelajaran secara konvensional.

4)Proses pembelajaran selama ini bersifat Teacher Centred, (didominasi oleh dosen), belum Student Centred (berpusat pada mahasiswa).

5)Partisipasi aktif mahasiswa dalam proses pembelajaran masih sangat rendah.

1.3Pembatasan Masalah

Penelitian ini membatasi pada kajian penggunaan metode pembelajaran inkuiri sebagai variabel tindakan. Adapun sasaran tindakan atau variabel yang dikenai tindakan adalah aktivitas belajar dan hasil belajar.


(14)

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya. sebagai berikut.

1) Bagaimana penerapan pembelajaran inkuiri yang dapat meningkatkan Aktivitas belajar mahasiswa kelas CSemester VI Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UM Metro?

2. Bagaimana penerapan pembelajaraninkuiri yangdapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa kelas C Semester VI Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UM Metro?

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut.

1) Untuk menerapkan pembelajaran inkuiri yang dapat meningkatkan Aktivitas belajar mahasiswa kelas C Semester VI Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UM Metro.

2) Untuk menerapkan pembelajaran inkuiri yang dapat meningkatkan Hasil belajar mahasiswa kelas C Semester VI Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UM Metro.

1.6Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini adalah untuk memperbaiki pembelajaran, meningkatkan aktivitas dan hasil belajar, serta bermanfaat bagi kepentingan teoritis maupun praktis bagi pihak yang bergerak dalam bidang pendidikan.


(15)

1) Bagi dosen, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif dalam pemilihan metode pembelajaran dan dalam usaha peningkatan aktivitas dan hasil belajar.

2) Bagi mahasiswa, pelaksanaan metode pembelajaran inkuiri dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai

a. Kesempatan lebih besar untuk meningkatkan aktivitas sesama mahasiswa dalam satu kelompok, dan meningkatkan hasil belajar sehingga mendapatkan tanggapan dosen lebih intensif.

b. Pengalaman nyata yang dijadikan sebagai dasar dalam meningkatkan prestasi pada saat mendatang.

3) Bagi Fakultas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi fakultas dalam rangka mengoptimalkan potensi mahasiswa dan kinerja dosen dalam proses pembelajaran akuntansi biaya sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas fakultas itu sendiri.

4) Bagi peneliti yang tertarik dengan masalah metode pembelajaran inkuiri, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dasar untuk penelitian lebih lanjut.

1.7Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Ruang lingkup penelitian

1) Subjek penelitian adalah mahasiswa kelas Csemester VI dan dosen pengampu Akuntansi BiayaProgram Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UM Metro tahun akademik 2010/2012.


(16)

2) Obyek penelitian adalah Aktivitas dan Hasil belajar mata kuliah akuntansi biaya.

3) Waktu dan tempat penelitian, penelitian ini dilaksanakan pada semester Genap tahun akademik 2011/2012 bertempat di Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UM Metro.

1.7.2. Ruang Lingkup Kajian /Ilmu Pengtahuan Sosial

Ruang lingkup kajian/ilmu (IPS) yaitu kajian terpadu tentang ilmu-ilmu sosial yang dikemas secara sosial, psikologis untuk tujuan pendidikan. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di FKIP UM Metro disajikan dalam bentuk mata kuliah Pengantar Pendidikan Ilmu Sosial, dalam pelaksanaannya dapat dilakukan secara team teaching antar dosen bidang ilmu sosial. Dalam hal ini FKIP UM Metro dilakukan secara team/dosen mata kuliah Pengantar Pendididikan Ilmu Sosial. Akuntansi Biaya adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Akuntansi Biaya merupakan bagian dari Ekonomi yang membahas khusus bidang pengumpulan, penyajian dan analisis dari informasi mengenai biaya dan manfaat membantu manajemen untuk menyelesaikan tugas-tugas sebagai berikut:

1. Membuat dan melaksanakan rencana dan anggaran untuk beroperasi dalam kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksikan sebelumnya.

2. Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengendalaian aktivitas, mengurangi biaya dan memperbaiki kualitas.

3. Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan, menetukan biaya setiap produk dan jasa yang dihasilkan untuk tujuan penetapan harga.


(17)

Bidang kajian yang menjadi konsentrasi pada penelitian ini adalah akuntansi biaya, dengan Standar Kompetensi “memahami konsep dasar metode harga pokok proses”. Pembahasan kajian yang akan diteliti tidak terlepas dari Kompetensi dasar dan indikator yaitu:

1) Konsep harga pokok proses.

2) Manfaat informasi harga pokok proses

3) Metode harga pokok proses produk yang diolah melalui satu departemen. 4) Metode harga pokok proses produk yang dioleh melalui lebih dari satu

departemen

5) Pengaruh produk yang hilang awal proses terhadap harga pokok produk persatuan .


(18)

II. KAJIAN PUSTAKA

Sebagai dasar penulisan untuk melakukan penelitian agar dapat terarah dan tidak menyimpang dari apa yang seharusnya diteliti, maka penulis mengutip beberapa pendapat dari para ahli yang berkaitan dengan masalah yang penulis angkat sebagai objek penelitian. Pada penelitian ini, teori-teori yang akan digunakan adalah teori-teori yang berkaitan dengan pendidikan khususnya pada proses pembelajaran yang dilakukan di Program Studi Pendidikan Ekonomi yang berkonsentrasi pada mata kuliah akuntansi biaya .

2.1 Belajar

Belajar baru dapat terjadi bila ada kemampuan dalam diri orang yang belajar, kemampuan tersebut adalah kemampuan dalam melakukan perubahan. Di dalam belajar terdapat proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari suatu pengalaman dalam interaksi dengan lingkungan dalam rangka memenuhi kehidupan, perubahan-perubahan itu akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Skiner dalam Sutikno (2009: 3) bahwa belajar adalah sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut Juhri (2006: 81) belajar adalah suatu proses yang memerlukan aktivitas, artinya orang yang belajar harus ikut serta dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara aktif. Lebih lanjut Morgan


(19)

dalam Sutikno (2009: 4) mengartikan belajar sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu. Sedangkan menurut Sanjaya (2006: 91) belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Adapun Sutikno (2009: 4) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Beberapa pendapat di atas menekankan pada adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalamannya sendiri. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa belajar adalah merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kehidupannya. Perubahan-perubahan itu akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Purwanto (2003: 84) menyimpulkan definisi belajar dari beberapa ahli diantaranya

1) Hilgard dan Bower dalam Purwanto (2003: 84) mengemukakan belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya).

2) Gagne dalam Purwanto (2003: 84) menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke dalam waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.

3) Morgan dalam Purwanto (2003: 84) mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

4) Witherington dalam Purwanto (2003: 84)mengemukakan belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, motivasi, kebiasaan, kepandaian atau pengertian.


(20)

Sementara Darsono (2000: 3-4) juga menyimpulkan definisi belajar sebagai suatu perubahan dari beberapa ahli diantaranya.

