PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD N SABRANGLOR TRUCUK KLATEN.

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV

SDN 2 SABRANGLOR TRUCUK KLATEN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Riesa Dewi Setianingrum NIM 12108244022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR


(2)

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD N 2 Sabranglor Trucuk Klaten” ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, Mei 2016 Menyetujui,

Dosen Pembimbing


(3)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini. Saya Nama : Riesa Dewi Setianingrum NIM : 12108244022

Program Studi : Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas : Ilmu Pendidikan

Menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang di tulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli, Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, Mei 2016 Yang menyatakan,

Riesa Dewi Setianingrum NIM. 12108244022


(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD N 2 SABRANGLOR TRUCUK KLATEN” yang disusun oleh Riesa Dewi Setianingrum, NIM 12108244022 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 2 Juni 2016 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Hidayati, M.Hum. Ketua Penguji ... ... Agung Hastomo, M.Pd. Sekertaris ... ... Suyantiningsih, M.Ed. Penguji Utama ... ...

Yogyakarta, ... Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M.Pd.


(5)

MOTTO

“ Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat ; orang yang menuntut

ilmu berarti menjalankan rukun Islam dan Pahala; yang

diberikan kepada sama dengan para Nabi”


(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

1. Allah SWT yang telah memberikan semua kekuatan dan kesabaran dalam penyusunan skripsi ini

2. Kedua orang tua penulis yang selalu mendoakan ku, memberikan semangat dan dukungan dalam penulisan skripsi ini

3. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta yang senantiasa memberikan inspirasi untuk berkarya


(7)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD N

SABRANGLOR TRUCUK KLATEN

Oleh

Riesa Dewi Setianingrum NIM 12108244022

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD N Sabranglor Trucuk Klaten.

Metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian Quasi Experimental. Penelitian ini menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang diberi perlakuan menggunakan model jigsaw dan kelompok kontrol yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Variabel penelitian ini menggunakan variabel bebas yaitu penerapan model pembelajaran jigsaw sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar IPS. Penelitian ini adalah populatif dengan jumlah populasi sebanyak 21 pada SD N 2 Sabranglor dan 20 siswa pada SD N 1 Sabranglor. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa tes dan observasi. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD N 2 Sabranglor Trucuk Klaten. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil selisih mean pretest-posttest kelompok eksperimen dengan mean pretest-posttest kelompok kontrol. Hasil perhitungan selisih mean pretest-posttest kelompok eksperimen sebesar 20,95 sedangkan selisih mean pretest-posttest kelompok kontrol sebesar 16,60. Berdasarkan beberapa hasil perhitungan nilai rata-rata dari hasil pretest dan posttest di atas, dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok kontrol.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa

memebrikan rahmat dan hidayahNYA sehingga skripsi yang berjudul “ Pengaruh

Model Pembelajaran Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD

N Sabranglor Trucuk Klaten” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini

diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa ridho yang di berikah oleh ALLAH SWT serta bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk belajar

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah berkenan memberikan kebijakan penelitian

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta yang telah berkenaan memberikan ijin penelitian.

4. Ibu Hidayati, M.Hum selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Siswa kelas IV SD N 1 Sabranglor dan SD N 2 Sabranglor yang telah bersedia sebagai subjek dalam pelaksanaan penelitian.


(9)

6. Orangtua dan keluarga tercinta, yang tidak pernah lelah memberikan kasih sayang dan dukungan ketika penulis mengalami titik jenuh.

7. Andika Dwi Wijaya, S.Kom, yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Yogyakarta,


(10)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

1. Manfaat Teoritis... 9

2. Manfaat Praktis... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA


(11)

1. Belajar ... 10

2. Hasil Belajar ... 13

B. Kajian Tentang IPS ... 17

1. Pengertian IPS ... 17

2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar ... 19

3. Ruang Lingkup IPS ... 21

C. Kajian Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw ... 24

1. Model Pembelajaran Kooperatif ... 24

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif... 24

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 26

c. Tipe Pembelajaran Kooperatif ... 27

d. Prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 29

2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw ... 31

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 31

b. Tahapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw ... 32

c. Kelebihan Model Kooperatif Tipe Jigsaw ... 33

D. Kajian Tentang Karakteristik Siswa SD Kelas IV ... 33

E. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran IPS ... 38

F. Kerangka Berpikir ... 39

G. Hipotesis Tindakan ... 40

H. Definisi Operasional ... 40

1. Hasil Belajar ... 40

2. IPS ( Ilmu Pengetahuan Sosial ) ... 41


(12)

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

C. Variabel Penelitian ... 43

D. Desain Penelitian ... 44

E. Populasi Penelitian ... 45

F. Prosedur Penelitian ... 45

G. Teknik Pengumpulan Data ... 46

1. Tes ... 47

2. Dokumentasi ... 47

3. Observasi ... 47

H. Instrumen Penelitian ... 48

1. Instrumen Tes ... 48

2. Lembar Observasi ... 49

I. Validitas dan Reliabilitas Penelitian ... 50

1. Uji Validitas Instrumen Tes Pilihan Ganda ... 51

2. Uji Reliabilitas Instrumen Tes ... 51

3. Teknik Analisis Data ... 54

J. Pengujian Hipotesis ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Subyek Penelitian ... 58

1. Lokasi Penelitian ... 58

2. Subyek Penelitian ... 58

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 59

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 62

2. Deskripsi Data Penelitian ... 62

a. Deskripsi Data Hasil Belajar IPS Pretest Kelompok Eksperimen... 62


(13)

c. Deskripsi Data Posttest Hasil Belajar IPS Kelompok

Eksperimen ... 66

d. Deskripsi Data Posttest Hasil Belajar IPS Kelompok Kontrol... 67

e. Perbandingan Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 69

3. Deskripsi Hasil Observasi ... 72

C. Uji Prasyarat Analisis ... 74

D. Pengujian Hipotesis ... 75

1. Uji t Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.. 75

2. Uji t Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 76

E. Pembahasan ... 78

F. Keterbatasan Penelitian ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 83


(14)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Nilai KKM Kelas IV SD Kelurahan Sabranglor ... 3

Tabel 2. Nilai Rata-rata Ulangan Semester Gasal Kelas IV SD N Kelurahan Sabranglor ... 4

Tabel 3. Kompetensi Dasar IPS Kelas IV Semester II ... 22

Tabel 4. Indikator dalam Kompetensi Dasar 2.3 ... 22

Tabel 5. Format Control Group Pre-Test Post-Test Design ... 44

Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen ... 50

Tabel 7. Tabel hasil uji validitas di MIM Babat... 53

Tabel 8. Presentase Validitas Butir Soal ... 54

Tabel 9. Kategori Reliabilitas Butir Soal ... 55

Tabel 10.Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 55

Tabel 11. Jadwal Perlakuan Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 69

Tabel 12. Distribusi frekuensi skor pretest kelompok eksperimen ... 63

Tabel 13. Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen ... 64

Tabel 14. Distribusi frekuensi skor pretest kelompok kontrol ... 64

Tabel 15. Deskripsi Data Pretest Kelompok Kontrol ... 65

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Skor Posttest Kelompok Eksperimen... 66

Tabel 17. Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen ... 67

Tabel 18. Distribusi frekuensi skor postest kelompok kontrol ... 68

Tabel 19. Deskripsi Data Posttest Kelompok Kontrol ... 69

Tabel 20. Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 69

Tabel 21. Data Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 70

Tabel 22. Rangkuman Mean Pretest-Posttest Hasil Belajar IPS... 72

Tabel 23. Hasil Observasi Terhadap Pelaksanaan Diskusi dengan Metode Jigsaw Pertemuan I-III ... 73

Tabel 24. Hasil Perhitungan Uji t Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 76

Tabel 25. Rangkuman Hasil Uji t Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 77


(15)

