4 mengendalikan ungkapan-ungkapan emosi yang bersifat negatif dan
cenderung untuk mulai mengungkapkan emosi yang menyenangkan. Perkembangan sosial, siswa mampu menempatkan diri dalam kerja
kelompok, dan dalam perkembangan bicara siswa mulai mampu berkomunikasi dengan baik. Penerapan model experiential learning dalam
proses pembelajaran IPS di sekolah nantinya akan melibatkan perasaan siswa dalam perkembangan emosi, perbuatan dalam perkembangan sosial
atau tingkah
laku siswa,
serta pengamatan
dan berpikir
dalam perkembangan kognitif siswa. Model experiential learning ini diharapkan
mampu menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, dimana siswa mengalami apa yang mereka pelajari, sehingga mampu memberikan
pengalaman baru untuk siswa. Melalui model ini siswa tidak hanya belajar tentang konsep suatu materi saja, dikarenakan siswa dilibatkan secara
langsung dalam proses pembelajaran untuk dijadikan sebagai pengalaman dalam dirinya. Dengan mengalami materi belajar secara langsung,
diharapkan siswa dapat lebih membangun makna serta kesan dalam ingatannya.
Penelitian tentang “Pengaruh
penerapan model
experiential learning terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Seyegan
Pundong Bantul” dalam kawasan Teknologi Pendidikan termasuk dalam kawasan desain, khususnya pada strategi pembelajaran.
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran IPS kelas IV di SD Negeri Seyegan Pundong Bantul yang dilakukan masih konvensional, dengan kegiatan belajar yang
bersifat teacher centered dimana siswa hanya duduk diam menerima materi kemudian berlatih mengerjakan soal latihan dengan bimbingan
guru. 2. Suasana pembelajaran cenderung membosankan, kurang melibatkan
partisipasi siswa sehingga siswa kurang antusias dalam belajar. 3. Rendahnya hasil belajar yang diperoleh sebagian besar siswa kelas IV
SD Negeri Seyegan Pundong Bantul pada mata pelajaran IPS jika dibandingkan dengan beberapa mata pelajaran yang lain seperti Bahasa
Indonesia, matematika, IPA, dan kesenian. 4. Terbatasnya
sumber belajar
yang digunakan
dalam proses
pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah pada nomor 1 dan 3, peneliti memberikan pembatasan masalah agar penelitian lebih
terarah dan dapat dikaji lebih dalam lagi. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi pada pengaruh penerapan model experiential learning terhadap
hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Seyegan Pundong Bantul.
6
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah peneliti kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu: “Adakah pengaruh
penerapan model experiential learning terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri Seyegan Pundong Bantul?”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model experiential learning terhadap hasil belajar pada mata
pelajaran IPS siswa kelas IV SDN Seyegan Pundong Bantul.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat teoretis
a. Menambah informasi
mengenai pengaruh
penerapan model
pembelajaran experiential learning pada mata pelajaran IPS di SD. 2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
sehingga siswa dapat mengembangkan seluruh kemampuan serta potensinya secara optimal.
b. Bagi Guru Sebagai masukan dalam memilih model pembelajaran
experiential learning yang tepat untuk mengajar IPS sehingga kualitas belajar siswa akan lebih meningkat.
7 c. Bagi Peneliti
Mengaplikasikan teori
mengenai model-model
pembelajaran yang diperoleh selama ini, serta mengembangkan wawasan tentang penerapan model pembelajaran yang sesuai dan
menambah pengalaman bagi peneliti tentunya.
G. Definisi Operasional 1. Model Experiential Learning
Model pembelajaran
experiential learning
merupakan pembelajaran yang berpijak pada pengalaman langsung siswa yang
dapat diberikan melalui pengalaman nyata seperti merasakan, meraba, mengoperasikan, melakukan sendiri, demikian juga pengalaman itu
bisa dilakukan dalam bentuk kerjasama dan interaksi dalam kelompok. Model experiential learning ini diterapkan dalam mata
pelajaran IPS pada materi tentang mengenal perkembangan teknologi produksi,
komunikasi, dan
transportasi serta
pengalaman menggunakannya.
Pada tahap pengalaman konkret dalam penelitian ini guru meminta siswa untuk mengungkapkan pendapatnya terkait materi
pertama yang akan dipelajari, berdasarkan yang mereka ketahui yaitu tentang perkembangan teknologi produksi, materi kedua tentang
perkembangan teknologi komunikasi, serta materi ketiga yaitu tentang perkembangan teknologi transportasi. Guru memberikan kesempatan
8 kepada siswa untuk mengungkapkan pengalamannya terkait materi
pertama, kedua, dan ketiga. Pada tahap pengamatan aktif dan reflektif dalam penelitian ini
guru mengkondisikan siswa menjadi beberapa kelompok, pada materi pertama membuat hasil produksi yang sederhana yaitu menghias
gambar burung dengan menggunakan kertas warna-warni untuk hiasan dinding. Guru mengenalkan bahan-bahan yang akan digunakan
seperti gunting, lem, kertas warna-warni, kemudian siswa mencermati. Pada materi kedua guru mengkondisikan siswa kemudian guru
membawakan laptop untuk memberikan siswa pengalaman dengan memberikan contoh menggunakan internet. Pada materi ketiga guru
mengkondisikan siswa untuk menuliskan pengalamannya mengenai transportasi yang pernah mereka gunakan.
Pada tahap konseptualiasasi dalam penelitian ini pada materi pertama
guru mengondisikan
kelompok-kelompok yang
sudah dibentuk untuk membagi tugas ada yang menggunting, mengelem, dan
menempel. Pada materi kedua siswa mengenal perkembangan teknologi komunikasi salah satunya dengan menggunakan internet.
Pada materi ketiga siswa menceritakan pengalamannya mengenai transportasi yang pernah digunakan di depan kelas.
Pada tahap terakhir yaitu eksperimentasi aktif dalam penelitian ini guru memberikan penjelasan yang lebih mendalam agar lebih