1) Bigge dalam Darsono (2000: 3-4) mengemukakan belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis. Perubahan itu terjadi pada pemahaman (insight), perilaku, persepsi, motivasi atau campuran dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dalam situasi tertentu.

2) Moskowitz dan Orgel dalam Darsono (2000: 3-4) mengemukakan belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil langsung dari pengalaman dan bukan akibat hubungan-hubungan dalam sistem syaraf yang dibawa sejak lahir. 3) Whittaker dalam Darsono (2000: 3-4) mendefinisikan belajar sebagai proses

yang menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan atau pengalaman. Perubahan itu tidak termasuk perubahan fisik, kematangan, karena sakit, kelelahan, dan pengaruh obat-obatan.

4) Sartain dkk dalam Darsono (2000: 3-4) medefinisikan belajar sebagai suatu perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman. Yang termasuk dalam perubahan ini antara lain cara merespon suatu sinyal, cara mengusai suatu ketrampilan dan mengembangkan motivasi terhadap suatu objek.

5) Wingkel dalam Darsono (2000: 3-4) mengemukakan belajar adalah suatu interaksi mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pengalaman, ketrampilan, dan nilai-nilai.

Selain definisi di atas, ada beberapa definisi belajar yang didasarkan pada aliran psikologi tertentu (Darsono 2000: 5) di antaranya:

1) belajar menurut aliran Behavioristik Belajar merupakan “proses perubahan perilaku karena adanya pemberian stimulus yang berakibat terjadinya tingkah

laku yang dapat diobservasi dan diukur” (Darsono 2000: 5). Supaya tingkah

laku (respon) yang diinginkan terjadi, diperlukan latihan dan hadiah (reward) atau penguatan (reinforcement). Jika hubungan antara stimulus dan respon sudah terjadi akibat latihan dan hadiah atau penguatan, maka peristiwa belajar sudah terjadi;


(21)

2) belajar menurut aliran Kognitif

Belajar adalah “peristiwa internal, artinya belajar baru dapat terjadi bila ada

kemampuan dalam diri orang yang belajar” (Darsono 2000: 15). Agar terjadi

perubahan, harus terjadi proses berfikir yakni proses pengolahan informasi dalam diri seseorang, yang kemudian respon berupa tindakan. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan pikirannya untuk belajar, mengingat, dan menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disimpan di dalam pikirannya secara efektif;

3) belajar menurut aliran Gestalt

Belajar adalah “bagaimana seseorang memandang suatu objek (persepsi) dan kemampuan mengatur atau mengorganisir objek yang dipersepsi (khususnya yang kompleks), sehingga menjadi suatu bentuk bermakna atau mudah

dipahami” (Darsono 2000: 16). Bila orang sudah mampu mempersepsi suatu

objek (stimulus) menjadi suatu gestalt, orang itu akan memperoleh insight (pemikiran). Kalau insight sudah terjadi, berarti proses belajar sudah terjadi; 4) belajar menurut aliran Konstruktivistik

Belajar adalah “lebih dari sekedar mengingat” (Anni 2004: 49). Teori belajar ini menyatakan bahwa guru bukanlah orang yang mampu memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa yang harus mengkonstruksikan pengetahuan di dalam memorinya sendiri. Hal ini memberikan implikasi bahwa siswa harus terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Definisi-definisi di atas, menurut Purwanto (2003: 85) dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian belajar yaitu


(22)

1) belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik, tetapi juga ada kemungkinan kepada tingkah laku yang lebih buruk;

2) belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi;

3) untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang;

4) tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut aspek kepribadian baik fisik maupun psikis seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/ berfikir, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun motivasi;

Berbagai definisi di atas dapat diambil pengertian bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk mengadakan perubahan dalam dirinya secara keseluruhan baik berupa pengalaman, ketrampilan, motivasi dan tingkah laku sebagai akibat dari latihan serta interaksi dengan lingkungannya.

Pengertian belajar yang merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (Sagala: 2005). Sedangkan Garret dalam Sagala (2005: 13) menyatakan

bahwa :”Belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama melalui latihan pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan

perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu”.

Menurut Gagne dalam Prawiradilaga (2007: 13) di dalam proses belajar terdapat dua fenomena yang berlaku yaitu (1) keterampilan intelektual yang meningkat sejalan dengan meningkatnya umur dan latihan yang didapat individu, dan (2) belajar akan lebih cepat apabila strategi kognitif dapat dipakai dalam memecahkan masalah secara lebih efisien.


(23)

Gagne dalam Prawiradilaga (2007: 12) berpendapat bahwa, belajar merupakan suatu proses yang bukan terjadi secara alamiah, tetapi hanya akan terjadi dengan adanya kondisi-kondisi tertentu. Kondisi ini menyangkut kondisi internal dan eksternal, kondisi internal berhubungan dengan kesiapan siswa dan apa yang telah dipelajari sebelumnya, sementara kondisi eksternal merupakan situasi belajar dan penyajian stimulus yang sengaja diatur oleh guru dengan tujuan memperlancar proses belajar.

Teori belajar yang disusun Gagne merupakan perpaduan yang seimbang antara teori behaviorisme dan kognitivisme. Dalam masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi tentang belajar, yaitu (1) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. (2) Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi (Gagne dalam Prawiradilaga, 2007: 13).

2.1.1 Teori Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan perilaku yang kompleks, belajar merupakan kegiatan sehari-hari. Kagiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar. disamping itu kegiatan belajar juga dapat diamati oleh orang lain. Kegiatan belajar yang berupa perilaku yang kompleks tersebut telah lama menjadi objek penelitian ilmuan. Kompleksnya perilaku belajar tersebut menimbulkan berbagai teori belajar.

2.1.2 Teori Belajar Konstruktivisme


(24)

menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subjek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi Kognitif akan terjadi sejauh realitas disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subjek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Joice dan Weil (2009: 13-14) memaparkan tentang gagasan-gagasan yang menjadi intisari dari konstruktivisme adalah:

1. Gagasan tentang pembelajaran yang merupakan konstruksi pengetahuan.

Proses pembelajaran, otak yang menyimpan informasi, mengolahnya, dan mengubah konsepsi-konsepsi yang ada sebelumnya. Pembelajaran bukan hanya sekedar proses menyerap informasi, gagasan dan ketrampilan, karena materi-materi baru tersebut akan dikonstruksi oleh otak.

2. Otak bekerja sejak lahir. Anak mempelajari kebudayaan dan berbagai keragaman lain yang ada dalam keluarga dan lingkungan masyarakat kelahirannya sejak mereka masih balita. Informasi baru yang kita peroleh terbentuk sebagai kerangka berpikir dan rancangan kuat dari kontruksi gagasan yang telah ada sebelumnya.

