Historiografi yang Relevan Modernisasi Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Sosial Ekonomi Petani di DIY Tahun 1968-1984.

15 membahas mengenai produksi beras di Delanggu yaitu penanaman padi varietas unggul menggantikan padi lokal di persawahan Delanggu, dan pengaruh usaha peningkatan produksi beras terhadap padi lokal Delanggu. Produksi beras di Delanggu pada 1968-1984 tidak terlepas dari kebijakan pemerintah Orde Baru dalam meningkatkan produksi beras nasional. Petani Delanggu tidak serta merta mengikuti himbauan pemerintah, tetapi secara bertahap. Kebijakan pemerintah mengenai peningkatan produksi beras melalui intensifikasi pertanian berpengaruh terhadap petani dan pertanian di Delanggu, yaitu masuknya teknologi pertanian baru, berkurangnya varietas Rojolele di Delanggu, dan ketidakseimbangan ekologi. Pengaruh tersebut juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Delanggu khususnya petani. Perbedaan antara karya Dyah Ayu Anggraheni Ikaningtyas dan karya penulis adalah wilayah kajian. Wilayah kajian Dyah Ayu Anggraheni Ikaningtyas adalah wilayah Kecamatan Delanggu, salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah sedangkan penulis menggunakan wilayah DIY. Penulis menggunakan tesis tahun 2011 karya Nor Huda mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang berjudul Revolusi Hijau dan Gerakan Petani di Magelang Pada Masa Akhir Orde Baru . Gerakan petani di Magelang pada masa akhir Orde Baru merupakan wujud gerakan yang dilakukan oleh petani terhadap dampak dari Revolusi Hijau. Pertanian organik digunakan sebagai ideologi gerakan, yang di dalamnya mengandung nilai-nilai kebebasan, kemandirian, dan keseimbangan alam. 16 Kemerdekaan petani yang digagas dengan ideologi pertanian organik pada kenyataannya tidak berjalan sesuai dengan harapan. Gerakan pertanian organik secara ekonomi politik dapat dikatakan gagal. Hambatannya bukan lagi terletak pada kebijakan pemerintah, tetapi mentalitas petani sendiri yang sudah berubah menjadi petani rasional, dalam arti petani modern. Perbedaan antara karya Nor Huda dengan karya penulis adalah wilayah kajian dan periodisasi kajian. Wilayah kajian Nor Huda adalah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah sedangkan penulis menggunakan wilayah DIY. Periodisasi kajian Nor Huda adalah masa akhir Orde Baru, sedangkan periodisasi yang akan dikaji dalam skripsi ini adalah tahun 1968-1984.

G. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode sejarah merupakan cara untuk merekonstruksi peristiwa masa lampau. Sejarah sebagai disiplin ilmu mempunyai metode dalam mengungkapkan peristiwa masa lalu agar menghasilkan karya sejarah yang ilmiah dan objektif. Penulisan ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. 21 a. Heuristik Pengumpulan bahan-bahan memerlukan kemampuan berpikir dan strategi untuk mendapatkan sumber sejarah yang relevan. Sumber sejarah merupakan bahan-bahan mentah raw material sejarah yang mencakup 21 Abd Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah , Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2011, hlm. 43. 17 segala macam bukti atau evidensi yang telah ditinggalkan manusia yang menunjukkan segala aktivitasnya di masa lalu baik berupa tulisan maupun lisan. 22 Penulis pada tahap ini berusaha mengumpulkan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer dan sumber sekunder diperoleh melalui penelusuran di Laboratorium Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial, Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial UNY, Perpustakaan Universitas Negeri Yogyakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya UGM, Perpustakaan Universitas Gadjah Mada, Perpustakaan Pedesaan dan Kawasan UGM, Yogyakarta, dan Perpustakaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Jogja Library Center, dan Perpustakaan Lembaga Pendidikan Perkebunan LPP. Sumber lisan yang akan diperoleh melalui metode wawancara interview dengan informan terkait yang dapat memberikan informasi sesuai dengan judul yang dikaji. 