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Ilustrasi Pelaksanaan Jigsaw ... 32 Gambar 2. Prosedur Penelitian ... 46 Gambar 3. Grafik Histogram Data Pretest Kelompok Eksperimen.... 63 Gambar 4. Grafik Histogram Data Pretest Kelompok Kontrol ... 65 Gambar 5. Grafik Histogram Data Posttest Kelompok Eksperimen.. 66 Gambar 6. Grafik Histogram Data Posttest Kelompok Kontrol... 68 Gambar 7. Grafik Histogram Nilai Pretest-Posttest Hasil Belajar

IPS ... 71 Gambar 8. Grafik Histogram Selisih Mean Pretest-Posttest ... 72


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. RPP Kelompok Eksperimen Pertemuan ke-1... 83

Lampiran 2. RPP Kelompok Eksperimen Pertemuan ke-2... 94

Lampiran 3. RPP Kelompok Eksperimen Pertemuan ke-3... 100

Lampiran 4. RPP Kelompok Kontrol Pertemuan ke-1... 106

Lampiran 5. RPP Kelompok Kontrol Pertemuan ke-2... 110

Lampiran 6. RPP Kelompok Kontrol Pertemuan ke-3... 114

Lampiran 7. Instrumen Soal Sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas ... 118

Lampiran 8. Kunci Jawaban Soal ... 124

Lampiran 9. Instrumen Soal Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas ... 125

Lampiran 10. Kunci Jawaban Soal ... 130

Lampiran 11. Lembar Observasi Siswa pertemuan ke-1 ... 131

Lampiran 12. Lembar Observasi Siswa pertemuan ke-2 ... 133

Lampiran 13. Lembar Observasi Siswa pertemuan ke-3 ... 135

Lampiran 14. Dokumentasi ... 137

Lampiran 15. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 140

Lampiran 16. Hasil Uji Diskriptif ... 141

Lampiran 17. Validator Instrumen ... 142

Lampiran 18. Surat Ijin Penelitian Fakultas ... 143

Lampiran 19. Surat Ijin Penelitian Bapedda ... 144

Lampiran 20. Surat Keterangan Penelitian SD N 1 Sabranglor.. 145


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor kehidupan yang sangat penting bagi terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak mengalami masalah terutama dalam mutu pendidikan. Dengan demikian cukup beralasan apabila pendidikan harus mendapatkan perhatian yang cukup serius, lebih-lebih bagi kalangan pendidik maupun calon pendidik.

Menurut Karim dan Joko Susilo ( 2007:10 ) mengemukakan bahwa upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dengan cara perbaikan proses pembelajaran. Para guru harus memiliki kemampuan mendesain program pembelajaran, memiliki keterampilan memilih, dan menggunakan berbagai model dan metode mengajar untuk diterapkan dalam pembelajaran yang efektif. Model dapat diterapkan untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat berlangsung secara optimal antara guru dan siswa. Interaksi guru dan siswa yang muncul berimbas pada peningkatan penguasaan konsep materi IPS yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari


(18)

Arends ( 1977:7), mengemukakan bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalam tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce dan Weil ( 1992:4) bahwa setiap model mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk peserta didik dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian hingga tujuan pembelajaran tercapai. Pemilihan model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai keterampilan mengajar, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam dan lingkungan belajar .

Salah satu pembelajaran di sekolah adalah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ). Pembelajaran IPS mulai diajarkan dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Menurut Etin Solihatin dan Raharjo (2009:15), tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa, untuk mengembangkan diri sesuai bakat dan minat, kemampuan dan lingkungannya.

Berdasarkan hasil observasi di kelas IV SD N 2 Sabranglor pada tanggal 18 Februari 2016 dengan Ibu Sumiyati dan kelas IV SD


(19)

N 1 Sabranglor pada tanggal 22 Februari 2016 dengan Ibu Dessy bahwa pada kedua sekolah tersebut mempunyai permasalahan yang sama yaitu siswa pada masing-masing sekolah siswa kurang aktif dan kurang antusias pada saat pelajaran berlangsung, pemahaman siswa terhadap materi masih sangat rendah dikarenakan pada saat proses pembelajaran guru masih menjelaskan secara lisan materi ajar di depan kelas dengan hanya mengacu pada buku paket saja, dan guru kurang memaksimalkan dalam penggunaan media yang sudah tersedia untuk menunjang proses belajar mengajar. Hal ini didukung oleh hasil data nilai kelas IV SD Negeri Kelurahan Sabranglor

Tabel 1. Nilai KKM Kelas IV SD Kelurahan Sabranglor

No Mata Pelajaran Nilai KKM

SD N 1 Sabranglor SD N 2 Sabranglor

Bahasa Indonesia 68 68

Matematika 65 68

IPA 65 68

IPS 68 68

Tabel 2. Nilai Rata-rata Ulangan Semester Gasal kelas IV SD Negeri Kelurahan Sabranglor

No Mata Pelajaran SDN 1 Sabranglor SDN 2 Sabranglor

1 Bahasa Indonesia 71,50 74,08

2 Matematika 74,08 70,76

3 IPA 69,76 69,12

4 IPS 67,50 66,76


(20)

terendah dibandingkan mata pelajaran lain. Jumlah siswa dari SD N 1 Sabranglor yaitu 20 siswa sedangkan SD N 2 Sabranglor yaitu 21 siswa. Nilai dari sebagian jumlah siswa belum mencapai KKM yang sudah ditentukan yaitu 68. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu diupayakan perbaikan dalam proses dan metode pada pembelajaran IPS. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengubah model pembelajaran yang bersifat fleksibel (tidak kaku dan tidak monoton), sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang kooperatif dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS maupun pelajaran yang lainnya. Salah satu model pembelajaran yang dapat peneliti harapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Menurut Budiningarti H (1998: 5) mengatakan bahwa Jigsaw merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Model pembelajaran Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen, beranggotakan 4-6 siswa, setiap siswa bertanggungjawab atas penugasan materi belajar dan harus mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota tim lainnya Arends, R.I ( Hermin Budiningarti, 1998: 29).


(21)

kelompok, sehingga model pembelajaran kooperati ftipe Jigsaw ini mampu mengatasi masalah rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SD Sabranglor, Trucuk, Klaten karena model pembelajaran ini menekankan keaktifan, partisipasi, dan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini sangat relevan dengan karakteristik anak SD kelas IV yang berada pada periode operasional konkrit, dimana salah satu ciri yang dimiliki siswa SD tersebut adalah selalu ingin beradaptasi, berpikir kualitas, dan sudah biasa melihat suatu permasalahan dari sudut pandang yang berbeda (Nandang Budiman, 2006:44).

Menurut Mulyani Sumatri dan Johar Permana ( 1998:12) mengemukakan bahwa masa usia sekolah dasar ( sekitar 6;0 – 12;0) ini merupakan tahapan perkembangan penting dan bahkan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Karena itu, guru tidaklah mungkin mengabaikan kehadiran dan kepentingan mereka. Ia akan selalu dituntut untuk memahami betul karakteristik anak, arti belajar dan tujuan kegiatan belajar bagi mereka di sekolah dasar. Adapun beberapa karakteristik anak usia sekolah dasar secara umum yang dikemukakan oleh Bassett, Jacka dan Logan ( 1983 ) sebagai berikut :

1. Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri.


(22)

3. Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan.

Karakteristik anak sekolah dasar tersebut sesuai dengan metode pembelajaran Jigsaw yang pada intinya belajar dan bermain. Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menurut Lie,1999 (Rusman,2011) antara lain: dalam kegiatan pembelajaran tidak mengenal adanya persaingan antar siswa atau kelompok sebagaimana yang terjadi selama ini pada model pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah dan tanya jawab, siswa dapat bekerja sama untuk menyelesaikan masalah dalam mengatasi cara pikiran yang berbeda, siswa dalam kelompok bertanggungjawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan padanya lalu mengajarkan bagian tersebut pada anggota yang lain, dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya mengharapkan bantuan dari guru tetapi siswa termotivasi sendiri untuk belajar cepat dan akurat seluruh materi.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan dapat memberikan perubahan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas IV. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw membawa konsep pemahaman inovatif dan menekankan keaktifan siswa.