Menurut Herpratiwi (2009: 71) teori belajar konstruktivis (constructivist theories of learning) menyatakan bahwa mahasiswa harus menemukan sendiri dan menstrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai bagi mahasiswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan,


(25)

mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

Hal penting dalam pendekatan konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, si pebelajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggungjawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar mahasiswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan mahasiswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiridalam kehidupan kognitif mahasiswa.

Herpratiwi (2009: 85-86) menyebutkan implementasi belajar konstruktivisme adalah sebagai berikut.

a. Belajar harus menjadi suatu proses aktif. Menjaga mahasiswa tetap aktif melakukan aktivitas yang bermakna menghasilkan proses tingkat tinggi, yang memfasilitasi penciptaan makna personal.

b. Mahasiswa mengkonstruksi pengetahuan sendiri bukan hanya menerima apa yang diberi oleh instruktur. Konstruksi pengetahuan difasilitasi oleh pembelajaran yang interatif, karena mahasiswa harus mengambil inisitif untuk berinteraksi dengan mahasiswa lain dan dengan instruktur, dan karena agenda belajar dikontrol oleh mahasiswa sendiri.

c. Bekerja dengan mahasiswa lain memberi mahasiswa pengalaman kehidupan nyata melalui kinerja kelompok, dan memungkinkan mereka, menggunakan ketrampilan meta-kognitif mereka.

d. Mahasiswa harus diberi control proses belajar. Harus ada bentuk bimbingan penemuan dimana mahasiswa dibiarkan untuk menentukan keputusan terhadap tujuan belajar, tetapi dengan bimbingan dari instruktur.

e. Mahasiswa harus diberi waktu dan kesempatan untuk refleksi. Pada saat belajar mahasiswa perlu merefleksi dan menginternaliasi informasi.

f. Belajar harus dibuat bermakna bagi mahasiswa. Materi belajar harus memasukan contoh-contoh yang berhubungan dengan mahasiwa sehingga mereka dapat menerima informasi yang diberikan.

g. Belajar harus interatif dan mengangkat belajar tingkat yang lebih tinggi dan kehadiran social, dan membantu mengembangkan makna personal. Mahasiswa menerima materi pelajaran melalui teknologi, memproses informasi, dan kemudian mempersonalisasi dan mengkontekstualisasikan informasi tersebut.


(26)

Jonasson dalam Smith (2009) mengatakan konstruktivis percaya bahwa pebelajar mengkontruksi realitasnya sendiri atau paling tidak menafsirkannya berdasarkan pada persepsi-persepsi pengalaman mereka, sehingga pengetahuan individu menjadi sebuah fungsi dari pengelaman, struktur mental, dan keyakinan-keyakinan seseorang sebelumnya yang digunakan untuk menafsirkan objek dan peristiwa apa yang seseorang tabu didasarkan pada persepsi dari pengelaman fisik dan social yang dipahami oleh pikiran.

Dimyati dan Mudjiono (2006: 139) menjelaskan tentang pendekatan ketrampilan proses dan kerterkaitannya dengan cara belajar mahasiswa aktif, sebagai berikut. 1. Pembelajaran ketrampilan proses sebagai wahana penemuan dan

pengembangan fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan bagi diri mahasiswa.

2. Fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan mahasiswa berperan pula menunjang pengembangan ketrampilan proses pada diri mahasiswa.

3. Interaksi antara pengembangan ketrampilan proses dan fakta, konsep, serta prinsip ilmu pengetahuan, pada akhirnya akan mengembangkan sikap dan nilai ilmuan pada diri mahasiswa.

Berdasarkan teori konstruktivisme tugas dosen adalah bahwa dosen tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tetapi melakukan kegiatan yang memungkinkan mahasiswa membangun sendiri pengetahuan, menginterprestasikan, mencari kejelasan dan bersikap analisis.


(27)

Teori konstriktivisme tersebut sesuai dengan strategi pembelajaran inkuiri, yakni peran dosen sebagai fasilitator dan motivator pada mahasiswa bukan sebagai pemberi informasi saja, sehingga diharapkan mahasiswa mampu membangun atau mengkontruksi dirinya sendiri sesuai dengan dunia nyata mahasiswa.

2.2 Metode Pembelajaran Inkuiri

Metode pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa metode pembelajaran merupakan rencana tindakan pembelajaran termasuk penggunaan strategi dan pemanfaatan sumber belajar untuk mencapai tujuan.

2.2.1 Pengertian Pembelajaran Inkuiri

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada aktivitas penelitian terhadap obyek pertanyaan. Dengan kata lain inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh informasi dengan melakukan eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan soal pelajaran.

Menurut Sanjaya (2006:196) Strategi pembelajaran Inkuiri adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Menurut Hamalik (2008: 220) menjelaskan pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada mahasiswa dimana kelompok mahasiswa inkuri


(28)

ke dalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok.

Selanjutnya Sudrajat ( 2012) menyatakan bahawa pembelajaran inkuri merupakan kegiatan pemebelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan mahasiswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu ( benda, manusia dan peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Secara umum, Strategi pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan mahasiswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu peristiwa secara sistematis, kritis, logis, analisis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.Strategi Pembelajaran Inkuiri menekankan pada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran mahasiswa dalam pembelajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri. Strategi Pembelajaran inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh mahasiswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari mencari dan menemukan sendiri. Dosen harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan.

Tujuan penerapan strategi pembelajaran inkuiri dalam penelitian ini adalah untuk membuat pemebelajaran akuntansi biaya menjadi lebih menarik, menunjukkan kepada mahasiswa bahwa fakta-fakta yang ada lebih bersifat kemungkinan daripada sebuah kepastian. Strategi inkuiri ini juga member kesempatan mahasiswa untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran akuntansi biaya


(29)

sehingga mahasiswa tidak mengalami kejenuhan serta member motifasi dan semangat baru dalam belajar akuntansi biaya.

Menurut Sanjaya (2006:196) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Pertama strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas mahasiswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan mahasiswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran mahasiswa tidak hanya berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan mahasiswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Artinya dalam pendekatan inkuiri menempatkan dosen bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar mahasiswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses Tanya jawab antara dosen dengan mahasiswa, sehingga kemampuan dosen dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri mahasiswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Hamalik (2008: 220) menyatakan asumsi-asumsi yang mendasari model inkuiri adalah:

1. Ketrampilan berpikir kritis, deduktif yang diperlukan berkaitan dengan pengumpulan data yang bertalian dengan kelompok hipotesis.


(30)

2. Keuntungan bagi mahasiswa dari pengalaman kelompok dimana mereka berkomunikasi, berbagi tanggungjawab, bersama- sama mencari pengetahuan. 3. Kegiatan-kegiatan belajar disajikan dengan semangat berbagai inkuiri dan

diskoveri menambah motivasi dan memajukan partisipasi.