1 Sumber primer Sumber primer berisi kesaksian seseorang dalam peristiwa sejarah yang bersangkutan. 23 Sumber primer dapat dikatakan sebagai bukti yang sezaman dengan peristiwa yang terjadi. Sumber primer terdiri dari prasasti, manuskrip, transkripsi, rekaman pita, arsip, surat, koran, buku harian, sertifikat, peta, diagram, katalog, dan laporan penelitian. Jenis sumber primer yang digunakan dalam skripsi ini adalah sumber lisan wawancara dan arsip. 22 Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012, hlm. 75. 23 Louis Gottschalck, “Understanding History: A Primer of Historical Method”, terj. Nugoroho Notosusanto, Mengerti Sejarah, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1986, hlm. 43. 18 a Sumber lisan Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengumpulkan data keterangan tentang peristiwa yang diteliti. Wawancara merupakan metode utama dalam observasi. Teknik wawancara dipergunakan untuk tujuan tertentu, dari wawancara akan didapatkan keterangan dari seorang informan. Wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang berfokus sehingga didapat informasi yang cukup mendalam. Wawancara yang dilakukan untuk penyempurnaan skripsi ini dilakukan kepada petani yang terdapat di Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, dan Kabupaten Gunungkidul lihat lampiran 1. b Arsip Biro Pusat Statistik Daerah Istimewa Jogjakarta, Statistik Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Jogjakarta Tahun 1968 Bagian II, Jogjakarta: Biro Pusat Statistik, 1969. Biro Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, Statistik Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1969 Bagian II, Yogyakarta: Biro Pusat Statistik, 1970. Biro Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, Statistik Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1970 Bagian II, Yogyakarta: Biro Pusat Statistik, 1971. Biro Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, Statistik Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1972 Bagian II, Yogyakarta: Biro Pusat Statistik, 1973. Kantor Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka Tahun 1978 Bagian I, Yogyakarta: Kantor Statistik, 1979. Pusat Pengolahan Data Daerah Istimewa Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka Tahun 1983 Bagian II, Yogyakarta: Pusat Pengolahan Data, 1984. 19 Pusat Pengolahan Data Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta Dalam Trend Statistik 1982-1986, Yogyakarta: Pusat Pengolahan Data, 1985. 2 Sumber Sekunder Sumber sekunder merupakan sesuatu yang ditulis oleh sejarawan dengan menggunakan sumber primer. Sumber sekunder berisi kesaksian seseorang yang tidak hadir, namun melaporkan kejadian berdasarkan kesaksian orang lain dalam peristiwa sejarah yang bersangkutan. 24 Sumber sekunder digunakan untuk memperdalam pemahaman mengenai latar belakang sumber-sumber atau arsip yang sezaman. Sumber tersebut terdiri dari karya-karya sejarah, seperti buku sejarah, dan karya ilmiah sejarah skripsi, tesis, dan disertasi. Sumber sekunder yang digunakan dalam skripsi ini adalah: Achmad Saubari, dkk, Presiden Soeharto dan Pembangunan Pertanian, Jakarta: Citra Media Persada, 1992. Ahmad Nashih Luthfi, dkk, Pemikiran Agraria Bulaksumur: Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo, Masri Singarimbun, dan Mubyarto , Yogyakarta: Sains Sajogyo Institute, 1980. Andreas Maryoto, Jejak Pangan: Sejarah, Silang Budaya, dan Masa Depan, Jakarta: Kompas, 2009. Biro Pusat Statistik, Peta Konsumsi Pangan di Indonesia 1981, Jakarta: Biro Pusat Statistik, 1981. Frans Husken, Masyarakat Desa Dalam Perubahan Zaman: Sejarah Diferensiasi Sosial di Jawa , 1830-1980, Jakarta: PT Gramedia, 1998. Hohnholz, Jurgen H., Geografi Pedesaan: Masalah Pengembangan Pangan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1986. 24 Ibid .