(23)

Maka peneliti tertarik untuk melihat seberapa pengaruh antara metode kooperatif tipe Jigsaw dengan metode ceramah, maka perlu dilakukan penelitian.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran masih monoton sehingga guru terkesan menyodorkan pengetahuan dan informasi kepada siswa.

2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS masih rendah dibandingkan mata pelajaran lain.

3. Guru kurang memaksimalkan media yang sudah tersedia untuk menunjang proses pembelajaran.

4. Siswa kurang aktif dan pemahaman siswa terhadap materi masih rendah dikarenakan pada saat proses pembelajaran guru masih menjelaskan secara lisan.

5. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw belum pernah diterapkan di kelas IV SD N Sabranglor

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini akan dibatasi pada pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri di Kelurahan Sabranglor, Trucuk, Klaten.


(24)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang sudah dikemukakan oleh peneliti, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “ Adakah pengaruh

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil

belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Sabranglor, Trucuk, Klaten ? “

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Sabranglor, Trucuk, Klaten.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian harus menghasilkan manfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca. Berikut ini dikemukakan manfaat dari hasil penelitian meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis bagi penulis, guru dan siswa.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan.


(25)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1) Hasil penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran IPS. 2) Dapat melatih siswa untuk belajar bersosialisasi dengan

cara memahami berbagai perbedaan dalam kelompok. 3) Dapat melatih siswa untuk bekerja sama, mengungkap

pendapat dan interaksi siswa antar siswa dalam proses pembelajaran.

b. Bagi Guru

1) Dapat memberikan pengetahuan dan wawasan kepada guru tentang model pembelajaran Jigsaw.

2) Diharapkan guru dapat menerapkan model pembelajaran Jigsaw dalam salah satu cara untuk mengatasi permasalahan dalam belajar IPS.

3) Perbaikan proses pembelajaran IPS dan peningkatan hasil belajar siswa.

4) Memerikan gambaran kepada guru bahwa model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.


(26)

c. Bagi Sekolah

1) Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam usaha memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di sekolah.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Hasil Belajar 1. Belajar

Winkel dalam Yatim Riyanto (2009 : 5) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, sikap. Sementara itu, Cronbach dalam Yatim Riyanto (2009 : 5) menyatakan bahwa belajar itu merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Gagne dalam Yatim Riyanto (2009:5) mengemukakan bahwa belajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat dipertahankan selama proses pertumbuhan.

Oemar Malik ( 2003 : 27 ) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.

Slameto ( 2003:2) mengemukakan pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan


(28)

hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut :

“ Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.”

Menurut Skinner dalam Syaiful Sagala (2010 :14) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar, maka responsnya menurun. Jadi belajar ialah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons. Menurut Gagne dalam Syaiful Sagala (2010:17) mengungkapkan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya ( perfomance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi.

Slameto dalam Yatim Riyanto ( 2012 : 63 ) mengemukakan prinsip-prinsip belajar yaitu :

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

2. Belajar harus dapat menimbulkan “ reinforcement “ dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.


(29)

3. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

4. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

Dari prinsip-prinsip tersebut memberikan penjelasan dalam memaknai belajar dan dapat mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan dalam mendukung proses pembelajaran, sehingga pengertian dan pemahaman mengenai makna belajar menjadi lebih jelas dan terarah.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam belajar ada suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang berupa pengetahuan, pemahaman, maupun sikap yang diperoleh melalui proses belajar. Perubahan tingkah laku yang diperoleh merupakan hasil interaksi dengan lingkungan. Interaksi tersebut salah satunya adalah proses pembelajaran yang diperoleh di sekolah. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dengan belajar seseorang dapat memperoleh suatu yang baru baik itu pengetahuan, keterampilan maupun sikap.

2. Hasil Belajar

Eko Putro Widoyoko ( 2010 : 29 ) mengemukakan bahwa penilaian (asessment) hasil belajar merupakan komponen penting dalam kegiatan pembelajaran. Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas sistem penilaiannya.

Menurut Nana Sudjaja ( 2009 : 22 ) pengertian hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima


(30)

Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

Purwanto ( 2011 : 54 ) mengemukakan bahwa perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan diubah perilakunya yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah adanya perubahan kognitif atau pengetahuan terhadap sesuatu yang telah dipelajari dalam proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Menurut Hamid Hasan dan Asmawi Zainul ( 1991 : 23 ) mengemukakan bahwa hasil belajar dinyatakan dalam klasifikasi yang dikembangkan oleh Bloom dan kawan-kawannya.

Taksonomi Bloom membagi hasil belajar atas tiga ranh yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Berikut penjelasan dari ketiga ranah tersebut :

a. Ranah Kognitif.

Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir. Dalam Taksonomi Bloom dikenal ada 6 jenjang ranah kognitif. Jenjang satu lebih tinggi dari yang lain, dan jenjang yang lebih tinggi akan dapat dicapai apabila rendah sudah dapat dikuasai.


(31)

Oleh karena itu hubungan antara setiap jenjang bersifat hierarkis.

Berdasarkan urutan dari yang terendah ke yang tertinggi, keenam jenjang tersebut adalah:

1) Pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan manusia dalam mengingat semua jenis informasi yang diterimanya. Jenis informasi yang disimpan dan diterima tidak terbatas. Informasi tersebut dapat saja berupa data, istilah, definisi, fakta, teori, pendapat, prosedur kerja, tata tertib dan sebagainya.

2) Pemahaman (comprehension) yaitu kemampuan seseorang untuk mengubah bentuk komunikasi, mencari kata, kalimat atau contoh lain yang sesuai, ataupun menarik kesimpulan mengenai arti pokok suatu informasi.

3) Aplikasi (application) yaitu kemampuan menggunakan sesuatu dalam situasi tertentu yang bukan merupakan pengulangan.

4) Analisis (analysis) yaitu kemampuan untuk melakukan pengolahan informasi lebih lanjut.

5) Sintesis (synthesis) yaitu kemampuan akan terjadi apabila memperoleh informasi yang berbeda-beda. Dari


(32)

informasi yang berbeda-beda tersebut kita harus menghasilkan sesuatu yang bersifat orisinal.

6) Evaluasi (evaluation) yaitu kemampuan tertinggi dalam ranah kognitif Bloom, untuk sampai pada kemampuan evaluasi semua kemampuan yang ada dibawahnya harus dikuasai. Artinya, orang tidak mungkkin melakukan evaluasi apabila tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang apa yang akan di evaluasi.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berhubungan dengan minat, perhatian, sikap, emosi, penghargaan, proses, internalisasi, dan pembentukan karakteristik diri. Krathwohl, Bloom dan Masia ( 1964 ) membagi ranah afektif dalam 5 jenjang. Kelima jenjang tersebut adalah :

1) Penerimaan (receiving) 2) Penanggapan (respondin ) 3) Penghargaan (vauling)

4) Pengorganisasian (organization) 5) Penjatidirian (characterization) c. Ranah Psikomotor.

Ranah psikomotor berhubungan dengan kemampuan gerak atau manipulasi yang bukan disebabkan oleh kematangan biologis. Kemampuan gerak atau manipulasi tersebut


(33)

dikendalikan oleh kematangan psikologis. Jadi kemampuan tersebut adalah kemampuan yang dapat dipelajari.

Dari ketiga ranah Taksonomi Bloom tersebut, peneliti akan meneliti tentang ranah kognitif dari jenjang C1 – C3 yaitu tentang pengetahuan, pemahaman,dan penerapan.

B. Kajian Tentang IPS 1. Pengertian IPS

Sapriya (2009:19) menyatakan bahwa istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial”, disingkat IPS merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di peguruan tinggi yang

identik dengan istilah “social studies”. Istilah IPS di sekolah dasar merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berfikir peserta didik yang bersifat holistik.

Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya.