Sapriya (2009: 80) pembelajaran inkuiri memperkenalkan konsep-konsep untuk para mahasiswa secara induktif. Belajar dengan menggunakan pendekatan induktif yang mencakup proses berpikir dari hal-hal yang khusus kepada hal-hal yang bersifat umum dimulai dengan upaya dosen memperkenalkan sejumlah contoh konsep yang spesifik. Para mahasiswa mempelajari contoh-contoh itu dan mencoba menyimpulkannya dengan cara membuat pernyataan atau kalimat yang sesuai dengan karakteristik konsep tersebut. Misalnya seorang guru di sekolah

dasar ingin mengajarkan konsep”burung”. Guru bisa mulai dengan menunjukkan berbagai gambar burung kepada pada siswa. Rangkaian pertanyaan yang dapat diajukan untuk mengidentifikasi cirri-ciri dari gambar tersebut. Kemudian untuk menyimpulkan pelajaran, guru dapat membantu para siswa dalam membuat definisi tentang burung. Misalnya, dengan menampilkan gambar “burung” lainnya untuk membantu mahasiswa dalam menguji kebenaran definisi. Dengan demikian, belajar inkuiri dapat dianggap sebagai suatu latihan dalam memperoleh pengetahuan. Para mahasiswa diberi pertanyaan untuk mengembangkan kesimpulan berdasarkan pertimbangan bukti-bukti yang telah dimiliki.

2.2.2 Beberapa model pemebelajaran Inkuiri

Strategi Pembelajaraan Inkuri menurut Sound dan Trowbridgedalam Mulyasa,(2005:109) mengemukakan tiga macam Inkuiri berikut.


(31)

a. Inkuiri Terpimpin (Gudie Inkuiri): peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Pendekatan ini digunakan terutama bagi para peserta didik yang belum berpengalaman belajar dengan metode inkuiri, dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup di kelas.

b. Inkuiri Bebas (Free Inkuiri): pada inkuiri bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuan. Pada pembelajaran ini peserta didik harus dapat mengidentifikasi dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Metodenya adalah inkuiri role aproach yang melibatkan peserta didik dalam kelompok tertentu, setiap anggota kelompok memiliki tugas sebagai koordinator kelompok, pembimbing teknis, pencatatan data, dan pengevaluasi proses.

c. Inkuri Bebas yang dimidifikasi (Modified Free Inkuiri): pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian.

Sedangkan menurut Sudrajad (2012: 4) inkuiri ada tiga macam

a. inkuiri terbimbing. proses pembelajaran inkurí terbimbing, mahasiswa dituntut untuk menemukan konsep melalui petunjuk- petunjuk seperlunya dari seorang dosen. Petunjuk-petunjuk itu pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing.

b. inkuiri bebas. Pembelajaran Inkuiri bebas ini digunakan bagi mahasiswa yang telah berpengalaman. pendekatan inkuiri bebas ini mahasiswa diberi


(32)

kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki,menemukan dan menyelesaikan masalah secara sendiri.

c. inkuiri Bebas Modifikasi. Merupakan modifikasi dari dua strategi di atas, meskipun demikian permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki Metode Pembelajaran Inkuiri yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inkuri terbimbing sebab mahasiswa belum berpengalaman belajar dengan Inkuiri perlu mendapat petunjuk/penjelasan sebelum mengerjakan soal. Metode pembelajaran terbimbing yaitu metode pembelajaran dimana dosen membimbing mahasiswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Dosen mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Strategi pembelajaran terbimbing ini digunakan bagi mahasiswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pembelajaran Inkuiri. Dengan Strategi pembelajaran Inkuiri ini mahasiswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari dosen hingga mahasiswa dapat memahami konsep-konsep materi. Pada metode ini mahasiswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual, agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.

2.2.3 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri

Menurut Silberman (2011: 27) menyatakan proses belajar sesungguhnya bukanlah semata-mata kegiatan menghafal. Banyak hal yang kita ingat akan hilang dalam beberapa jam. Mempelajari bukanlah menelan semuanya. Untuk mengingat apa yang telah diajarkan, mahasiswa harus mengolahnya atau memahaminya. Seorang dosen tidak dapat dengan serta merta menuangkan sesuatu ke dalam benak para


(33)

mahasiswanya, karena mereka sendirilah yang harus menata apa yang mereka dan lihat menjadi satu kesatuan yang bermakna. Tanpa peluang untuk mendiskusikan, mengajukan pertanyaan, mempraktikkan dan barangkali bahkan mengajarkannya kepada mahasiswa yang lain, proses belajar yang sesungguhnya tidak akan terjadi.

Selanjutnya Sudrajat (2012) menyatakan pembelajaran inkuiri mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini:

1. Berorientasi pada pengembangan Intelektual. Tujuan tama dari pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.

2. Prinsip interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara mahasiswa maupun interaksi mahasiswa dengan dosen, bahkan interaksi antara mahasiswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menenpatkan dosen bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

3. Prinsip bertanya. Peran dosen yang harus dilakukan dalam menggunakan pembelajaran ini adalah dosen sebagai penanya. Sebab, kemampuan mahasiswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Dalam hal ini, kemampuan dosen untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Disamping itu, pada pembelajaran ini juga perlu dikembangkan sikap kritis mahasiswa dengan selalu bertanya dan mempertanyakan berbagai fenomena yang sedang dipelajarinya.


(34)

4. Prinsip belajar untuk berpikir. Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.

5. Prinsip keterbukaan. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas dosen adalah menyediakan ruang untuk memberikian kesempatan kepada mahasiswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaranan hipotesis yang diajukannya.

Menurut Jouce dalam Sanjaya (2006: 205) inkuiri sosial merupakan strategi pembelajaran dari kelompok sosial (social family)subkelompok konsep masyarakat (concept of society). Sub kelompok ini didasarkan pada asumsi bahwa metode pendidikan bertujuan untuk mengembangkan anggota masyarakat ideal yang dapat hidup dan dapat mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat. Oleh karena itulah mahasiswa harus diberi pengalaman yang memadai bagaiamana caranya memecahkan persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat. Melalui pengalaman itulah setiap individu akan dapat membangun pengetahuan yang berguna bagi diri dan masyarakatnya.

Inkuiri dalam pembelajaran akuntansi biaya lebih menekankan proses daripada produk. Proses inkuiri diaplikasikan cara melatih mahasiswa dengan metode pemecahan masalah mulai dari penetapan masalah, mahaminya, membuat hipotesis, mengumpulkan data dan memecahkannya dengan sebuah pemecahan masalah yang tepat.


(35)

Deporte & Readon (2000: 155) menjelaskan mengapa dosen bertanya kepada mahasiswa? Jawabannya adalah:

1. Melontarkan pertanyaan memberikan kesempatan kepada dosen untuk menghargai dan mengakui partisipasi dan pengambilan resiko mahasiswa. Ingatlah mahasiswa selalu benar, terlepas dari jawaban yang diberikan mahasiswa. Tugas dosen adalah menemukan pertanyaan yang sesuai.

