12
Pengaruh dari adanya penerapan modernisasi pertanian di bidang sosial adalah semakin terlihatnya pelapisan sosial di masyarakat khususnya masyarakat
pedesaan. Pelapisan sosial di masyarakat pedesaan pada umumnya dilihat berdasarkan luas kepemilikan tanahnya. Pengaruh dari adanya penerapan
modernisasi pertanian di bidang ekonomi adalah tidak meratanya keuntungan yang didapat dari program tersebut. Keuntungan dari adanya penerapan
modernisasi pertanian hanya bisa dirasakan oleh petani kaya dan pamong-pamong desa, sementara petani miskin yang mengalami kekurangan modal tidak dapat
merasakan keuntungan.
19
F. Historiografi yang Relevan
Historiografi yang relevan merupakan suatu karya sejarah yang mendahului penelitian yang akan ditulis.
20
Karya sejarah terdahulu akan dibedah untuk mengetahui perbedaan antara tulisan tersebut dan karya penulis termasuk
menelaah kekurangan peneliti terdahulu. Historiografi yang digunakan adalah skripsi tahun 2014 karya Dewi Ragil Pangesti mahasiswa Universitas Negeri
Yogyakarta yang berjudul Modernisasi Pertanian di Kabupaten Gunungkidul Tahun 1960-1984: Dari Krisis Pangan Hingga Swasembada Pangan
. Skripsi tersebut membahas modernisasi pertanian di Kabupaten Gunungkidul yaitu awal
kemunculan krisis pangan, kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah
19
Frans Husken, Masyarakat Desa Dalam Perubahan Zaman: Sejarah Diferensiasi Sosial di Jawa
, 1830-1980, Jakarta: PT Gramedia, 1998, hlm. 245.
20
Tim Prodi Ilmu Sejarah, Pedoman Penulisan Tugas Akhir Ilmu Sejarah
, Yogyakarta: Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, UNY, 2013, hlm. 6.
13
pangan, dan dampak modernisasi pertanian terhadap masyarakat di Kabupaten Gunungkidul.
Masyarakat Kabupaten
Gunungkidul sebelum
adanya program
modernisasi pertanian hanya mengkonsumsi ubi kayu. Program modernisasi pertanian yang diterapkan pada tahun 1970 menjadikan petani di daerah tersebut
mencoba menanam bibit padi baru yang disesuaikan dengan kondisi tanah yang gersang untuk menanam padi selain padi gogo. Perubahan tersebut juga merubah
persepsi tentang daerah Kabupaten Gunungkidul yang miskin dan tidak bisa berkembang. Modernisasi pertanian telah menghidupkan kembali kondisi
pertanian yang buruk dan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Perbedaan antara karya Dewi Ragil Pangesti dan karya penulis adalah
wilayah kajian dan periodisasi kajian. Wilayah kajian Dewi Ragil Pangesti adalah Kabupaten Gunungkidul sedangkan penulis menggunakan wilayah yang lebih luas
yaitu DIY. Periodisasi kajian Dewi Ragil Pangesti diawali tahun 1960, sedangkan penulis mengawali periode penelitian tahun 1968.
Penulis menggunakan skripsi tahun 2006 karya Trihapsari Nina Hadiastuti mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul Pengaruh
Modernisasi Pertanian pada Kehidupan Masyarakat Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman 1970-1984
. Skripsi tersebut membahas modernisasi pertanian yang ada di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir,
Kabupaten Sleman yaitu usaha pemerintah dalam memodernisasi pertanian, penerapan modernisasi pertanian, reaksi masyarakat terhadap modernisasi
14
pertanian, dan pengaruhnya pada produksi pertanian, bidang sosial, dan bidang ekonomi terhadap kehidupan masyarakat.
Pemerintah dalam
menerapkan modernisasi
pertanian di
Desa Sendangagung melaksanakan program Bimas. Program tersebut memperkenalkan
bibit baru, teknologi modern, dan penerapan Panca Usaha Tani. Revolusi hijau telah mengakibatkan perubahan pada hubungan sosial pedesaan. Penggarapan
sawah dan pengolahan hasil panen di Desa Sendangagung sebelum adanya Revolusi Hijau masih relatif bersifat gotong royong, kemudian setelah adanya
Revolusi Hijau sepenuhnya didasarkan pada nilai tukar uang yang merupakan ciri masyarakat individualistis. Revolusi Hijau juga menimbulkan dampak di bidang
ekonomi terutama terhadap petani miskin dan buruh tani sebagai akibat meningkatnya biaya sarana produksi pertanian.
Perbedaan antara karya Trihapsari Nina Hadiastuti dan karya penulis adalah fokus kajian, wilayah kajian, dan periodisasi kajian. Fokus kajian
Trihapsari Nina Hadiastuti adalah pelaksanaan modernisasi pertanian, sedangkan penulis lebih memfokuskan kajian pada hasil produksi padi. Wilayah kajian
Trihapsari Nina adalah wilayah Kecamatan Minggir, salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Sleman, sedangkan penulis menggunakan wilayah yang lebih
luas yaitu DIY. Periodisasi kajian Trihapsari Nina Hadiastuti diawali tahun 1970, sedangkan penulis diawali tahun 1968.
Penulis menggunakan tesis tahun 2013 karya Dyah Ayu Anggraheni Ikaningtyas mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang berjudul
Produksi Beras di Delanggu pada Masa Orde Baru 1968-1984 . Tesis tersebut
15
membahas mengenai produksi beras di Delanggu yaitu penanaman padi varietas unggul menggantikan padi lokal di persawahan Delanggu, dan pengaruh usaha
peningkatan produksi beras terhadap padi lokal Delanggu. Produksi beras di Delanggu pada 1968-1984 tidak terlepas dari kebijakan pemerintah Orde Baru
dalam meningkatkan produksi beras nasional. Petani Delanggu tidak serta merta mengikuti himbauan pemerintah, tetapi secara bertahap.
Kebijakan pemerintah mengenai peningkatan produksi beras melalui intensifikasi pertanian berpengaruh terhadap petani dan pertanian di Delanggu,
yaitu masuknya teknologi pertanian baru, berkurangnya varietas Rojolele di Delanggu, dan ketidakseimbangan ekologi. Pengaruh tersebut juga mempengaruhi
kehidupan masyarakat Delanggu khususnya petani. Perbedaan antara karya Dyah Ayu Anggraheni Ikaningtyas dan karya penulis adalah wilayah kajian. Wilayah
kajian Dyah Ayu Anggraheni Ikaningtyas adalah wilayah Kecamatan Delanggu, salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah sedangkan
penulis menggunakan wilayah DIY. Penulis menggunakan tesis tahun 2011 karya Nor Huda mahasiswa
Universitas Gadjah Mada yang berjudul Revolusi Hijau dan Gerakan Petani di Magelang Pada Masa Akhir Orde Baru
. Gerakan petani di Magelang pada masa akhir Orde Baru merupakan wujud gerakan yang dilakukan oleh petani terhadap
dampak dari Revolusi Hijau.
Pertanian organik digunakan sebagai ideologi gerakan, yang di dalamnya mengandung nilai-nilai kebebasan, kemandirian, dan keseimbangan
alam.