(34)

permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya (Korasih, 1994). Martoella mengatakan bahwa pembelajaran Pendidikan IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan keterampilan berdasarkan konsep yang telah dimilikinya (Trianto, 2010:172-173)

Pendidikan IPS ini juga berfungsi mengembangkan keterampilan, terutama keterampilan sosial dan keterampilan intelektual. Keterampilan sosial, yaitu keterampilan melakukan sesuatu yang behubungan dengan kepentingan hidup masyarakat, seperti bekerja sama, bergotong royong, menolong orang lain yang memerlukan, dan melakukan tindakan secara cepat dalam memecahkan persoalan di masyarakat. Sedangkan keterampilan intelektual, yaitu keterampilan berpikir, kecekatan dan kecepatan memanfaatkan pikiran, cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan sosial di masyarakat.

Etin Solihatin ( 2009:15) menyebutkan bahwa konsep dasar IPS adalah sebagai berikut :

a. Interaksi

Interaksi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, sehingga manusia harus mampu melakukan interaksi dengan pihak lain, begitu juga dengan siswa. Di dalam pembelajaran IPS siswa harus diusahakan dapat berinteraksi dengan teman lainnya. Interaksi dapat dilakukan secara verbal maupun non verbal.


(35)

b. Saling Ketergantungan

Setiap orang dapat dipastikan selalu memerlukan oranglain, meskipun hanya untuk berinteraksi sejenak. Untuk memenuhi kebutuhannya pun manusia tidak bisa lepas dari bantuan oranglain, artinya manusia tidak dapat hidup sendiri secara layak dan selalu bergantung pada orang lain, begitu pula denga siswa. Siswa dalam belajar, tentu tidak lepas dari bantuan orang lain, entah itu guru maupun teman satu kelasnya. Oleh karena itu, siswa harus menghargai siswa lainnya dalam proses pembelajaran.

c. Keragaman/ kesamaan/perbedaan

Jika diperhatikan, setiap siswa tentu memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Hal ini merupakan suatu keunikan yang ada pada diri siswa. Oleh karena itu, keunikan harus dihargai sebagai sesuatu yang datang secara kodrati dan alami. Semakin banyak jumlah siswa dalam satu kelas, maka akan semakin beragam perangainya dan akan semakin banyak muncul perbedaan itu sendiri. Oleh karena itu, degan diterapkannya model pembelajaran kooperatif siswa akan belajar untuk meghargai keanekaragaman da perbedaan antara siswa satu dengan yang lainnya.

2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar.


(36)

a. Fungsi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar (SD) adalah untuk mengembangkan pengetahuan nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. b. Tujuan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar (SD)

adalah :

1) Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis

2) Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan keatif, inkuiri, memecahkan masalah dan ketrampilan sosial

3) Membangun komitmen dan kesadaran nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

4) Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global Sedangkan, Nursid Sumaatmadja ( Hidayati, 2002 : 24-25) mengatakan bahwa tujuan pengajaran IPS di Sekolah Dasar adalah: a) Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna

dalam kehidupan di masyarakat

b) Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, mengenalisa, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat


(37)

c) Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian

d) Membekali anak didik dengan kesadaran sikap mental yang positif dan ketrampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupannya yang tidak terpisahkan

e) Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu dan teknologi.

Etin Solihatin dan Raharjo ( 2009 : 15 ) mengungkapkan bahwa pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasakan pengertian dan tujuan IPS, tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan ketrampilan guru dalam menggunakan berbagai model, metode, dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan.

3. Ruang Lingkup IPS


(38)

a. Sistem sosial dan budaya

b. Manusia, tempat, dan lingkungan c. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan d. Waktu, keberlanjutan dan perubahan

Di dalam penelitian ini, kompetensi dasar yang terdapat pada ruang lingkup pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu mencakup tentang (d) waktu, keberlanjutan dan perubahan. Adapun kompetensi dasar kelas IV semester II sebagai berikut;

Tabel 3. Kompetensi Dasar IPS kelas IV semester II

No Kompetensi Dasar

1. 2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya

2. 2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

3. 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya 4. 2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya

Di dalam penelitian ini, kompetensi dasar kelas IV yang akan dipilih untuk dijadikan penelitian adalah KD 2.3 mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman bagaimana cara menggunakannya.

Tabel 4. Indikator dalam Kompetensi Dasar 2.3

No Kompetensi Dasar Indikator

1. 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta

1. Menjelaskan tentang pengertian teknologi produksi, komunikasi dan transportasi


(39)

menggunakannya 2. Menyebutkan

kelebihan/kelemahan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi

3. Menyebutkan contoh nama industri yang ada di daerah sekitar 4. Menyebutkan

macam-macam teknologi komunikasi sederhana dan modern

5. Menjelaskan cara menggunakan alat komunikasi sederhana dan modern

6. Menyebutkan macam-macam teknologi produksi secara sederhana dan modern serta menyebutkan jenis produksi makanan yang dapat diolah

7. Menyebutkan contoh nama lokasi tempat transportasi yang ada di daerah sekitar

8. Menyebutkan alat-alat transportasi secara sederhana dan modern 9. Menjelaskan cara

menggunakan alat transportasi sederhana dan modern.


(40)

Pada tabel di atas merupakan rincian Kompetensi Dasar dan Indikator yang akan dijadikan peneliti untuk melakukan penelitian di kelas IV SD N 1 Sabranglor dan SD N 2 Sabranglor.

C. Kajian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 1. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap/perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih, dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari tiap anggota kelompok itu sendiri ( Etin Solihatin, dan Raharjo, 2009:4). Menurut Tukiran,dkk (2011:55) pembelajaran Kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas tugas yang terstruktur.

Menurut Anita Lie model pembelajaran kooperatif merupakan suatu moel pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompokyang mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi,sedang dan rendah). Lebih lanjut lagi Anita Lie (2005:43) mengungkapkan bahwa kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang


(41)

yang berkemampuan akademik tinggi, guru mendapat satu asisten dalam satu kelompok.

Menurut Moh Uzer Usman (2002:103) pengajaran kelompok kecil, kemungkinan siswa belajar lebih aktif, memberi rasa tanggung jawab yang lebih besar, berkembangnya kreativitas dan sifat kepemimpinan pada siswa, serta dapat memenuhi kebutuhan siswa secara optimal. Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan menerapkan ketrampilan guru guna menghadapi masalah dalam kehidupan nyata.

Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap ataun perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri ( Tukiran dkk, 2011:56)

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan kerjasama dan saling membantu dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan siswa yang heterogen, setiap siswa mempunyai tanggung jawab untuk


(42)

menyelesaikan tugas-tugasnya secara individu maupun kelompok demi tercapainya tujuan pembelajaran.

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Abdul Majid (2014:175) mengungkapan beberapa tujuan pembelajaran kooperatif yaitu :

1) Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit;

2) Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang;

3) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.

Slavin mengungkapkan tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari kegiatan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan


(43)

pembelajaran kooperatif, yaitu 1) meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya, 2) Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa ( Tukiran, dkk 2011:60).

c. Tipe Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2005:11-16) terdapat beberapa tipe pembelajaran kooperatif yaitu:

1) Student Team Achievement Division ( Pembagian Pencapaian Tim Siswa )

STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Gagasan utama dalam STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saloing mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang diajarkan oleh guru dalam kelompoknya masing-masing.

2) Team Games Tournament (Turnamen Game Tim)


(44)

pertama dari John Hopkin. Model ini hampir sama degan STAD tapi menggantikan kuis dengan turamen mingguan, dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lan untuk menyumbangkan skor bagi tim atau kelompoknya. 3) Jigsaw (Teka-teki)

Jigsaw dikembangkan oleh Aronson. Pada awalnya siswa ditugaskan untuk mempelajari suatu materi. Setiap anggota dari kelompok ditugaskan untuk mempelajari suatu materi. Setiap anggota dari kelompok ditugaskan secara acak untuk menjadi ahli penugasan materi tertentu. Kemudia para ahli mendiskusikan materi yang sedang dibahas yang selanjutnya materi tersebut diajarkan kepada teman satu kelompoknya.