2. Bertanya, member kesempatan dosen untuk mengasah dan membuka pikiran mahasiswa. Gerakanlah pikiran mahasiswa hingga memperoleh jawaban. 2.2.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri

Adapun model pembelajaran inkuiri yang dikembangkan Trianto (2009: 169) dapat dirinci sebagai berikut ini.

1) Langkah-langkah penerapan pembelajaran

a. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis, kemudian mahasiswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

b. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, dosen menanyakan kepada mahasiswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang, dipilih salah bsatu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.


(36)

c. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik.

d. Analisa data

Mahasiswa bertanggungjawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting untuk menguji hipotesis adalah pemikiran “benar” atau “salah”. Setelah memperoleh kesimpulan dari data percobaan, mahasiswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, mahasiswa dapat menjelaskan dengan proses inkuiri yang telah dilakukan.

e. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh mahasiswa.

Hamalik (2008: 221) menyebutkan penggunaan metode inkuiri dilakukan melalui langkah-langakah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dan merumuskan situasi yang menjadi fokus inkuiri secara jelas

2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fakta

3. Memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah-langkah

4. Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji setiap hipotesis dengan data yang terkumpul


(37)

5. Merumuskan jawaban atas pertanyaan sesungguhnya dan menyatakan jawaban sebagai proporsi tentang fakta. Jawaban mungkin merupakan sintesis antara hipotesis yang diajukan dan hasil-hasil dari hipotesis yang diuji dengan informasi yang terkumpul.

Sanjaya (2006: 202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini dosen mengkondisikan agar mahasiswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Dosen merangsang dan mengajak mahasiswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan metode ini sangat tergantung pada kemauan mahasiswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa mahasiswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang mahasiswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumus inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut mahasiswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir


(38)

3. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis

4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam metode pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Karena itu, tugas dan peran dosen dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong mahasiswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan berinkuiri adalah manakala mahasiswa tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakgairahan dalam belajar. Manakala dosen menemukan gejala-gejala semacam ini, maka dosen hendaknya secara terus-menerus memberikan dorongan kepada mahasiswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan


(39)

secara merata kepada seluruh mahasiswa sehingga mereka terangsang untuk berpikir

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis yang terpenting adalah mencari tingkat keyakinan mahasiswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nyadalam proses pembelajaran. Sering terjadi, karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus pada masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya dosen mampu menunjukkan pada mahasiswa data mana yang relevan. Sudrajat (2012) menyatakan proses pemebelajaran inkuiri dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah, kemampuan yang dituntut adalah: (a) kesadaran terhadap masalah; (b) melihat pentingnya masalah dan (c) merumuskan masalah


(40)

2. Mengembangkan hipotesis, kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis ini adalaha: (a) menguji dan menggolongkan data yang dapat diperoleh; (b) melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis; dan (c) merumuskan hipotesis

3. Menguji jawaban sementara, kemampuan yang dituntut adalah: (a) merakit peristiwa terdiri dari: mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan, mengumpulkan data, menginterprestasikan data, dan mengklasifikasikan data; (b) menyusun data, terdiri dari: mentranslasikan data, menginterprestasikan data,dan mengklasifikasikan data; (c) analsisis data, terdiri dari: melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan, dan mengidentifikasikan trend, sekuensi, dan keteraturan

4. Menarik kesimpulan , kemampuan yang dituntut adalah: (a) mencari pola dan makna hubungan; dan (b) merumuskan kesimpulan

5. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi.

Pembelajaran melalui metode inkuiri secara umum dimulai dengan mengajukan sejumlah pertanyaan. Apakah dimulai dengan sebuah keraguan seperti yang dipaparkan oleh Banks, ataupun hanya ingin mengetahui dalam arti tidak mempunyai dorongan yang muncul dari sebuah keraguan. Untuk pembelajaran ditingkat sekolah menengah pertama, pertanyaan yang diajukan mahasiswa muncul dari sebuah keraguan. Rangsangan dosen pada mahasiswa membuat diarahkan pada pengembangan rasa ingin tahu yang mendalam tentang sesuatu sehingga mahasiswa merasa perlu bertanya dan mencari jawaban. Terkait dengan peran dosen dalam usaha mengembangkan kreatifitas belajar anak ini Clark menyatakan bahwa melalui inkuiri usaha dosen untuk merangsang berpikir


(41)

mahsiswa melalui berbagai pertanyaan, pemecahan masalah, baik individual maupun kelompok dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Menurut Banks ( 1990: 79) menyebutkan terdapat beberapa hal yang terkait dengan tahapan kegiatan pembelajaran inkuiri,

Doubt concern

Problem Formulation TheoryValues

Formulation of hypotheses

Definition of terms- conceptualization

Collection of data

Evaluation and analysis of data

Testing hypotheses

Beginning inquiry a new

Gambar 1. Langkah-langkah Inkuiri menurut Banks (1990: 79)

Gambar tersebut menjelaskan bahwa proses inkuiri menurut Banks dimulai dengan sebuah keraguan yang mesti dijelaskan. Penjelasan keraguan tersebut mesti sistematis dengan formulasi masalah yang jelas, ada hipotesis, ada teori, pengumpulan data, analisis data, dan generalisasi. Uraian Banks tentang bagaimana cara atau implementasi inkuiri lebih menonjolkan sebuah kegiatan ilmiah yang dimulai dengan sejumlah keraguan. Secara implementatif, menurut


(42)

Banks, model inkuiri dalam ilmu sosial dapat dimulai dengan formulasi permasalahan, membangun keraguan terhadap sesuatu yang akan dicari melalui sejumlah pertanyaan, diikuti dengan hipotesis, konseptualisasi hingga testing hipotesis. Melalui inkuiri mahasiswa dikehendaki untuk lebih aktif, mencari dan menetapkan masalah yang berkaitan dengan pertanyaan awal yang ada, memikirkan teori apa yang akan membantunya memecahkan masalah dengan melakukan pengujian hipotesis yang ditetapkan.

Hamalik (2008: 221) menyebutkan penggunaan metode pembelajaran inkuiri dilakukan melalui langkah-langakah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi dan merumuskan situasi yang menjadi fokus inkuiri secara jelas

2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fakta

3. Memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah-langkah

4. Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji setiap hipotesis dengan data yang terkumpul

5. Merumuskan jawaban atas pertanyaan sesungguhnya dan menyatakan jawaban sebagai proporsi tentang fakta. Jawaban mungkin merupakan sintesis antara hipotesis yang diajukan dan hasil-hasil dari hipotesis yang diuji dengan informasi yang terkumpul.

