Tujuan Model Experiential Learning

24 konsep-konsep abstrak yang akan menjadi petunjuk bagi terciptanya pengalaman atau perilaku-perilaku baru. Experiential Learning merupakan model pembelajaran yang sangat memerhatikan perbedaan atau keunikan yang dimiliki oleh siswa. Seorang siswa mungkin memiliki pengalaman yang berbeda dengan siswa lain. Masing-masing siswa juga mungkin memiliki gaya belajar yang unik dan berbeda dengan yang lain. keempat tahapan dalam experiential learning bertujuan untuk mengakomodasi perbedaan dan keunikan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Dalam experiential learning theory, agar proses belajar mengajar efektif, seorang siswa harus memiliki 4 kemampuan Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2008:167. Kemampuan siswa dalam proses belajar dalam experiential learning theory akan disajikan dalam tabel berikut: Tabel 1. Kemampuan siswa dalam proses belajar dalam experiential learning theory Kemampuan Uraian Pengutamaan Concrete Experience CE Siswa melibatkan diri sepenuhnya dalam pengalaman baru Feeling perasaan Reflection ObservationRO Siswa mengobservasidan merefleksi atau memikirkan pengalamannya dari berbagai segi Watching mengamati Abstract Conceptualization AC Siswa menciptakan konsep-konsep yang mengintegrasikan observasinya menjadi teori yang sehat Thinking berpikir Active Experimentation AE Siswa menggunakan teori untuk memecahkan masalah-masalah dan mengambil keputusan Doing berbuat 25 Seperti pandangan Kolb dalam belajar, yang membagi tahap-tahap belajar menjadi 4, yaitu: a tahap pengalaman konkret, b tahap pengalaman aktif dan reflektif, c tahap konseptualisasi, dan d tahap eksperimentasi aktif Asri Budiningsih, 2005: 70. a. Tahap pengalaman konkret Pada tahap paling awal dalam peristiwa belajar adalah seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya. Ia dapat melihat dan merasakannya, dapat menceritakan peristiwa tersebut sesuai dengan apa yang dialaminya. Namun dia belum memiliki kesadaran tentang hakikat dari peristiwa tersebut, belum dapat memahami dan menjelaskan bagaimana peristiwa itu terjadi. Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap paling awal dalam proses belajar. b. Tahap pengamatan aktif dan reflektif Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah bahwa seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Ia mulai berupaya melakukan refleksi terhadap peristiwa yang dialaminya, dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itu bisa terjadi, dan mengapa hal itu mesti terjadi. Pemahamannya terhadap peristiwa yang dialaminya semakin berkembang.