4) Cooperative Integrated Reading and Composition (Mengarang dan Membaca Terintegrasi yang Kooperatif)

Tipe ini merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis. Dalam kegiatannya, siswa mengikuti serangkaian pengajaran guru, praktik dalam kelompok, pra-penilaian tim dan kuis.

5) Tim Accelerated Instruction (Percepatan Pengajaran Tim) Model ini menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual. Karena dalam TAI, para siswa belajar pada tingkat kemampuan sendiri-sendiri. Selain itu, jika


(45)

siswa dapat mencapai kemajuan yang lebih cepat maka tidak perlu menunggu anggota kelas lainnya.

Dari jenis-jenis model pembelajaran kooperatif di atas, peneliti memilih model pembelajaran Jigsaw untuk dijadikan penelitian, karena sesuai latar belakang masalah bahwa siswa kurang aktif dan antusias dalam proses pembelajaran dan model pembelajaran Jigsaw mempunyai definisi yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil belajar yang maksimal (Isjoni, 2009:77) jadi model pembelajaran Jigsaw sangat cocok untuk solusi permasalahan tersebut.

d. Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif setidaknya terdapat lima prinsip yang dianut, yaitu prinsip belajarr siswa aktif, belajar kerjasama, pembelajaran partisipatorik, mengajar reaktif dan pembelajaran yang menyenangkan (Nur Asma, 2006:14) 1) Belajar siswa aktif

Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif berpusat pada siswa, aktivitas belajar lebih dominan dilakukan siswa dalam membangun dan menemukan pengetahuan dengan belajar bersama-sama secara


(46)

2) Belajar kerjasama

Proses pembelajaran dilalui dengan bekerjasama dalam kelompok untuk membangun pengetahuan yang sedang dipelajari prinsip pembelajaran inilah yang melandasi keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif.

3) Belajar partisipatorik

Pembelajaran partisipatorik juga didasari prinsip pembelajaran partisipatorik, sebab melalui model ini siswa belajar dengan melakukan sesuatu (learning by doing) secara bersama-sama untuk menemukan dan membangun pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran.

4) Reactive Teaching

Dalam kegiatan pembelajaran guru perlu menciptakan strategi yang tepat agar seluruh siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan siswanya akan manfaat dari pembelajaran tersebut.

5) Pembelajaran yang menyenangkan

Pembelajaran berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan tidak ada lagi suasana pembelajaran yang membuat siswa merasa tertekan.


(47)

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil belajar yang maksimal (Isjoni, 2009:77). Jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif yang di desain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan oranglain.

Pada model pembelajaran Jigsaw, keaktifan siswa sangat dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok yang terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus terampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap anggota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan pada kelompok asal ( Imas Kurniasih dan Berlin Sani, 2015:50-51).


(48)

b. Tahapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw

Ahmad Susanto (2014:245), menjelaskan beberapa tahapan/langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai beikut :

1. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang terdiri dai 5-6 orsng; ini ysng disebut dengan kelompok awal (asal) 2. Guru membagi tugas materi yang berbeda pada tiap siswa

dalam kelompok dan membentuk kelompok ahli

3. Siswa berdiskusi ke dalam kelompok ahli berdasarkan kesamaan materi yang diberikan kepada masing-masing siswa. 4. Siswa berdiskusi kembali dalam kelompok asalnya

masing-masing berdasarkan ketentuan guru

5. Guru melakukan penilaian untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar siswa mengenai seluruh pembahasan

6. Memberikan penghargaan kelompok dan siswa yang berprestasi

Gambar.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw

Pada model pembelajaran koopeatif tipe Jigsaw, kelompok asal Kelompok

Awal 1

Kelompok Awal 2

Kelompok Awal 3

Kelompok Awal 4

Kelompok Awal 5

Kelompok Ahli-1

Kelompok Ahli-2

Kelompok Ahli -3


(49)

kelompok siswa yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian menjelaskan kepada kelompok asalnya.

Dalam penelitian ini, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang digunakan oleh peneliti adalah model pembelajaran yang dikemukakan oleh Ahmad Susanto.

c. Kelebihan Model Kooperatif Tipe Jigsaw

Kelebihan pembelajaran kooperatif menurut Slavin pada model Jigsaw adalah sebagai berikut :

1) Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi secara positif diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda 2) Menerapkan bimbingan sesame teman/ bekerjasama

3) Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi 4) Memperbaiki kehadiran

5) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar 6) Sikap apatis berkurang, meningkatkan keaktifan siswa 7) Pemahaman materi lebih mendalam

8) Meningkatkan motivasi belajar

D. Kajian tentang Karakteristik Siswa SD Kelas IV

Salah satu kriteria guru yang baik adalah jika guru itu dapat mengenal dan memahami peserta didiknya. Dengan mengenal dan memahami peserta didik, guru dapat memberikan pendidikan dan


(50)

kita jumpai system pembelajaran maupun tindakan guru yang tidak sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan anak. Penggunaan strategi atau metode dan media yang selalu sama pada semua materi pelajaran, pembelajaran yang secara rutin didominasi oleh keaktifan guru, tuntutan kurikuler yang terlalu tinggi kepada peserta didik, merupakan beberapa contoh dari ketidaktepatan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Kondisi tersebut salah satunya bersumber dari kurang nya pemahaman guru terhadap hakekat, sifat, dan karakteristik peserta didik. Oleh karena itu pemahaman guru terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi yang harus di kuasai oleh seorang guru.

Siswa kelas IV SD termasuk siswa kelas tinggi. Hetty Tumurang ( 2006:98) menyatakan bahwa siswa kelas tinggi menunjukkan sifat antara lain:

1. Adanya perhatian kepada kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit

2. Amat realistik, ingin tahu, ingin belajar

3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus

4. Sampai kira-kira usia 11 tahun anak membutuhkan batuan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya, dan sesudahnya anak menanggapi tugas dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri


(51)

5. Nilai telah dipandang sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi di sekolah

6. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk dapat bermain-main bersama

Masa usia anak Sekolah Dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah dimana anak pada usia ini lebih mudah dididik daripada masa sebelumnya atau masa sesudahnya. Berdasarkan teori perkembangan kognisi dari Piaget (Lusi Nuryanti, 2009:38) anak-anak yang berada pada masa kanak-kanak lanjut perkembangan kognisinya berada pada tahap operasional konkret. Artinya, anak-anak mencapai struktur logika tertentu yang memungkinkan mereka membentuk beberapa operasi mental namun masih terbatas pada objek-objek konkret.

Menurut Piaget perkembangan kognitif anak dapat dibedakan antara beberapa tahap sejalan dengan usianya, yaitu tahap sensor motorik (0-2 th), tahap praoperasional (2-7 th), tahap operasional konkrit(7-11 th), dan tahap formal (>11th).

a. Tahap sensorik motorik (0-2 tahun)

Pada tahap ini, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamah, dan mendengar. Anak belum mempunyai bahasa simbol untuk mengungkapkan adanya suatu benda yang tidak berada di


(52)

b. Tahap praoperasional (2-7 tahun)

Dalam tahap ini, anak menunjukkan kemampuan meggunakan simbol-simbol yang menggambarkan objek yang ada di sekitarnya. Pemikiran anak cenderung egosentris atau memikirkan dirinya sendiri. c. Tahap operasional konkret (7-11 tahun)

Anak kelas IV Sekolah Dasar berada pada tahap ini, dimana anak mampu berpikir logis untuk memecahkan persoalan-persoalan yang sifatnya konkret yaitu dengan cara mengamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Dalam memahami konsep, anak sangat terikat kepada proses mengalami sendiri atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep itu. Oleh karena itu proses pembelajaran harus dibuat menyenangkan lewat kegiatan bermain yang kreatif, sehingga konsep yang didapat akan lebih bermakna.

d. Tahap formal (> 11 tahun)

Pada tahap ini anak sudah mulai maju dalam memahami konsep proporsi dengan baik. Anak mampu berpikir abstrak dan dapat menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian meyelesaikan masalah tersebut

Pada umumnya, anak mulai masuk Sekolah Dasar pada usia 6-7 tahun dan rentang waktu belajar di Sekolah Dasar selama 6 tahun, maka usia anak Sekolah Dasar berkisar antara 6-12 tahun. Ini berarti bahwa anak usia Sekolah Dasar masuk pada tahap akhir praoperasional


(53)

sampai awal operasional formal. Pada tahap tersebut umumnya anak memiliki sifat :

1) Memiliki rasa ingin tahu yang kuat

2) Senang bermain atau suasana yang menggembirakan

3) Mengatur dirinya sendiri, mengeksplorasi situasi sehingga suka mencoba-coba

4) Memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi

5) Akan belajar efektif bila ia merasa senang dengan situasi yang ada

6) Belajar dengan cara bekerja dan suka mengajarkan apa yang ia bisa

pada temannya sesuai dengan Asy’ari ( 2006 : 38).

