Kajian Pustaka Modernisasi Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Sosial Ekonomi Petani di DIY Tahun 1968-1984.

12 Pengaruh dari adanya penerapan modernisasi pertanian di bidang sosial adalah semakin terlihatnya pelapisan sosial di masyarakat khususnya masyarakat pedesaan. Pelapisan sosial di masyarakat pedesaan pada umumnya dilihat berdasarkan luas kepemilikan tanahnya. Pengaruh dari adanya penerapan modernisasi pertanian di bidang ekonomi adalah tidak meratanya keuntungan yang didapat dari program tersebut. Keuntungan dari adanya penerapan modernisasi pertanian hanya bisa dirasakan oleh petani kaya dan pamong-pamong desa, sementara petani miskin yang mengalami kekurangan modal tidak dapat merasakan keuntungan. 19

F. Historiografi yang Relevan

Historiografi yang relevan merupakan suatu karya sejarah yang mendahului penelitian yang akan ditulis. 20 Karya sejarah terdahulu akan dibedah untuk mengetahui perbedaan antara tulisan tersebut dan karya penulis termasuk menelaah kekurangan peneliti terdahulu. Historiografi yang digunakan adalah skripsi tahun 2014 karya Dewi Ragil Pangesti mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul Modernisasi Pertanian di Kabupaten Gunungkidul Tahun 1960-1984: Dari Krisis Pangan Hingga Swasembada Pangan . Skripsi tersebut membahas modernisasi pertanian di Kabupaten Gunungkidul yaitu awal kemunculan krisis pangan, kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah 19 Frans Husken, Masyarakat Desa Dalam Perubahan Zaman: Sejarah Diferensiasi Sosial di Jawa , 1830-1980, Jakarta: PT Gramedia, 1998, hlm. 245. 20 Tim Prodi Ilmu Sejarah, Pedoman Penulisan Tugas Akhir Ilmu Sejarah , Yogyakarta: Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, UNY, 2013, hlm. 6. 13 pangan, dan dampak modernisasi pertanian terhadap masyarakat di Kabupaten Gunungkidul. Masyarakat Kabupaten Gunungkidul sebelum adanya program modernisasi pertanian hanya mengkonsumsi ubi kayu. Program modernisasi pertanian yang diterapkan pada tahun 1970 menjadikan petani di daerah tersebut mencoba menanam bibit padi baru yang disesuaikan dengan kondisi tanah yang gersang untuk menanam padi selain padi gogo. Perubahan tersebut juga merubah persepsi tentang daerah Kabupaten Gunungkidul yang miskin dan tidak bisa berkembang. Modernisasi pertanian telah menghidupkan kembali kondisi pertanian yang buruk dan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Perbedaan antara karya Dewi Ragil Pangesti dan karya penulis adalah wilayah kajian dan periodisasi kajian. Wilayah kajian Dewi Ragil Pangesti adalah Kabupaten Gunungkidul sedangkan penulis menggunakan wilayah yang lebih luas yaitu DIY. Periodisasi kajian Dewi Ragil Pangesti diawali tahun 1960, sedangkan penulis mengawali periode penelitian tahun 1968. Penulis menggunakan skripsi tahun 2006 karya Trihapsari Nina Hadiastuti mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul Pengaruh Modernisasi Pertanian pada Kehidupan Masyarakat Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman 1970-1984 . Skripsi tersebut membahas modernisasi pertanian yang ada di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman yaitu usaha pemerintah dalam memodernisasi pertanian, penerapan modernisasi pertanian, reaksi masyarakat terhadap modernisasi 14 pertanian, dan pengaruhnya pada produksi pertanian, bidang sosial, dan bidang ekonomi terhadap kehidupan masyarakat. Pemerintah dalam menerapkan modernisasi pertanian di Desa Sendangagung melaksanakan program Bimas. Program tersebut memperkenalkan bibit baru, teknologi modern, dan penerapan Panca Usaha Tani. Revolusi hijau telah mengakibatkan perubahan pada hubungan sosial pedesaan. Penggarapan sawah dan pengolahan hasil panen di Desa Sendangagung sebelum adanya Revolusi Hijau masih relatif bersifat gotong royong, kemudian setelah adanya Revolusi Hijau sepenuhnya didasarkan pada nilai tukar uang yang merupakan ciri masyarakat individualistis. Revolusi Hijau juga menimbulkan dampak di bidang ekonomi terutama terhadap petani miskin dan buruh tani sebagai akibat meningkatnya biaya sarana produksi pertanian. Perbedaan antara karya Trihapsari Nina Hadiastuti dan karya penulis adalah fokus kajian, wilayah kajian, dan periodisasi kajian. Fokus kajian Trihapsari Nina Hadiastuti adalah pelaksanaan modernisasi pertanian, sedangkan penulis lebih memfokuskan kajian pada hasil produksi padi. Wilayah kajian Trihapsari Nina adalah wilayah Kecamatan Minggir, salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Sleman, sedangkan penulis menggunakan wilayah yang lebih luas yaitu DIY. Periodisasi kajian Trihapsari Nina Hadiastuti diawali tahun 1970, sedangkan penulis diawali tahun 1968. Penulis menggunakan tesis tahun 2013 karya Dyah Ayu Anggraheni Ikaningtyas mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang berjudul Produksi Beras di Delanggu pada Masa Orde Baru 1968-1984 . Tesis tersebut 15 membahas mengenai produksi beras di Delanggu yaitu penanaman padi varietas unggul menggantikan padi lokal di persawahan Delanggu, dan pengaruh usaha peningkatan produksi beras terhadap padi lokal Delanggu. Produksi beras di Delanggu pada 1968-1984 tidak terlepas dari kebijakan pemerintah Orde Baru dalam meningkatkan produksi beras nasional. Petani Delanggu tidak serta merta mengikuti himbauan pemerintah, tetapi secara bertahap. Kebijakan pemerintah mengenai peningkatan produksi beras melalui intensifikasi pertanian berpengaruh terhadap petani dan pertanian di Delanggu, yaitu masuknya teknologi pertanian baru, berkurangnya varietas Rojolele di Delanggu, dan ketidakseimbangan ekologi. Pengaruh tersebut juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Delanggu khususnya petani. Perbedaan antara karya Dyah Ayu Anggraheni Ikaningtyas dan karya penulis adalah wilayah kajian. Wilayah kajian Dyah Ayu Anggraheni Ikaningtyas adalah wilayah Kecamatan Delanggu, salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah sedangkan penulis menggunakan wilayah DIY. Penulis menggunakan tesis tahun 2011 karya Nor Huda mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang berjudul Revolusi Hijau dan Gerakan Petani di Magelang Pada Masa Akhir Orde Baru . Gerakan petani di Magelang pada masa akhir Orde Baru merupakan wujud gerakan yang dilakukan oleh petani terhadap dampak dari Revolusi Hijau. Pertanian organik digunakan sebagai ideologi gerakan, yang di dalamnya mengandung nilai-nilai kebebasan, kemandirian, dan keseimbangan alam.