Sapriya (2009: 81) menjelaskan tentang inkuiri seperti yang diungkapkan oleh filsuf pendidikan Amirika terkenal John Dewey bahwa pembelajaran inkuiri menerapkan metode ilmiah untuk masalah-masalah belajar dan umumnya digunakan dalam mata pelajaran IPS di sekolah dasar, menyarankan


(43)

langkah-langkah pembelajaran inkuiri dalam buku klasiknya How We Think yang diterbitkan tahun 1910 sebagai berikut:

1. Menggambarkan indikator-indikator masalah atau situasi 2. Memberikan kemungkinan jawaban atau penjelasan

3. Mengumpulkan bukti-bukti yang dapat digunakan untuk menguji kebenaran jawaban atau penjelasan

4. Menguji kebenaran jawaban sesuai dengan bukti-bukti yang terkumpul 5. Merumuskan kesimpulan yang didukung dengan bukti yang terbaik.

Sapriya (2009: 81) menyatakan bahwa pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan inkuiri dapat diterapkan pada semua jenjang dan kelas. Untuk siswa sekolah dasar pada kelas-kelas rendah dapat juga menggunakan pendekatan inkuiri ini melalui pembelajaran-pembelajaran yang sederhana. Implementasinya inkuiri dapat menjadi sebuah proses sederhana sesuai dengan tingkat/level mahasiswa. Suchman dalam Siti Nursiah (2010), mengembangkan model inkuiri secara aplikatif seiring dengan tingkat penggunaan dan kemampuan pengguna (mahasiswa). Terdapat dua bentuk inkuiri yang secara sederhana dapat dipergunakan sebagai pengayaan metode dalam pembelajaran IPS, yakni model inkuiri induktif dan deduktif dapat ditelusuri dari pernyataan Suchman tentang bagaimana proses kerja atau langkah pembelajaran melalui inkuiri. Inkuiri induktif adalah model inkuiri yang penetapan masalahnya ditentukan sendiri oleh mahasiswa sesuai dengan bahan/materi ajar yang akan dipelajari, sedangkan inkuiri deduktif adalah model inkuiri yang permasalahannya berasal dari dosen. Pembelajaran dengan metode inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan aktif mahasiswa diharapakan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar


(44)

mahasiswa. Pembelajaran dengan metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri mahasiswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini mahasiswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Mahasiswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peran dosen dalam pembelajaran dengan metode inkuiri sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas dosen adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada mahasiswa untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh mahasiswa. Tugas dosen selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi mahasiswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan dosen masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan mahasiswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi.

Menurut Sanjaya (2006: 208) pembelajaran inkuiri memiliki beberapa keunggulan, di ataranya.

1. Pembelajaran inkuiri merupakan strategi pemebelajaran yang menekankan kepada pengembanagan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna 2. Pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada mahasiswa untuk belajar

sesuai dengan gaya belajar mereka

3. Pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman

4. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan mahasiswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya mahasiswa


(45)

yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terlambat oleh mahasiswa yang lemah dalam belajar.

Di samping memiliki keunggulan, metode ini juga mempunyai kelemahan, di antaranya.

1. Jika metode ini digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan mahasiswa

2. Metode ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan mahasiswa dalam belajar

3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering dosen sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan

4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan mahasiswa menguasai materi pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap dosen.

2.3 Peranan Pembelajaran Inkuiri Terhadap Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar

Pembelajaran inkuiri adalah merupakan istilah umum yang berlaku

mengembangkan kemampuan berpikir analisis mahasiswa, agar bisa

menganalisis, memecahkan persoalan dengan cara sistematis.

Menurut Sanjaya (2006:196) metode pembelajaran inkuiri adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara dosen dan mahasiswa.


(46)

Banyaknya kegiatan dalam pembelajaran dengan strategi inkuiri, menunjukkan bersarnya keterlibatan mahasiswa dalam belajarnya. Banyaknya aktivitas belajar akan menghasilkan pengalaman belajar semakin banyak pula, yang merupakan hasil belajar mahasiswa. Dengan demikian, semakin berkualitas dan banyak pengalaman belajar, semakin berkualitas dan banyak pula hasil belajar yang diperoleh. Pembelajaran dengan strategi inkuiri meningkatkan kemampuan intelektual , juga meningkatkan motivasi instrinsik dan ekstrinsik (Arends dalam Handoko, 2007).

Sapriya (2009: 69-70) sejak zaman John Dewey 1859-1952 pemikiran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran telah menjadi obsesi. Walaupun pada masa itu pemikirannya masih bersifat umum, namun cukup untuk dijadikan pijakan bagi para pengikutnya.

Inkuiri merupakan salah satu strategi yang saat ini digunakan oleh para pengembang kurikulum khususnya di sekolah-sekolah Australia dan Amirika Serikat sebagai suatu pendekatan dalam proses belajar mengajar PIPS. Penggunaan pendekatan ini didasarkan atas beberapa pemikiran dari para ahli pendidikan IPS dan hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pendekatan ini memiliki keunggulan terutama untuk mengembangkan kemampuan berpikir maupun pengetahuan , sikap dan nilai pada peserta didik dibanding dengan pendekatan klasikal atau tradisional.

Sudrajat (2012) menyatakan tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam pembelajaran inkuiri mahasiswa tidak hanya dituntut


(47)

untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya mahasiswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran. Semua saran dan upaya untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam kelas IPS pada pokoknya berkaitan dengan perlunya upaya mengembangkan kemampuan berpikir yang dapat membantu para mahasiswa, untuk belajar bagaimana belajar dan berpikir secara analisis. Dalam hal ini, kemampuan intelektual dianggap sebagai suatu proses berpikir mahasiswa secara analisis yang dikembangkan oleh dosen di kelas. Oleh karena itu, untuk menjawab tantangan ataupun permasalahan yang sedang dihadapi di dalam pembelajaran Akuntansi Biaya di kelas, strategi inkuiri dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif.

2.4 Aktivitas Belajar

Belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama melalui latihan pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Belajar memerlukan aktivitas, artinya orang yang belajar harus ikut serta dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara aktif.


(48)

Segala bentuk perbuatan atau kegiatan yang dilakukan mahasiswa yang bersifat pemikiran atau jasmani maupun mental atau rohani dalam memcapai hasil belajar dapat dikatakan sebagai aktivitas belajar. Sedangkan teori aktivitas adalah seperangkat prinsip dasar yang merupakan sistem konseptual umum, dan bukan suatu teori yang bersifat prediktif. Prinsip-prinsip dasar teori aktivitas meliputi struktur herarkis aktivitas, objek-orientedness, internalisasi/eksternalisasi, alat mediasi, dan pengembangkan (Yaumi. 2001).

Menurut Sardiman (2006: 95) bahwa: ”Pinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat

untuk mengubah tingkah laku menjadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar

kalau tidak ada aktivitas”. Pendapat lain menyatakan bahwa prinsip-prinsip belajar berkaitan dengan perhatian, motovasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individu (Dimyati dan Mujiono 2009: 42).