Dengan demikian penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran ini sangat cocok diterapkan dengan karakteristik siswa kelas IV SD dimana tahap kognitif mereka sudah mencapai tahap operasional konkret. Tahap operasional konkret adalah tahap dimana anak sudah mampu berpikir secara abstrak untuk memecahkan persoalan-persoalan dan pada tahap ini anak sangat terikat pada proses mengalami sendiri kegiatan pembelajaran tersebut. Anak juga senang menggunakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermain kreatif. Salah satu pembelajaran yang dapat membuat pembelajaran menyenangkan dan kreatif adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw . Pada dasarnya pembelajaran kooperatif tipe


(54)

menggali keterampilan proses yang dimiliki oleh siswa kelas IV SD, mereka akan belajar untuk bekerjasama, aktif dan menghargai pendapat temannya. Melalui pembelajaran ini juga siswa akan mengembangkan rasa kepercayadirian mereka karena pembelajaran ini dituntut untuk berani mengemukakan pendapat mereka. Pembelajaran dengan tipe Jigsaw ini cocok diterapkan pada tahap perkembangan kognitif anak pada usia kelas IV SD.

E. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPS

Tahapan/langkah-langkah kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang di kemukakan oleh Ahmad Susanto sebagai berikut

1. Guru menjelaskan konsep pembelajaran

2. Guru membagi siswa ke dalam kelompok asal dan kelompok ahli 3. Siswa bergabung ke dalam kelompok ahli masing-masing untuk

membahas dan mengerjakan latihan sub pokok bahasan yang menjadi tugas. Dalam pembelajaran ini guu membagi siswa ke dalam 3 kelompok ahli.

4. Setelah selesai melakukan pembahasan kemudian masing-masing kelompok ahli ke kelompok asal dan secara bergantian mengajarkan kepada anggota kelompoknya sesuai dengan pokok bahasan yang diterimanya.


(55)

5. Guru memberikan tugas dan latihan soal untuk dibahas dalam kelompok asal.

6. Guru memberikan evaluasi 7. Guru menghitung skor. F. Kerangka Berpikir

Pembelajaran adalah suatu kegiatan agar proses belajar seseorang atau sekelompok orang yang berkaitan dengan suatu usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, didalam proses pembelajaran terdapat komponen penting, yakni guru, media belajar, metode belajar, kurikulum/ standar kompetensi dan lingkungan belajar, dimana ini akan mempengaruhi cara guru dalam menyampaikan pelajaran yakni dengan menggunakan metode yang cocok. Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan merupakan tugas guru untuk memecahkan faktor penghambat tercapainya hasil belajar sebagai faktor eksternal siswa. Model yang digunakan guru dalam menyampaikan pembelajaran akan berpengaruh terhadap minat dan motivasi siswa dalam belajar, apabila minat dan motivasi rendah maka hasil belajar akan rendah pula. Hal tersebut juga harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa Sekolah Dasar terutama kelas IV yang termasuk pada tahap operasional konkret, maka diperlukan sebuah model pembelajaran yang memudahkan siswa untuk memahami pembelajaran terutama pembelajaran IPS di sekolah.


(56)

Salah satu pembelajaran yang menyenangkan adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif salah satunya tipe Jigsaw. Selain itu, model pembelajaran tipe Jigsaw ini dapat mengajarkan pada siswa bagaimana belajar dengan temannya yang lain, bagaimana siswa saling memberikan pengetahuan yang dimilikinya terhadap temannya yang lain. Model pembelajaran tipe ini juga dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri. Demikian penggunaan model pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan dengan karakteristik siswa kelas IV SD sesuai dengan pendapat

Asy’ari yaitu bahwa siswa memiliki rasa ingin tahu yang kuat, memiliki

dorongan yang kuat untuk berprestasi dan belajar dengan cara bekerja dan suka mengajarkan apa yang ia bisa pada temannya. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa sehingga hasil belajar akan meningkat.

G. Hipotesis Tindakan

Dari teori-teori yang dikemukakan di atas, maka sebelum dilakukan pengambilan data, dalam penelitian dirumuskan terlebih dahulu hipotesis tindakan sebagai dugaan awal peneliti yaitu sebagai berikut :

Terdapat pengaruh pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar IPS kelas IV SD N 2 Sabranglor Trucuk Klaten.


(57)

H. Definisi Operasional 1. Hasil belajar

Hasil yang dicapai siswa khususnya dari segi kognitif C1, C2, dan C3 yang diuji melalui tes setelah siswa mengalami proses belajar dan dinyatakan dalam skor atau angka.

2. IPS ( Ilmu Pengetahuan Sosial)

Mata pelajaran di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial yang dimulai dari lingkungan terdekat hingga lingkungan terjauh siswa.

3. Jigsaw

Model pembelajaran yang di desain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan oranglain. Pada model ini, keaktifan siswa sangat dibutuhkan dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok yang terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang, sedangkan kelompok ahli adalah kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada kelompok asal.


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang paling murni kuantitatif. Hal ini dikarenakan semua prinsip dan kaidah-kaidah penelitian kuantitatif dapat diterapkan pada jenis penelitian ini

Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2011:107). Pendapat tersebut diperkuat oleh Suharsimi (2005:207) bahwa penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya sebab akibat, caranya adalah dengan membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang diperlakukan dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak menerima perlakuan.

Penelitian eksperimen dalam hal ini dilakukan terhadap dua kelompok siswa yang diambil secara acak dari populasi yang homogen. Dua kelompok tersebut diberi perlakuan yang berbeda dengan materi yang sama. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Jigsaw, sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran dengan model konvensional yakni dengan metode ceramah dan tanya jawab.


(59)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri yang terletak di Kelurahan Sabranglor, Trucuk, Klaten, Jawa Tengah. Tepatnya di SD N 1 Sabranglor dan SD N 2 Sabranglor. Adapun waktu keseluruhan pelaksanaannya adalah di dalam kelas IV semester II yaitu pada kelas eksperimen tanggal 7, 14, dan 21 April 2016 sedangkan kelas kontrol pada tanggal 8, 15, dan 22 April 2016.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai variabel bebas sedangkan hasil belajar IPS kelas IV sebagai variabel terikat. Penelitian ini sebagai variabel eksperimental atau variabel bebas yaitu variabel yang diselidiki pengaruhnya terhadap gejala, adalah penggunaan model Jigsaw.

Variabel terikat adalah variabel yang diramalkan akan timbul sebagai pengaruh dari variabel bebas yaitu hasil belajar IPS. Sebagai variabel non eksperimen dalam penelitian ini adalah kemampuan awal IPS siswa. Variabel ini dapat mempengaruhi kondisi maupun perlakuan yang dilaksanakan apabila kelompok-kelompok tersebut tidak dibedakan. Oleh karena itu faktor tersebut perlu diseimbangkan. Tujuannya adalah untuk mengetahui ada dan tidaknya perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.


(60)

D. Desain Penelitian

Desain penelitian atau rancang bangun penelitian dimaksudkan sebagai suatu rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh jawaban atau pertanyaan-pertanyaan penelitian (Kerlinger, 2003:483). Selanjutnya disebutkan juga bahwa desain penelitian mempunyai dua maksud atau kegunaan dasar yaitu menyediakan jawaban terhadap pertanyaan penelitian dan untuk mengontrol atau mengendalikan varian (Kerlinger, 2003:484)

Desain yang dipakai dalam penelitian ini adalah desaijn M-G (Matching Group) sebagaimana dinyatakan oleh Suharsimi Arikunta (1991:76) yaitu Control Group Pre-Test Post-Test Design. Apabila digambarkan dalam bentuk tabel desain penelitian sebagai berikut.

Tabel 5. Format Control Group Pre-Test Post-Test Design Kelompok Pre-Test Variabel Bebas Post-Test

(M) E O1 X1 O2

(M) K O1 X2 O2

Keterangan :

M : Matching

E : Kelompok Eksperimen O1 : Tes awal ( pre-test)


(61)

X1 : Perlakuan dengan menggunakan model Jigsaw

X2 : Perlakuan dengan menggunakan model konvensional

ceramah dan tanya jawab

E. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:117). Populasi penelitian menurut Sutrisno Hadi ( 1984:70) adalah seluruh individu yang dikenai sasaran generalisasi dari sampel-sampel yang diambil dalam suatu penelitian. Sedangkan menurut pendapat Zainal Arifin (2011:215) populasi atau universe adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD N 1 Sabranglor 20 siswa dan SD N 2 Sabranglor 21 siswa , karena kedua sekolah tersebut mempunyai latar belakang masalah yang sama yaitu nilai rata-rata hasil belajar IPS masih rendah dibandingkan mata pelajaran lain.

F. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah pada setiap prosedur penelitian dapat dilihat jelas pada gambar dibawah ini :


(62)

Gambar 2. Prosedur Penelitian

G. Teknik Pengumpulan Data

Ada tiga macam teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini, yaitu;

Tahapan Persiapan

1. Mengurus surat izin penelitian

2. Survei tempat uji coba instrumen dan penelitian 3. Membuat instrumen penelitian, RPP, LKS dll 4. Uji coba instrumen, analisis hasil uji coba instrumen

dan perbaikan instrumen

Tahap Pelaksanaan

Kelas eksperimen Kelas kontrol

pretest pretest

Pembelajaran menggunakan metode ceramah

Pembelajaran menggunakan

pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

posttest posttest

Tahap akhir

1. Analisis data 2. Hasil penelitian 3. Kesimpulan


(63)

1. Tes

Nana Sudjana (2005:35) mengungkapkan bahwa tes digunakan untuk mengukur hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan ajar sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Penelitian ini menggunakan instrumen tes sebagai alat untuk mengukur hasil belajar IPS. Bentuk tes yang digunakan adalah tes Pilihan ganda yang mencakup aspek pemahaman yang telah dijabarkan sebelumnya.

2. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2008:329).

Metode dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil foto siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung dan mengumpulkan hasil tes yang telah diberikan. Pada penelitian ini, dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil foto siswa dan RPP pada saat proses pembelajaran berlangsung.

3. Observasi

Observasi adalah pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2006:156) Metode observasi digunakan sebagai penunjang dalam melakukan suatu penilitian.Metode ini bertujuan untuk


(64)

mengamati secara langsung ke objek penelitian, guna memperoleh data tentang selama pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berlangsung. Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamatn dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.

b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamatn dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Observasi yang digunakan peneliti dalam metode pengumpulan data ini adalah observasi sistematis. Pedoman observasi berupa sebuah daftar kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Dalam proses observasi, observer (pengamat) tinggal memberikan tanda pada kolom tempat peristiwa muncul.

H. Instrumen Penelitian

Pengembangan instrumen ini menggunakan 2 macam instrumen, yakni instrumen tes dan lembar observasi.

1. Instrumen Tes

Suharsimi Arikunto (2006:223) mengungkapkan bahwa tes dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dan pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar. Dilihat dari bentuknya, tes dibagi menjadi dua macam, yaitu tes obyektif dan tes subyektif. Tes obyektif pada umunya berbentuk pilihan ganda sedangkan subyektif pada umumnya berbentuk uraian. Secara umum pertanyaan dalam tes ini menuntut siswa untuk menjawab dalam bentuk menjelaskan, menguraikan,


(65)

mendiskusikan, membandingkan, menghubungkan, pengertian, memberikan alasan atau bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dan dijawab menggunakan bahasa yang tidak sama persis dengan yang ada di buku. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tes obyektif untuk mengukur hasil belajar IPS, mengingat tes obyektif memiliki keunggulan yakni tingkat keakuratan dan kepastian jawaban yang tinggi.

Bentuk soal menggunakan tes pilihan ganda sebanyak 25 butir soal, di mana memiliki kriteria penilaian sebagai berikut:

a. Nilai 0 : jika siswa salah dalam menjawab soal tersebut. b. Nilai 1 : jika jawaban benar.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi ini bertujuan untuk mengamati kegiatan selama proses belajar mengajar, mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw. Lembar observasi ini memuat aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, yaitu interaksi antara siswa dengan siswa, dan siswa dengan bahan ajar. Pengisisan lembar observasi ini dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Observasi akan dilakukan oleh obsever. Lembar observasi terlampir.


(66)

Tabel 6. KISI-KISI INSTRUMEN

Standar Kompetensi : 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota

Kompetensi

Dasar Indikator

Proses Berfikir

Jumlah Butir Soal

Teknik Penilaian

C1 C2 C3 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakanny a

1. Menjelaskan tentang pengertian teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi

1*, 2, 10, 13*

4 Teknik Tes Pilihan Ganda

2. Menyebutkan kelebihan/ kelemahan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi

14* 19* 2 Teknik Tes Pilihan Ganda 3. Menyebutkan contoh nama industri yang

ada di daerah sekitar

11* 1 Teknik Tes Pilihan Ganda 4. Menyebutkan alat-alat yang digunakan

pada teknologi komunikasi sederhana dan modern 12*, 23* 3*, 4* 6* ,19*

6 Teknik Tes Pilihan Ganda 5. Menjelaskan cara menggunakan alat

komunikasi sederhana dan modern

16*, 25*, 26

9* 8,* 27*

6 Teknik Tes Pilihan Ganda 6. menyebutkan macam-macam teknologi

produksi secara sederhana dan modern dan menyebutkan jenis produksi makanan yang dapat diolah

17* 7* 5, 15*, 18*

5 Teknik Tes Pilihan Ganda

7. Menyebutkan contoh nama lokasi tempat transportasi yang ada di daerah sekitar

22* , 28, 20*

3 Teknik Tes Pilihan Ganda 8.. menyebutkan macam-macam alat

transportasi secara sederhana dan modern

21*, 30*

2 Teknik Tes Pilihan Ganda 9.. Menjelaskan cara menggunakan alat

transportasi sederhana dan modern

24* 1 Teknik Tes Pilihan Ganda

Jumlah Total 30 soal

Keterangan


(67)

Dari 30 soal yang diujikan, dinyatakan validasi sebanyak 25 soal dan 5 soal dinyatakan gugur. Butir soal yang dinyatakan gurur adalah nomor 2, 5, 10, 26, 28.

I. Validitas dan Reliabilitas Penelitian

Instrumen penelitian harus diujicobakan terlebih dahulu pada subyek tertentu sebelum digunakan untuk mengungakap data. Tujuannya adalah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Uji coba tes instrumen tes dilakukan pada tanggal 2 Maret 2016 di MIM Babat yang memiliki karakteristik sejenis dengan subyek penelitian yang sebenarnya, meskipun tidak berasal dari satu sekolah yang sama. Setelah melakukan uji coba instrumen, langkah selanjutnya adalah mengolah data hasil uji coba dengan mencari validitas dan reliabilitasnya

1. Uji Validitas Instrumen Tes Pilihan Ganda

Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur. Validitas tes yang digunakan adalah validitas butir soal dengan membandingkan skor siswa untuk tiap butir soal dengan skor total. Tes akan valid apabila hasilnya sesuai kriterium, yakni memiliki kesejajaran antara hasil tes yang diajarkan sesuai dengan kurikulum.