Pendapat yang serupa dinyatakan oleh Juhri (2006: 81) yaitu ”Belajar adalah suatu

proses yang memerlukan aktivitas, artinya orang yang belajar harus ikut serta dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara aktif. Orang yang belajar itu mempelajari apa saja yang dilakukan, apa yang dirasakan, dan apa yang

dipikirkan”. Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 23) menyatakan bahwa: “Proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikologis peserta

didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek

kognitif, afektif, maupun psikomotor”. Beberapa pendapat tersebut menekankan

bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa berupa keaktivan dan keterlibatan langsung dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil


(49)

belajar yang optimal, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar pada prinsipnya adalah keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

2.4.2 Jenis-jenis Aktivitas Belajar

Aktivitas yang dilakukan mahasiswa pada saat pembelajaran bisa beraneka ragam, sesuai dengan situasi atau proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Dierdrich dalam Sardiman (2006: 101) menyatakan bahwa: Aktivitas dapat digolongkan menjadi beberapa macam antara lain

1) Visual activites, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain. 2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4) Writing activities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereperasi, bermain, berkebun, berternak.

7) Mental activities, sebagai contoh: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8) Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Menurut Sanjaya (2006: 197) dalam pembelajaran inkuiri akan efektif manakala. 1) Dosen mengharapkan mahasiswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu

permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam strategi inkuiri penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar.

2) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.

3) Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu mahasiswa terhadap sesuatu.

4) Jika dosen akan mengajar pada sekelompok mahasiswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Strategi inkuiri akan kurang berhasil


(50)

diterapkan kepada mahasiswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.

5) Jika jumlah mahasiswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa oleh dikendalikan dosen.

6) Jika dosen memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada mahasiswa.

2.4.3 Manfaat Aktivitas dalam pembelajaran

Aktivitas mahasiswa sangat penting untuk meraih prestasi belajar yang diharapkan, aktivitas yang dimaksud adalah kegiatan mahasiswa dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelajar disekolah. Menurut Hamalik (2008: 91) mengemukakan bahwa penggunaan azas aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu, antara lain:

1) siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri; 2) berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek siswa;

3) memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan para siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kelompok kerja;

4) siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemauan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individu;

5) memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demoktaris dan kekeluargaan, musyawarah dan mufakat, membina dan memupuk kerjasama antar sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan sisw;

6) pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan kongkrit sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindari terjadinya verbalisme;

7) pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagai halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika;

Beberapa pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan mahasiswa berupa keaktifan dan keterlibatan langsung dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang optimal, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar pada prinsipnya adalah keaktifan mahasiswa


(51)

dalam proses pembelajaran. Penelitian ini indikator yang digunakan dalam aktivitas belajar antara lain:

1)melakukan kegiatan pembelajaran;

2)mendengarkan/memperhatikan penjelasan dosen; 3)menjawab pertanyaan guru/teman;

4)menyanggah pendapat; 5)bertanya;

6)memberikan tanggapan;

7)menghargai pendapat orang lain; 8)mengemukakan pendapat

9) mempresentasikan hasil diskusi; 10)mencatat/membuat simpulan.

2.5 Hasil Belajar

Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Pada akhir proses belajar, suatu hal yang diperlukan siswa dalam mengikuti pelajaran yang dilakukan oleh guru adalah hasil belajar.

2.5.1 Pengertian Hasil Belajar

Setiap proses kegiatan pembelajaran selalu menghasilkan suatu hasil belajar, hasil belajar tersebut merupakan bukti dari usaha yang telah dilakukan dalam kegiatan belajar. Menurut Dimyati dan Mujiono (2009: 4) bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar pada akhir proses belajar. Sedangkan menurut Hamalik (2008: 31) bahwa hasil-hasil belajar adalah


(52)

pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian motivasi-motivasi, apresiasi, abilitas, dan keterampilan.Hasil belajar merupakan suatu hal yang diperlukan mahasiswa dalam mengikuti pelajaran yang dilakukan oleh dosen. Hasil belajar ini berupa angka, huruf, atau kata-kata ”baik, sedang, kurang, dan

sebagainya”. Prestasi belajar tidak pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan dan pencapaian prestasi itu harus dengan jalan melakukan

kerja”.

Menurut Sardiman (2006: 22) bahwa ”Hasil belajar mencerminkan adanya

perubahan tingkah laku pada siswa. Ketercapaian tujuan pembelajaran atau hasil

pengajaran sangat dipengaruhi oleh bagaimana aktivitas siswa dalam belajar”.

Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri individu yang sedang belajar menggambarkan ciri-ciri perbuatan belajar sebagai berikut (1) belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan individu yang belajar, (2) perubahan itu pada hakikatnya adalah didapatnya kemampuan baru yang menetap dalam waktu yang relatif lama, (3) perubahan itu terjadi karena usaha, artinya individu yang belajar menjalani latihan atau pengalaman tertentu, dan (4) belajar tidak dapat diobservasi secara langsung tetapi pengejawantahannya pada kegiatan belajar individu (Bloom dalam Degeng, 1998: 80).

2.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Suatu hal yang hendak diraih oleh siswa dalam mengikuti pelajaran yang dilakukan guru adalah hasil belajar, akan tetapi banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain:


(1)

Metodepembelajaran ini sangat cocok untuk materi kujliah akuntansi biaya, sebab pembelajaran inkuiri ini mendorong mahasiswa untuk aktif, kreatif dan kebersamaan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembiayaan yang terjadi dalam kehidupan nyata mahasiswa.

5.2.2 Secara praktis, perlunya seorang dosen untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan penerapam pembelajaran metode pembelajaran inkuiri dalam upaya pembaharuan pembelajaran dikelas agar mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

5.2.3 Metode pembelajaran inkuiri hendaknya diterapkan oleh dosen pada pembelajaran karena berorientasi pada aktivitas mahasiswa, sebab mahasiswa secara aktif berperan serta dalam pembelajaran, sehingga imformasi yang diperoleh akan lebih memberi makna pada mahasiswa dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional.

5.3Saran

Berdasarkan kesimpulan telah terbukti pembelajaran dengan menggunakan metodepembelajaran inkuiri dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah akuntansi biaya khususnya pada Standar Kompetensi Memahami metode harga pokok proses pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UM Metro, maka peneliti sarankan ha-hal sebagai berikut.

5.3.1 Bagi dosen, penggunaan metode pembelajaran inkuiri dirasa sangat efektif untuk menyampaikan mata kuliah akuntansi baiaya khususnya pada


(2)

166 Kompetensi Dasar Memahami Metode Harga Pokok Proses dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar, sehingga dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi disarankan mengunakan metodepembelajaran inkuiri siklus ke tiga dalam menyampaikan materi tersebut.

5.3.2 Dalam kegiatan pembelajaran, dosen mata kuliah lain diharapkan menjadikan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran inkuirisiklus ke tiga sebagai alternatif lain dalam menyampaikan materi pada mata kuliah yang diembannya.