Dalam penelitian ini, dibantu dengan program SPSS dan dihitung menggunakan rumus rxy.


(68)

Rumus dari rxy adalah sebagai berikut:

rxy =

� ∑ − ∑ ∑

√{�∑ 2− ∑ 2}{�∑ 2− ∑ 2}

Keterangan :

rxy = validitas butir yang dicari

n = banyaknya responden

x = skor yang diperoleh dari responden y = skor total dari x

Selanjutnya nilai rhitung dikonsultasikan dengan harga kritik r

product moment, dengan taraf signifikan 5 % dan N 20 maka, diperoleh rtabel 0,444 . Bila harga rhitung > rtabel, maka item soal tersebut

valid. Sebaliknya bila harga rhitung < rtabel maka item soal tersebut tidak

valid. Butir-butir yang gugur tersebut tidak dapat diikutsertakan pengujian selanjutnya dan pada evaluasi yang sebenarnya.

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan di MIM Babat pada tanggal 2 Maret 2016. Meski tidak berada pada suatu daerah yang sama dengan SD N 1 Sabranglor sebagai kelas kontrol dan SD N 2 Sabranglor sebagai kelas eksperimen, namun karakteristik siswa, kemampuan akademis siswa, rata-rata kelas, dan latar belakang dari ketiga SD/MI tersebut tidak berbeda jauh. Hasil dari uji validitas yang telah dilakukan di MIM Babat adalah sebagai berikut.


(69)

Tabel 7.

Tabel hasil uji validitas di MIM Babat Nomor

Butir

Hasil Uji Validitas

Keterangan

Valid Tidak valid

1 0,557 √

2 0,298 √

3 0,648 √

4 0,550 √

5 0,185 √

6 0,528 √

7 0,550 √

8 0,591 √

9 0,642 √

10 0,063 √

11 0,471 √

12 0,657 √

13 0,528 √

14 0,516 √

15 0,514 √

16 0,612 √

17 0,596 √

18 0,612 √

19 0,666 √

20 0,629 √

21 0,563 √

22 0,515 √

23 0,571 √

24 0,663 √

25 0,632 √

26 0,204 √

27 0,680 √

28 0,020 √

29 0,572 √

30 0,537 √

∑ 25 butir 5 butir


(70)

Tabel 8. Persentase Validitas Butir Soal

No Kriteria No Butir Soal Jumlah Presentase

1 Valid 1, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27,

29, 30

25 83 %

2 Tidak Valid 2, 5, 10, 26, 28 5 17 %

Total 30 100 %

2. Uji Reliabilitas Instrumen Tes

Setelah item-item sudah diuji validitasnya, maka untuk selanjutnya dilakukan uji keterandalan atau reliabilitas instrumen yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan untuk mengumpulkan data penelitian. Selain harus valid, instrumen penelitian juga harus reliabel, dimana dapat terlihat dari hasil pengujian reliabilitas. Jika instrumen tersebut memenuhi standar reliabilitas maka dapat dikatakan reliabel.

Suatu alat ukur akan didapatkan hasil yang konsisten apabila sudah melalui uji reliabilitas dan menunjukkan hasil yang reliabel, Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dibantu dengan program SPSS dan menggunakan rumus Cronbach Alpha menurut Suharsimi Arikunto.

r

11

=

[�−� ] [1 − ∑��

2

∑��2]

Keterangan :

r 11 : reliabilitas instrumen

k : banyak butir pertanyaan


(71)

�� : varian total

Suatu alat ukur yang reliabel adalah alat ukur yang memiliki tingkat reliabilitas tinggi. Alat ukur dikatakan reliabilitas tinggi jika memiliki nilai koefisien reliabilitas lebih besar dari 0,60 seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2006 : 276) Tabel.9 Kategori Reliabilitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,80 < r11 < 1,00 Sangat Tinggi

0,60 < r11 < 0,80 Tinggi

0,40 < r11 < 0,60 Cukup

0,20 < r11 < 0,40 Rendah

0,00 < r11 < 0,20 Sangat Rendah

Perhitungan uji reliabilitas dilakukan dengan program SPSS 13 for windows. Hasil uji reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 10.Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Statistik

r hitung 0,914

Kesimpulan Reliable

Harga r11 yang diperoleh dikonsultasikan harga r tabel product

moment dengan taraf signifikan 5%. Soal dikatakan reliabel jika harga r11 > rtabel. Dari hasil perhitungan nilai reliabilitas butir soal pilihan

ganda r11 = 0,914 , sedangkan taraf signifikan 5% dengan N = 20

diperoleh rtabel = 0,444 setelah dikonsultasikan dengan rtabel ternyata


(72)

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif karena penelitian ini dilakukan pada populasi (tanpa diambel sampel), maka distribusi sudah dianggap normal sehingga tidak perlu uji normalitas . Sugiyono ( 2007:21), mengemukakan bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Oleh karna itu penelitian ini tidak menggunakan uji signifikansi. Maka, teknik analisis data yang digunakan hanya membandingkan nilai mean.

Statistik deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk menyajikan data hasil belajar kognitif yang diambil dari pretest dan posttest hasil belajar IPS pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

J. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis, menggunakan analisis t-test. Pada penelitian ini analisis t-test digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar IPS.

Perhitungan uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 13 dengan Independent Sampel T-Test. Hal ini dikarenakan ingin mengetahui adakan perbedaan hasil belajar IPS antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Apabila diperoleh harga thitung lebih kecil


(73)

atau sama dengan ttabel, maka hipotesis nihil (Ho) diterima dan hipotesis

alfa (Ha) ditolak (Sugiyono, 2010 : 276). Sebaliknya apabila diperoleh harga thitung lebih besar dari ttabel, maka hipotesis yang diajukan atau


(74)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD N 1 Sabranglor dan di SD N 2 Sabranglor yang beralamat di Sabranglor, Sabranglor, Trucuk, Klaten. Penelitian dilaksanakan pada minggu ke dua sampai minggu keempat bulan April.

Secara keseluruhan kondisi bangunan sekolah yang kokoh dan lingkungan yang bersih dapat memberikan kenyamanan dalam kegiatan belajar mengajar, serta memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini mengambil subjek penelitian pada kelas IV SD N 1 Sabranglor yang berjumlah 20 siswa dan kelas IV SD N 2 Sabranglor yang berjumlah 21 siswa. Setelah dilakukan observasi dan dokumentasi hasil ulangan tengah semester pada kedua kelas tersebut, dihasilkan bahwa kedua kelas tersebut merupakan kelas yang setara dan dapat dijadikan subjek penelitian. Hal ini diperkuat dengan nilai rata-rata UTS mata pelajaran IPS siswa kelas IV pada masing-masing sekolah yaitu SD N 1 Sabranglor sebesar 67,50 sedangkan SD N 2 Sabranglor sebesar 67,76.


(1)

LAMPIRAN 16

HASIL UJI DISKRIPTIF

Statistics

20 20 21 21

0 0 0 0

53.4000 70.0000 54.0952 75.0476

54.0000 70.0000 56.0000 72.0000

52.00a 72.00 56.00 72.00

7.59778 7.04870 7.96181 8.08997

36.00 56.00 40.00 64.00

64.00 84.00 64.00 92.00

1068.00 1400.00 1136.00 1576.00

Valid Missing N Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum Sum Pretes _ Kontrol Postes _ Kontrol Pretes _ Eksperimen Postes _ Eksperimen

Multiple modes exis t. The smallest value is shown a.


(2)

141

LAMPIRAN 17


(3)

(4)

143

LAMPIRAN 19


(5)

(6)

145

LAMPIRAN 21