5.3.3 Bagi mahasiswa, harus aktif, kreatif dan dapat membantu serta mendukung dosen dalam menggunakan metode pembelajaran inkuiri siklus ke tiga guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.

5.3.4 Bagi fakultas, diharapkan dapat membantu dosen dengan menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung dalam rangka pengembangan dan penggunaan metode pembelajaraninkuiri siklus ke tiga pada mata kuliah akuntansi biaya dan dapat juga pada mata kuliah lain.

5.3.5 Bagi peneliti diharapkan dapat menggunakan metode pembelajaran inkuiri siklus ke tiga sebagai informasi dasar dalam rangka pengembangan penelitian lebih lanjut, khususnya dalam pelaksanaan PenelitianTindakan Kelas.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anni, Chatarina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNESPress. Arikunto, Suharsimi, Suharjono, Supardi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto. 2006. Dasar-dasarEvaluasiPendidikan. Jakarta: BumiAksara. Azwar, Saifuddin. 2008. ReabilitasdanValiditas, Yogyakarta: PustakaPelajar. Basrowi dan Soenyono. 2007. MetodeAnalisis Data Sosial. Kediri: CV

JenggalaPustakaUtama.

Banks, James A. 1990. Teaching Strategies For The Social Studies. University of Washington, Seattle.

BNSP. 2006. Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPS. Jakarta: Depdiknas.

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Degeng, I Nyoman Sudana. 1998. Ilmu Pengajaran dan Taksonomi. Jakarta: Depdikbud.

De Porter, Bobbi &Reardom, Mark. 2007. Quantum Teaching. Bandung: MizanPustaka.

Dimyati, Mudjiono, 2009.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati, Mudjiono, 2009.Belajar dan Pembelajara. Jakarta: Rineka Cipta. Djiwandono, EstiWulandari. 2006. PsikologiPendidikan.Jakrta. PT.

GramediaMedisarana Indonesia.

Elliot, John.1998. Action researchFor Educational Change. Open Univercity. Press. Philadhelpia.

Hamalik , Oemar. 2008. Proses BelajarMengajar. Jakarta: Rajawali.

Hamdani, NizarAlamdanDodi Hermana. 2008. Classroom Action Research,

TeknikPenulisandanContohPenelitianTindakanKelas (PTK)Jakrta.


(4)

168

Hanafiah, Nanang, Suhana Cucu. 2009, Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung, PT. RefikaAditama.

Harnanto. 1992. AkuntansiBiayaPerhitunganHargaPokokProduk, Yogjakarta, BPFE.

Herpratiwi.2009. TeoriBelajardanPembelajaran.Universitas Lampung.Bandar Lampung.

Joice, Bruce & Weil, Marsha. 2009. Models Of Teaching (Model-model

Pengajaran). PustakaPelajar. Yogyakarta.

Juhri, AM. 2006. Landasan dan Wawasan Pendidikan Suatu Pendekatan

Kopetensi Guru, Metro. Metro: LP UM Metro.

Kunandar, 2008, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: PT RajagrafindoPersada.

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Listiarini,Budi. 2007 Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Dalam

Proses Belajar Mengajar Konsep Sistem Indera Manusia Melalui Model

Pembelajaran STAD di MTs AL Asror Gunungpat. Universitas Negeri

Semarang.

Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung. RemajaRosdakarya.

Novi Enggar Rati. 2009. Strategi Pembelajaran Inkuiri untuk Mencapai Ketuntasan Hasil Belajar Biologi dan Meningkatkan Aktivitas Siswa Kelas B Semester Genap di SMP Daerah Wuluhan . Jember.

Nursiah, Siti. 2010.

PerbedaanPrestasiBelajarSejarahDenganMenggunakanStrategiInkuiri The Control And Guided Discusion Dan InkuiriProblim Solving

PadaKelas XII IPS di SMA YP UNILA TahunPelajaran 2010-2011.

Tesis.Universitas Lampung

Prawiradilaga, D.S. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Yogyakarta: UNY. Purwanto, Ngalim. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Rasyid, Harundan Mansur. 2007. PenilaianHasilBelajar. Bandung: CV Wacana

Prima.

Rupiani, Nopita. 2010. Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri bagi Siswa Kelas IV SD Plumbangan 03 Kecamatan Doko Kabupaten Blitar.


(5)

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Santoso, Handoko, 2007.

PengaruhpembelajaraninkuiridanStrategiKooperatifTerhadapHasilBelaj arKognitif, KemampuanBerpikirKritis, danKemampuanKerjasamaSiswa

SMA BerkemampuanAtasdanBawah Kota Metro Lampung. Desertasi.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada.

Silberman, Melvin. 2011. Active Learning. Nusa Media. Bandung.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang mempengaruhinya. Jakarta Rineka Karya.

Slavin, Robert E. 1995.Cooperative Learning.TheJhons Hopkins University United States of America.

Smith, Mark K (terjemahan : Abdul QaddirShaleh). 2009.

TeoripembelajarandanPengajaran. Mirza Media Pustaka. Jakarta.

Sudrajad. 2012. Strategi Pembelajaran Inkuiri.(artikel

)http://docs.gogle.com/viewera/=v&q=cache:EgleOts0383. sudrajad

diakses 21Pebruari 2012 pukul 11.20

Sukamto, Toeti dan Udin Saripudin. 1997. TeoriBelajardan Model-Model

Pembelajaran. Jakarta: PAU – PPAI Universitas Terbuka.

Suhardjono. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Sumati dan Asra. 2008. MetodePembelajaran. Bandung. CV Wacana Prima Surapranata, Sumarna. 2009. Analisis, Validitas,

ReliabilitasdanInterpretasiHasilTes, ImplementasiKurikulumk 2004.

Bandung. PT. RemajaRosdakarya

Sutikno,Sobri M. 2009. Belajar dan Pembelajaran, Upaya Kreatif Dalam

Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil. Bandung: Prospect.

Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Prenada Media Grup.


(6)

170

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorentasi Konstruktivistik,

Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasiny. Jakarta. Prestasi


Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR PENGANTAR AKUNTANSI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN IPS FKIP UNILA ANGKATAN 2007 NON-REGULER TAHUN AKADEMIK 2009/2010

0 4 18

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IVA SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 8 53

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn KELAS V C SDN 2 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 55

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn KELAS V C SDN 2 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 53

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI BIAYA MAHASISWA SEMESTER VI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FKIP UM METRO TAHUN AKADEMIK 2011/2012

0 6 91

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU SISWA KELAS IV B SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 79

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 2 METRO PUSAT

3 16 69

PENERAPAN MAPPING DALAM MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 10 77

PENGARUH KEMAMPUAN, MEDIA BELAJAR, DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENGANTAR MENEJEMEN MAHASISWA PROGRAM STUDY PENDIDIKAN EKONOMI FKIP UNILA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 12 87

IMPLEMENTASI METODE POINT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER II PROGRAM STUDI PGSD FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM SAMARINDA, TAHUN AKADEMIK 2017-2018

0 0 7